Bambu Pendukung Arsitektur Bisa Bertahan 30 Tahun

Sabtu, 21 Maret 2015 - 10:14 WIB
Bambu Pendukung Arsitektur Bisa Bertahan 30 Tahun
Bambu Pendukung Arsitektur Bisa Bertahan 30 Tahun
A A A
Tidak semua perguruan tinggi di Tanah Air mengajarkan teori arsitektur tradisional. Kalaupun ada, persentasenya sangat minim. Di saat teori minim, praktik jauh lebih minim lagi. Mahasiswa lebih banyak menerima teori dan melaksanakan praktik arsitektur modern, arsitektur beton. Realita ini diungkap Yori Antar, arsitek Rumah Asuh saat ditemui di sela-sela penjurian Visionary Bamboo Architecture di Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya kemarin.

Yori menilai minimnya teori arsitektur tradisional berimbas pada keberadaan gedung beton, bangunan kaca, aluminium, dan lainnya. ”Padahal bambu memiliki potensi luar biasa untuk jadi material arsitektur tradisional. Bisa untuk bangunan yang keseluruhannya berbahan bambu atau berpadu beton,” kata Yori, yang juga President Director PT Han Awal & Partners Architects di Tangerang ini.

Di Indonesia orang kaya berlomba membuat rumah beton, dan rumah kaca. Sebaliknya, bule yang tinggal dan mengelola tempat wisata di Indonesia justru membangun resor yang mengedepankan arsitektur tradisional, menggunakan bambu. ”Bambu oleh orang kita baru sebatas sebagai kerajinan bukan untuk mendukung keberadaan bangunan,” papar Yori.

Arsitektur tradisional yang banyak diadopsi sebenarnya bagian pelestarian bangunan tradisional Indonesia. Budi Pradono, arsitek Jakarta yang juga juri mengatakan bambu bisa menjadi pendukung utama arsitek tradisional. Bahkan bisa bertahan hingga 30 tahun bahkan lebih. ”Masyarakat tidak tahu bagaimana agar bambu awet. Bambu sebelum dimanfaatkan, sebaiknya ditebang malam hari.

Selanjutnya direndam ke air. Bahkan ada bambu lebih tahan lama setelah terendam air laut bisa menyerupai fosil bambu,” ungkap Budi. Ketua Visionary Bamboo Architecture di UK Petra Dharma Wijaya menyebut ada sebanyak 127 peserta dari seluruh universitas di Indonesia menjadi peserta festival ini. Tujuannya menepis anggapan masyarakat tentang bambu dari yang kurang keren menjadi keren.

Sejumlah perwakilan mahasiswa arsitektur ditugaskan mengangkat ikon atau daerah di daerahnya, tempat kampus berada. Mahasiswa UK Petra sendiri mengusung konsep bangunan berbentuk piramida di atas ponton. Pantau dan Laut Kenjeran dipilih sebagai lokasi dalam konsep itu. Mereka yang berada di bangunan piramida bertingkat berbahan bambu bisa melihat perkampungan sekitar dari ketinggian. Menariknya, piramida ini bisa berlayar.

Bisa untuk mendukung wisata bahari atau dimanfaatkan para mancing mania.Mahasiswa asal Universitas Gajah Mada Yogyakarta mengusung hunian tunggak di Godean. Konsepnya seperti kerucut atau tunggak, bekas tebangan pohon. Semuanya berbahan bambu. Belum lagi karya arsitektur dari NTT, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan daerah lain yang juga memanfaatkan bambu.

Soeprayitno
Surabaya
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4804 seconds (0.1#10.140)