Tanah Bergeser, 5 Rumah Warga Amblas
A
A
A
MADIUN - Debit Sungai Jeroan yang meningkat akibat tingginya curah hujan yang mengguyur Balerejo, Kabupaten Madiun, mulai mengancam permukiman warga.
Sungai yang sering meluap berpotensi melalap rumah-rumah warga di sekitar bantaran sungai. Bahkan kemarin sudah ada lima rumah warga di Desa Warurejo, Kecamatan Balerejo yang dindingnya bergeser dan roboh setelah tanah di bawah bangunan ambles sedalam tiga meter.
Kelima bangunan rumah tersebut milik warga bernama Mulyadi, 57; Sabari, 64; Suwarno, 45, Sudarto, 50; dan Yuliana, 35. Mulyadi mengatakan, hujan sebulan terakhir mengakibatkan debit air sungai naik drastis. Beberapa kali air naik dan menerjang sebagian besar lahan di tepi sungai sehingga tanahnya pun tergerus. ”Tanah dan tanggul tak mampu menahan luapan air sungai. Tanggul yang dibangun Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo pada 2010 ikut patah hingga ambles,” ujar Mulyadi, kemarin.
Dia menerangkan, bagian belakang rumahnya ikut menjadi korban akibat adanya pergeseran tanah sepanjang tiga meter. Dinding penutup dapur rumahnya ambruk. ”Sepekan lalu, retakan tanah hanya sepanjang satu meter saja. Namun beberapa waktu ini, kondisi tanah terus mengalami pergerakan hingga mengakibatkan bangunan rumah belakang roboh total,” ucapnya.
Pejabat sementara (PJs) Kades Warurejo, Sigit Giarto, mengatakan, luapan air sungai mengancam pemukiman penduduk di empat lokasi di wilayahnya. Di antaranya RT 2, 3, 4 dan 5. ”Lebar sungai yang awalnya 50 meter kini menyempit menjadi 25 meter .Tanah di bantaran sungai bergeser masuk ke dalam sungai. Ada empat titik yang terancam amblas. Kami sudah menginformasikan hal ini kepada Pemkab Madiun dan BBWS Bengawan Solo,” ujar Sigit.
Sigit berharap kondisi yang dialami warganya segera mendapatkan penanganan yang lebih cepat dan serius dari pemerintah.
Dili eyato
Sungai yang sering meluap berpotensi melalap rumah-rumah warga di sekitar bantaran sungai. Bahkan kemarin sudah ada lima rumah warga di Desa Warurejo, Kecamatan Balerejo yang dindingnya bergeser dan roboh setelah tanah di bawah bangunan ambles sedalam tiga meter.
Kelima bangunan rumah tersebut milik warga bernama Mulyadi, 57; Sabari, 64; Suwarno, 45, Sudarto, 50; dan Yuliana, 35. Mulyadi mengatakan, hujan sebulan terakhir mengakibatkan debit air sungai naik drastis. Beberapa kali air naik dan menerjang sebagian besar lahan di tepi sungai sehingga tanahnya pun tergerus. ”Tanah dan tanggul tak mampu menahan luapan air sungai. Tanggul yang dibangun Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo pada 2010 ikut patah hingga ambles,” ujar Mulyadi, kemarin.
Dia menerangkan, bagian belakang rumahnya ikut menjadi korban akibat adanya pergeseran tanah sepanjang tiga meter. Dinding penutup dapur rumahnya ambruk. ”Sepekan lalu, retakan tanah hanya sepanjang satu meter saja. Namun beberapa waktu ini, kondisi tanah terus mengalami pergerakan hingga mengakibatkan bangunan rumah belakang roboh total,” ucapnya.
Pejabat sementara (PJs) Kades Warurejo, Sigit Giarto, mengatakan, luapan air sungai mengancam pemukiman penduduk di empat lokasi di wilayahnya. Di antaranya RT 2, 3, 4 dan 5. ”Lebar sungai yang awalnya 50 meter kini menyempit menjadi 25 meter .Tanah di bantaran sungai bergeser masuk ke dalam sungai. Ada empat titik yang terancam amblas. Kami sudah menginformasikan hal ini kepada Pemkab Madiun dan BBWS Bengawan Solo,” ujar Sigit.
Sigit berharap kondisi yang dialami warganya segera mendapatkan penanganan yang lebih cepat dan serius dari pemerintah.
Dili eyato
(ftr)