Tanggalkan Pena, Angkat Alat Fogging

Selasa, 10 Februari 2015 - 12:22 WIB
Tanggalkan Pena, Angkat Alat Fogging
Tanggalkan Pena, Angkat Alat Fogging
A A A
MOJOKERTO - Menanggalkan kamera dan alat tulis. Itulah yang dilakukan puluhan wartawan Mojokerto saat memperingati Hari Pers Nasional (HPN) kemarin.

Momen setahun sekali bagi wartawan itu dimanfaatkan untuk blusukan ke kampung. Mereka tak melakukan peliputan. Sebaliknya, para kuli tinta ini memegang alat pengasapan untuk melakukan pengasapan (fogging ). Sejak pagi, para wartawan media cetak, elektronik, dan online sudah sibuk menyiapkan peralatan fogging di Balai Desa Mojodadi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.

Bersama dengan petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto, mereka menyiapkan sedikitnya sembilan alat fogging. Alat-alat itu sedianya bakal dioperasikan di empat dusun endemis demam berdarah dengue (DBD). Dengan sedikit pengarahan dari petugas Dinkes Kabupaten Mojokerto, para awak media itu memulai pengasapan yang dilakukan di rumah-rumah warga di Dusun Bakalan.

Tak hanya para wartawan, sejumlah wartawati juga ikut ambil bagian menenteng alat fogging yang lumayan berat. Asap mengepul keluar dari mulut mesin fogging . Tak hanya menyemprot rumah, sejumlah selokan juga menjadi sasaran pengasapan.

Aksi para jurnalis ini menjawab harapan warga di Desa Mojolegi yang sejak lama ingin daerahnya diasapi, menyusul banyaknya kasus DBD di desa ini. Dari empat dusun, hanya satu dusun yang sudah dilakukan pengasapan oleh Dinkes. “Warga di tiga dusun lainnya memang berharap wilayah mereka juga di-fogging . Tercatat, ada 12 kasus DBD di desa kami,” ungkap Kepala Desa Mojodadi Agus Suprayitno kemarin.

Dia mengapresiasi bakti sosial yang dilakukan Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Mojokerto ini. Dia berharap masyarakat bisa lebih tenang menghadapi DBD yang mewabah di wilayah utara Sungai Kali Brantas itu. Terlebih, para wartawan juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). “Ini bisa menjadi pendorong kami untuk melakukan penegahan,” ujar Agus.

Ketua panitia HPN PWI Mojokerto Handi Firmansyah mengatakan momen peringatan HPN ini sengaja dilakukan dengan menggelar bakti sosial. Menyusul ditetapkannya status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di Kabupaten Mojokerto, para wartawan ingin berbagi peduli. “Fogging banyak diharapkan masyarakat, khususnya di wilayah endemis. Sedikit yang kami lakukan, tapi kami yakin ini cukup membantu,” ucapnya.

Wartawan salah satu televisi swasta ini berharap status KLB DBD di Kabupaten Mojokerto bisa secepatnya bisa diatasi. Dia juga meminta agar Dinkes lebih terdorong melakukan penanganan dan pencegahan DBD di wilayahnya. “Dan saat ini memang banyak warga yang berharap wilayah mereka disentuh fogging ,” tandas Handi Firmansyah.

Kasus DBD di Kabupaten Mojokerto dari hari ke hari terus bertambah. Saat ini jumlah korban meninggal dunia bertambah dua pasien. “Baru-baru ini ada dua pasien meninggal dunia. Sampai hari ini (kemarin) tercatat lima orang meninggal dunia dengan jumlah kasus 87 DBD,” ujar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kabu-paten Mojokerto Mudji Taher kemarin.

Dia juga berharap, masyarakat tak hanya mengandalkan fogging sebagai upaya pencegahan DBD. Langkah antisipasi yang paling efektif dengan melakukan PSN secara rutin. “Fogging hanya akan membunuh nyamuk dewasa. Jentik-jentiknya hanya bisa dibasmi dengan melakukan PSN. Masyarakat harus ikut serta untuk memerangi DBD ini,” tandasnya.

Tritus Julan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6635 seconds (0.1#10.140)