KSAD Janji Kawal Peredaran Pupuk
A
A
A
BOJONEGORO - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Gatot Nurmantyo, ditemani Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Eko Wiratmoko; Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim), Saifullah Yusuf; Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Semiring; dan Bupati Bojonegoro, Suyoto, melakukan panen raya padi di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo tepatnya di Desa Kedungarum, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, kemarin.
Panen raya padi ini diikuti ratusan petani yang mempunyai sawah di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo. Panen padi kali ini seluas 350 hektare (ha) dengan rata-rata hasil panen padi per hektare mencapai 8–10 ton gabah. KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo usai melakukan panen raya padi mengatakan, panen padi di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro ini cukup berhasil.
Bahkan, kata dia, rata-rata hasil panen padi per hektare bisa mencapai sepuluh ton. “Sebelumnya setiap kali musim hujan, petani di bantaran Sungai Bengawan Solo ini penuh lembah tangisan, tetapi sekarang jadi lembah senyuman,” ujarnya.
Dia mengatakan, KSAD telah diperintahkan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan swasembada pangan. Karena itu di lapangan, anggota Babinsa di setiap desa ikut membantu menjadi penyuluh pertanian agar panen padi berhasil.
Untuk mencapai swasembada pangan itu, kata Gatot Nurmantyo, ada syarat yang harus dipenuhi, di antaranya memperbaiki tanggul dan waduk yang rusak serta membangun tanggul atau waduk jika diperlukan. Kemudian, memperbaiki jaringan dan saluran irigasi untuk menyuplai kebutuhan air di persawahan.
Untuk mencapai swasembada pangan itu, lanjut Gatot, di daerah Karangnongko, Kabupaten Bojonegoro, nantinya juga akan dibangun Waduk Karangnongko yang menelan anggaran senilai Rp900 miliar.
Pemkab Bojonegoro siap menyediakan anggaran Rp100 miliar, selebihnya Pemprov Jatim dan pemerintah pusat siap menyediakan anggaran Rp600 miliar sampai Rp700 miliar. “Itu semua untuk mencapai swasembada pangan. Saat ini saja di Jatim terjadi surplus padi dua ton, dari sebelumnya 12 juta ton menjadi 14 ton. Kabupaten Bojonegoro bisa menghasilkan satu juta ton padi itu luar biasa,” ungkapnya.
Selain itu, untuk kelancaran distribusi pupuk dari pabrik ke petani, juga akan mendapatkan perhatian. Prajurit TNI, kata Gatot, akan ikut mengawasi pendistribusian pupuk sejak dari pelabuhan hingga sampai ke kios pupuk dan sampai ke tangan petani. “Distribusi pupuk harus tepat sasaran dan juga tepat waktunya,” ujarnya.
Sementara itu, bupati Bojonegoro saat melakukan panen raya mengatakan, Kabupaten Bojonegoro bertekad ingin menjadi lumbung pangan dan juga lumbung energi bagi negeri. Sebelumnya, kata dia, petani di daerah Kedungadem telah berhasil memanen bawang merah, dan kini dilanjutkan panen padi di daerah Kanor.
“Kalau sebelumnya petani di daerah bantaran Bengawan Solo ini selalu gagal panen saat musim hujan karena kebanjiran, kini mereka bisa tersenyum karena berhasil panen padi,” ujarnya.
Muhammad Roqib
Panen raya padi ini diikuti ratusan petani yang mempunyai sawah di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo. Panen padi kali ini seluas 350 hektare (ha) dengan rata-rata hasil panen padi per hektare mencapai 8–10 ton gabah. KSAD Jenderal TNI Gatot Nurmantyo usai melakukan panen raya padi mengatakan, panen padi di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro ini cukup berhasil.
Bahkan, kata dia, rata-rata hasil panen padi per hektare bisa mencapai sepuluh ton. “Sebelumnya setiap kali musim hujan, petani di bantaran Sungai Bengawan Solo ini penuh lembah tangisan, tetapi sekarang jadi lembah senyuman,” ujarnya.
Dia mengatakan, KSAD telah diperintahkan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan swasembada pangan. Karena itu di lapangan, anggota Babinsa di setiap desa ikut membantu menjadi penyuluh pertanian agar panen padi berhasil.
Untuk mencapai swasembada pangan itu, kata Gatot Nurmantyo, ada syarat yang harus dipenuhi, di antaranya memperbaiki tanggul dan waduk yang rusak serta membangun tanggul atau waduk jika diperlukan. Kemudian, memperbaiki jaringan dan saluran irigasi untuk menyuplai kebutuhan air di persawahan.
Untuk mencapai swasembada pangan itu, lanjut Gatot, di daerah Karangnongko, Kabupaten Bojonegoro, nantinya juga akan dibangun Waduk Karangnongko yang menelan anggaran senilai Rp900 miliar.
Pemkab Bojonegoro siap menyediakan anggaran Rp100 miliar, selebihnya Pemprov Jatim dan pemerintah pusat siap menyediakan anggaran Rp600 miliar sampai Rp700 miliar. “Itu semua untuk mencapai swasembada pangan. Saat ini saja di Jatim terjadi surplus padi dua ton, dari sebelumnya 12 juta ton menjadi 14 ton. Kabupaten Bojonegoro bisa menghasilkan satu juta ton padi itu luar biasa,” ungkapnya.
Selain itu, untuk kelancaran distribusi pupuk dari pabrik ke petani, juga akan mendapatkan perhatian. Prajurit TNI, kata Gatot, akan ikut mengawasi pendistribusian pupuk sejak dari pelabuhan hingga sampai ke kios pupuk dan sampai ke tangan petani. “Distribusi pupuk harus tepat sasaran dan juga tepat waktunya,” ujarnya.
Sementara itu, bupati Bojonegoro saat melakukan panen raya mengatakan, Kabupaten Bojonegoro bertekad ingin menjadi lumbung pangan dan juga lumbung energi bagi negeri. Sebelumnya, kata dia, petani di daerah Kedungadem telah berhasil memanen bawang merah, dan kini dilanjutkan panen padi di daerah Kanor.
“Kalau sebelumnya petani di daerah bantaran Bengawan Solo ini selalu gagal panen saat musim hujan karena kebanjiran, kini mereka bisa tersenyum karena berhasil panen padi,” ujarnya.
Muhammad Roqib
(ftr)