Peragaan Busana dari Bahan Daur Ulang
A
A
A
BANYUWANGI - Ajang Banyuwangi Festival 2015 disemarakkan dengan pergelaran busana dari bahan daur ulang. Atraksi wisata bertajuk Green & Recycle Fashion itu digelar di Pantai Boom, kemarin.
Ratusan model cilik hingga dewasa berlenggak- lenggok dengan membawakan busana berbahan barang bekas. Ribuan penonton menyemut mengelilingi Pantai Boom menyaksikan fashion show unik ini. Meskipun dari bahan-bahan bekas, busana yang dibawakan model-model ini tak kalah keren dengan menggunakan kain mahal.
Ada yang berbentuk kupu-kupu, ada pula mirip putri kipas dengan sanggul menjulang. Mereka tampak sangat cantik dalam balutan busana yang relatif murah tetapi tetap berkelas itu. Chika Cladis Prisilia, 5, salah satu model cilik mengatakan, sudah terbiasa mengenakan busana pesta dengan bahan koran bekas, dengan atasannya terbuat dari bungkus kopi instan dan ikat pinggangnya dari tutup botol minuman kaleng.
”Untuk membuat ini kami butuh satu Minggu, mulai mendesain hingga menganyam atasan gaunnya. Ini membutuhkan ketelitian dan keseriusan. Tapi kami sangat puas, baju ini akan kami simpan untuk ikut fashion show serupa,” kata Frinda, orang tua Chika.
Peragaan busana dari bahan daur ulang ini merupakan salah satu agenda Banyuwangi Festival 2015, sebuah ajang promosi wisata dengan puluhan atraksi sepanjang tahun di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu. ”Atraksi ini bukan sekadar parade fesyen , tetapi lebih pada upaya mengirim pesan penting tentang bagaimana bahan yang tidak terpakai bisa digunakan kembali.
Kita kemas dalam event fesyen agar masyarakat, khususnya anak muda, lebih tertarik berpartisipasi dan terlibat dalam kreasi daur ulang,” kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Dengan atraksi fesyen itu, pemandangan di Pantai Boom memang sangat menarik. Hampir semua ornamen yang digunakan dari bahan bekas.
Seperti meja undangan yang terbuat dari ban bekas, tenda juga menggunakan bambu yang ditutup paranet. Hiasan tenda juga terbuat dari pernik-pernik gelas bekas minuman plastik. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arief Setiawan menambahkan, acara ini diharapkan menggugah masyarakat agar lebih peduli dengan sampah,
terutama sampah nonorganik, karena bisa bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi jika dikemas dengan bagus. ”Kertas jangan hanya sekadar dibuang begitu saja ke tanah, namun harus didaur ulang menjadi sesuatu yang berguna, bahkan bernilai lebih,” kata Arief.
P juliatmoko
Ratusan model cilik hingga dewasa berlenggak- lenggok dengan membawakan busana berbahan barang bekas. Ribuan penonton menyemut mengelilingi Pantai Boom menyaksikan fashion show unik ini. Meskipun dari bahan-bahan bekas, busana yang dibawakan model-model ini tak kalah keren dengan menggunakan kain mahal.
Ada yang berbentuk kupu-kupu, ada pula mirip putri kipas dengan sanggul menjulang. Mereka tampak sangat cantik dalam balutan busana yang relatif murah tetapi tetap berkelas itu. Chika Cladis Prisilia, 5, salah satu model cilik mengatakan, sudah terbiasa mengenakan busana pesta dengan bahan koran bekas, dengan atasannya terbuat dari bungkus kopi instan dan ikat pinggangnya dari tutup botol minuman kaleng.
”Untuk membuat ini kami butuh satu Minggu, mulai mendesain hingga menganyam atasan gaunnya. Ini membutuhkan ketelitian dan keseriusan. Tapi kami sangat puas, baju ini akan kami simpan untuk ikut fashion show serupa,” kata Frinda, orang tua Chika.
Peragaan busana dari bahan daur ulang ini merupakan salah satu agenda Banyuwangi Festival 2015, sebuah ajang promosi wisata dengan puluhan atraksi sepanjang tahun di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu. ”Atraksi ini bukan sekadar parade fesyen , tetapi lebih pada upaya mengirim pesan penting tentang bagaimana bahan yang tidak terpakai bisa digunakan kembali.
Kita kemas dalam event fesyen agar masyarakat, khususnya anak muda, lebih tertarik berpartisipasi dan terlibat dalam kreasi daur ulang,” kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. Dengan atraksi fesyen itu, pemandangan di Pantai Boom memang sangat menarik. Hampir semua ornamen yang digunakan dari bahan bekas.
Seperti meja undangan yang terbuat dari ban bekas, tenda juga menggunakan bambu yang ditutup paranet. Hiasan tenda juga terbuat dari pernik-pernik gelas bekas minuman plastik. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Arief Setiawan menambahkan, acara ini diharapkan menggugah masyarakat agar lebih peduli dengan sampah,
terutama sampah nonorganik, karena bisa bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi jika dikemas dengan bagus. ”Kertas jangan hanya sekadar dibuang begitu saja ke tanah, namun harus didaur ulang menjadi sesuatu yang berguna, bahkan bernilai lebih,” kata Arief.
P juliatmoko
(bhr)