Desa Terisolasi Longsor Dibuka

Senin, 23 Februari 2015 - 11:14 WIB
Desa Terisolasi Longsor Dibuka
Desa Terisolasi Longsor Dibuka
A A A
MADIUN - Warga yang terisolasi akibat akses jalan desa yang tertutup material longsor pada Kamis (19/2), kini boleh bernapas lega. Sejak kemarin, mobilitas mereka sudah berangsur normal.

Dua buah alat berat yang dikerahkan sejak Jumat (20/2) lalu untuk membersihkan telah memperlihatkan kinerjanya. Sejak Minggu (22/2) kemarin, alat itu mampu memindahkan sebagian besar tanah dan bebatuan yang menghalangi jalanan. Kini jalan ke Dusun Morosowo, Desa Mendak, bisa dilewati.

“Alhamdulillah, siang tadi (kemarin) sebagian besar material longsor bisa diatasi sehingga jalan ke Dusun Morosowo dapat dilewati lagi. Banyaknya material, meski sudah dimasukkan dalam jurang di sebelahnya,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun Edy Harianto.

Meski begitu, hanya motor yang bisa lewat, itu pun harus ekstra hati-hati karena masih banyak material tanah melekat di aspal. Mobil dipastikan belum bisa lewat karena licin. Tapi terbukanya akses jalan itu mempermudah distribusi bantuan bagi 55 jiwa yang terisolasi.

“Saya minta penyingkiran material longsor dan banjir terus dikoordinasikan dengan sejumlah pihak yang ada. Begitu juga bantuan agar diberikan secepatnya, setelah jalur terisolasi dapat dibuka agar warga itu (Dusun Morosowo) terbebas dari kekurangan. Bagi daerah rawan, saya minta sementara tidak ditempati dulu,” ujar Bupati Madiun Muhtarom yang kemarin turun langsung ke lokasi.

Banjir bandang dan tanah longsor melanda Desa Segulung, Joho, dan Mendak sejak Kamis (19/2) malam dan Jumat (20/2) pagi lalu, menyebabkan 35 rumah rusak serta 17 di antaranya rusak berat. Selain itu, banjir bandang menyebabkan empat jembatan besar antardesa terputus total serta sejumlah dam dan plengsengan Sungai Seprahu hancur.

Bencana ini juga mengakibatkan dua warga Desa Segulung hanyut terbawa air bah, merusak sejumlah rumah penduduk, persawahan, dan lainnya. Satu korban hanyut. Mbah Dinah, 80, sudah ditemukan dalam kondisi tewas. Satu lagi korban, Dinem, 60, anak Mbah Dina, hingga kini belum ditemukan.

Pencarian jasad Dinem melibatkan Tim Basarnas Surabaya serta dibantu unsur TNI, Polri, dan masyarakat. Longsor terparah mengakibatkan 19 keluarga terdiri dari 55 jiwa di RT 05/RW 02 Dusun Morosowo, Desa Mendak, terisolasi. Jalan aspal menuju permukiman penduduk sempat tertutup bongkahan longsor setinggi mulai 3-15 meter sepanjang 10-30 meter.

“Khusus di RT saya ada tiga rumah dalam kondisi rusak berat karena diterjang longsor, yaitu rumah Lasmini, Lamiyun, dan Parmun, masih memiliki hubungan keluarga. Meski rumah saya rusak diterjang longsor tetapi tak separah ketiga rumah itu,” kata Muhammad Wahid, ketua RT 05/RW 02, Dusun Morosowo, Desa Mendak.

Sejumlah warga yang rumahnya mengalami kerusakan hanya bisa berharap segera mendapat bantuan perbaikan. “Saya dan warga lain senasib hanya meminta bantuan segera diberikan serta dilaksanakan agar semua terkena musibah dapat kembali berteduh dalam rumah,” ujar Lamiyun diamini warga lain.

Warga hendak belanja untuk memenuhi kebutuhan harus jalan kaki sekitar 1,5 km-2 km karena motor tidak bisa melintas akibat masih banyak material longsor bercampur batu. Warga juga sempat mengalami kesulitan air bersih yang terpaksa harus menadahi air hujan untuk berbagai kebutuhan. “Sebab pipa air dari lereng Gunung Wilis terputus,” ujarnya.

Dili eyato
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6524 seconds (0.1#10.140)
pixels