Tantang Bus Halokes, Sopir Blokade Tugu

Jum'at, 23 Januari 2015 - 11:29 WIB
Tantang Bus Halokes, Sopir Blokade Tugu
Tantang Bus Halokes, Sopir Blokade Tugu
A A A
MALANG - Pengoperasian bus sekolah (halokes) disambut sengit oleh ratusan pengemudi angkutan kota (angkota) Malang. Mereka kembali berunjuk rasa menentang pengoperasian angkutan gratis tersebut.

Para pengemudi ini datang dengan angkota masing-masing. Mereka melakukan aksi blokade Bundaran Tugu menolak operasional bus gratis itu. Aksi blokade dari angkota perwakilan dari 25 jalur tersebut dilakukan mendadak. Angkota diparkir memenuhi jalan di sepanjang Bundaran Tugu hingga Jalan Kertanegara dan di depan Stasiun Besar Malang. Blokade jalan ini dilakukan hingga lima jam lamanya.

Polisi terpaksa mengalihkan arus lalu lintas untuk menghindari terjadinya kemacetan. Aksi para pengemudi angkota baru berakhir setelah proses dialog antara perwakilan pengemudi dengan wali kota selesai dilaksanakan. Dialog itu belum bisa memutuskan terkait kelanjutan operasional bus sekolah gratis. Antara wali kota dengan perwakilan pengemudi hanya menyepakati dilakukan survei lapangan terkait pengaruh bus sekolah terhadap pendapatan angkota.

Survei itu akan mulai dilaksanakan hari ini, Jumat (23/1). Bahkan, untuk tetap bisa dioperasikannya bus sekolah gratis itu, Wali Kota Malang M. Anton sampai memohon kepada pengemudi angkota. “Saya mengemis kepada bapak-bapak pengemudi angkota agar bapak-bapak semua bisa mengerti soal bus sekolah ini. Banyak dari anggota masyarakat yang senang dan berharap layanan bus gratis ini bisa segera dioperasikan,” ujarnya saat memimpin dialog dengan perwakilan pengemudi.

Wali kota yang akrab disapa Abah Anton ini menyebutkan, masyarakat yang tidak mampu, termasuk para janda yang harus menyekolahkan anaknya, sangat membutuhkan ada layanan bus sekolah gratis ini agar anak-anaknya bisa sekolah tanpa mengeluarkan biaya lagi. “Mereka hidupnya susah, membutuhkan bantuan dari pemerintah. Mungkin bapak-bapak sekalian masih lebih baik kondisinya karena masih bisa bekerja,” tuturnya.

Secara teknis dia menjelaskan, bus sekolah ini hanya untuk satu kali jalan, yakni untuk pemberangkatan sekolah dan untuk pemulangan. Masing-masing bus hanya berkapasitas 40 penumpang. Sekarang ada enam bus sehingga kapasitas yang bisa diangkut dalam sehari hanya 480 penumpang untuk berangkat dan pulang. Apabila dikalkulasikan dengan tarif angkot untuk pelajar sebesar Rp2.000, maka hanya sebesar Rp960 ribu nilainya.

Secara jumlah Anton menyatakan, masih banyak pelajar belum bisa terangkut oleh bus sekolah gratis ini sehingga bisa memanfaatkan angkota untuk berangkat dan pulang sekolah. Bahkan, saat ini juga ada larangan bagi para pelajar agar tidak menggunakan kendaraan bermotor ke sekolah, terutama bagi para pelajar yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Pengemudi angkota jalur Madyopuro-Mulyorejo, Handoko Waluyo mengaku, selama ini para pengemudi angkota cemas dengan ada bus sekolah karena dikhawatirkan akan berdampak besar terhadap pendapatan pengemudi angkota. “Saat ini kondisi angkota sudah sepi penumpang, kalau pelajarnya ikut diangkut oleh bus sekolah gratis, maka penumpang kami akan habis,” ujarnya.

Dia menyebutkan, sebelum ada bus sekolah, setiap pagi angkota yang dikemudikannya selalu dipenuhi para pelajar yang akan berangkat ke sekolah. Sekarang penumpang pelajar tinggal dua sampai tiga orang.

Yuswantoro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6480 seconds (0.1#10.140)