Anggota Tim Seleksi Ikut Penjaringan Calon Bupati Gerindra
A
A
A
JEMBER - Penjaringan calon bupati Jember yang dilaksanakan Partai Gerindra memang “istimewa”. Bayangkan, anggota tim sembilan yang bertugas menyeleksi nama-nama calon malah ikut mendaftar.
Pendaftaran kemarin diawali oleh Wahyudi Widodo (mantan Camat Puger), lalu M Arifin (rektor IKIP PGRI Jember) yang datang diiringi puluhan tukang becak dan pengamen, serta terakhir M Sholeh. Dia adalah anggota tim sembilan alias tim penjaringan calon bupati Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPC Gerindra Jember. Muncul dugaan ada perpecahan di internal partai besutan Prabowo Subianto itu.
Namun, Soleh pun santai atas sorotan tersebut. Sholeh justru meminta kepada kader lain untuk tidak gentar ikut mendaftar. “Kami juga merupakan kader partai. Jadi wajar saja kalau mendaftar ke Partai Gerindra,” ujar Sholeh percaya diri. Menurut dia, tugas tim sembilan tidak menghalangi haknya sebagai kader untuk turut mendaftar dalam penjaringan pencalonan bupati. Tugas tim sembilan hanya menumpuk administrasi data para calon.
“Tidak ada aturan tim sembilan mencoret atau mengeliminasi satu calon sehingga semua nama punya kesempatan sama,” tuturnya. Sholeh bahkan Partai Gerindra akan mengutamakan kader untuk direkomendasikan dibandingkan dengan calon lain. Dia tak gentar bertarung dengan calon lain yang telah mendaftar karena menurutnya hanya DPP Partai Gerindra yang menjadi penentu rekomendasi pencalonan bupati.
DPC Gerindra hanya mengusulkan nama-nama yang mendaftar ke DPW untuk mendapatkan persetujuan sebelum ditentukan DPP. Bisa jadi, kata Sholeh, nama yang ditunjuk DPP bukan yang diusulkan DPC Gerindra. Dia berkaca pada pemilihan ketua DPRD Jember, karena DPP menunjuk nama yang sama sekali tak pernah diusulkan DPC Gerindra Jember. “Semuanya kan bergantung DPP yang menentukan. Jadi siapa saja bisa mendaftar,” kata Sholeh.
M Arifin yang kemarin juga mengambil formulir meyakini bakal mendapatkan rekomendasi Gerindra dalam Pemilihan Bupati (Pilbup) Jember mendatang. Terkait fakta bahwa namanya masuk dalam bursa dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH), Arifin mengatakan, tidak ada masalah dengan hal itu. “Kami tidak ingin terjebak dalam perseteruan dua arus besar ini,” kata Arifin.
Menurut anggota tim sembilan, Fatkhul Hadi Muzaki, meski sudah ada tujuh nama mengambil formulir, belum ada satu pun yang mengembalikan hingga petang kemarin. Hal itu bisa dipahami karena sekitar tujuh formulir yang harus dilengkapi.
Selain pernyataan kesanggupan menjadi kader Gerindra, formulir lain di antaranya mengenai konsep strategi pemenangan, pernyataan kesediaan membiayai seluruh kebutuhan saat masa kampanye, serta membuat program kerja sesuai dengan visi misi partai.
Tim sembilan memberikan waktu hingga 15 Februari untuk me-ngembalikan formulir. Bagi yang tidak mengembalikan, maka dianggap gugur dalam proses penjaringan.
P Juliatmoko
Pendaftaran kemarin diawali oleh Wahyudi Widodo (mantan Camat Puger), lalu M Arifin (rektor IKIP PGRI Jember) yang datang diiringi puluhan tukang becak dan pengamen, serta terakhir M Sholeh. Dia adalah anggota tim sembilan alias tim penjaringan calon bupati Partai Gerindra yang juga Wakil Ketua DPC Gerindra Jember. Muncul dugaan ada perpecahan di internal partai besutan Prabowo Subianto itu.
Namun, Soleh pun santai atas sorotan tersebut. Sholeh justru meminta kepada kader lain untuk tidak gentar ikut mendaftar. “Kami juga merupakan kader partai. Jadi wajar saja kalau mendaftar ke Partai Gerindra,” ujar Sholeh percaya diri. Menurut dia, tugas tim sembilan tidak menghalangi haknya sebagai kader untuk turut mendaftar dalam penjaringan pencalonan bupati. Tugas tim sembilan hanya menumpuk administrasi data para calon.
“Tidak ada aturan tim sembilan mencoret atau mengeliminasi satu calon sehingga semua nama punya kesempatan sama,” tuturnya. Sholeh bahkan Partai Gerindra akan mengutamakan kader untuk direkomendasikan dibandingkan dengan calon lain. Dia tak gentar bertarung dengan calon lain yang telah mendaftar karena menurutnya hanya DPP Partai Gerindra yang menjadi penentu rekomendasi pencalonan bupati.
DPC Gerindra hanya mengusulkan nama-nama yang mendaftar ke DPW untuk mendapatkan persetujuan sebelum ditentukan DPP. Bisa jadi, kata Sholeh, nama yang ditunjuk DPP bukan yang diusulkan DPC Gerindra. Dia berkaca pada pemilihan ketua DPRD Jember, karena DPP menunjuk nama yang sama sekali tak pernah diusulkan DPC Gerindra Jember. “Semuanya kan bergantung DPP yang menentukan. Jadi siapa saja bisa mendaftar,” kata Sholeh.
M Arifin yang kemarin juga mengambil formulir meyakini bakal mendapatkan rekomendasi Gerindra dalam Pemilihan Bupati (Pilbup) Jember mendatang. Terkait fakta bahwa namanya masuk dalam bursa dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH), Arifin mengatakan, tidak ada masalah dengan hal itu. “Kami tidak ingin terjebak dalam perseteruan dua arus besar ini,” kata Arifin.
Menurut anggota tim sembilan, Fatkhul Hadi Muzaki, meski sudah ada tujuh nama mengambil formulir, belum ada satu pun yang mengembalikan hingga petang kemarin. Hal itu bisa dipahami karena sekitar tujuh formulir yang harus dilengkapi.
Selain pernyataan kesanggupan menjadi kader Gerindra, formulir lain di antaranya mengenai konsep strategi pemenangan, pernyataan kesediaan membiayai seluruh kebutuhan saat masa kampanye, serta membuat program kerja sesuai dengan visi misi partai.
Tim sembilan memberikan waktu hingga 15 Februari untuk me-ngembalikan formulir. Bagi yang tidak mengembalikan, maka dianggap gugur dalam proses penjaringan.
P Juliatmoko
(ftr)