Risma Kalahkan Pendiri Facebook n
A
A
A
SURABAYA - Setelah awal Februari 2015 dinobatkan sebagai wali kota terbaik ketiga dunia versi World Mayor Project (WMP), kali ini Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini masuk dalam jajaran 50 pemimpin terbaik menurut Fortune.
Sebagaimana dilansir, deretan 50 world greatest leaders dihuni oleh para tokoh ternama dari berbagai bidang, mulai dari sektor bisnis, pemerintahan, entertainment (hiburan), olahraga, dan tokoh agama. Posisi pertama diberikan kepada CEO Apple Tim Cook. Dia dinilai berhasil menakhodai perusahaan Apple sepeninggal Steve Jobs.
Urutan kedua dan ketiga masingmasing dihuni Presiden European Central Bank Mario Draghi dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Tri Rismaharini sendiri menduduki posisi ke-24 atau lebih tinggi satu peringkat dibanding pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang ada di urutan 25.
Risma, panggilan Tri Rismaharini mengaku, sejak pagi kemarin, dia sudah mendapat banyak ucapan terkait penghargaan itu. Kebanyakan yang memberi ucapan berasal dari Jakarta. Meski demikian, pihaknya tidak terlena dengan penghargaan itu. Justru itu menjadi pemicu untuk terus berkarya.
Mantan kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini menegaskan, penghargaan ini tidak menjadi beban. Dia akan tetap meminta semua SKPD terus berkarya. “Bukan itu tujuannya (cari penghargaan). Aku enggak mau (penghargaan) ini jadi beban. Saya hanya ingin warga Surabaya makin sejahtera,” katanya.
Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo menilai, penghargaan yang diterima Risma tidak memiliki dampak apa pun terhadap warga Surabaya. Sejauhinisemua penghargaan yang diterima orang nomor satu di Surabaya itu tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dia mengakui Risma sudah berhasil menata kota dengan banyak taman. Tapi, seharusnya bisa melakukan hal lebih penting lagi. “Hal-hal yang bersifat nonfisik yang harus digarap. Misalnya, penguatan budaya Surabaya,” katanya.
Suko mengatakan, kepedulian Risma dalam soal kebudayaan Surabaya masih kurang. Kucuran aggaran APBD untuk Dewan Kesenian Surabaya (DKS) hanya sebesar Rp100 juta. Padahal kota dan kabupaten yang lain anggarannya mencapai miliar.
Dia berharap suatu saat Pemkot Surabaya menggelar acara ludruk yang megah dan mengundang semua warga Surabaya untuk menyaksikannya dengan gratis. Sejauh ini acara seperti itu tidak ada.
“Risma itu bagusnya, dia mampu menggerakkan birokrat dan menciptakan disiplin kerja. Tapi, yang juga kurang dari Risma, dia itu komunikasi politiknya kurang bagus dengan parlemen,” ujarnya.
Lukman hakim
Sebagaimana dilansir, deretan 50 world greatest leaders dihuni oleh para tokoh ternama dari berbagai bidang, mulai dari sektor bisnis, pemerintahan, entertainment (hiburan), olahraga, dan tokoh agama. Posisi pertama diberikan kepada CEO Apple Tim Cook. Dia dinilai berhasil menakhodai perusahaan Apple sepeninggal Steve Jobs.
Urutan kedua dan ketiga masingmasing dihuni Presiden European Central Bank Mario Draghi dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Tri Rismaharini sendiri menduduki posisi ke-24 atau lebih tinggi satu peringkat dibanding pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang ada di urutan 25.
Risma, panggilan Tri Rismaharini mengaku, sejak pagi kemarin, dia sudah mendapat banyak ucapan terkait penghargaan itu. Kebanyakan yang memberi ucapan berasal dari Jakarta. Meski demikian, pihaknya tidak terlena dengan penghargaan itu. Justru itu menjadi pemicu untuk terus berkarya.
Mantan kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini menegaskan, penghargaan ini tidak menjadi beban. Dia akan tetap meminta semua SKPD terus berkarya. “Bukan itu tujuannya (cari penghargaan). Aku enggak mau (penghargaan) ini jadi beban. Saya hanya ingin warga Surabaya makin sejahtera,” katanya.
Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo menilai, penghargaan yang diterima Risma tidak memiliki dampak apa pun terhadap warga Surabaya. Sejauhinisemua penghargaan yang diterima orang nomor satu di Surabaya itu tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dia mengakui Risma sudah berhasil menata kota dengan banyak taman. Tapi, seharusnya bisa melakukan hal lebih penting lagi. “Hal-hal yang bersifat nonfisik yang harus digarap. Misalnya, penguatan budaya Surabaya,” katanya.
Suko mengatakan, kepedulian Risma dalam soal kebudayaan Surabaya masih kurang. Kucuran aggaran APBD untuk Dewan Kesenian Surabaya (DKS) hanya sebesar Rp100 juta. Padahal kota dan kabupaten yang lain anggarannya mencapai miliar.
Dia berharap suatu saat Pemkot Surabaya menggelar acara ludruk yang megah dan mengundang semua warga Surabaya untuk menyaksikannya dengan gratis. Sejauh ini acara seperti itu tidak ada.
“Risma itu bagusnya, dia mampu menggerakkan birokrat dan menciptakan disiplin kerja. Tapi, yang juga kurang dari Risma, dia itu komunikasi politiknya kurang bagus dengan parlemen,” ujarnya.
Lukman hakim
(ftr)