ITS Ditantang Produksi Mobil Massal
A
A
A
SURABAYA - PT Pertamina (Persero) menantang Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan mobil listrik. Kampus teknik tertua di Tanah Air itu diminta tidak lagi sebatas menciptakan mobil listrik untuk riset, tapi untuk diproduksi massal.
Tantangan ini disampaikan langsung Dirut Pertamina Dwi Soetjipto di sela-sela penyerahan bantuan corporate social responsibility (CSR) satu mobil listrik dari PT Pertamina (Persero) ke ITS di depan gedung rektorat kemarin. Selain ke ITS, sebelumnya salah satu perusahaan pelat merah ini juga menyerahkan bantuan yang sama ke sejumlah perguruan tinggi, yakni Universitas Brawijaya (UB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Banding (ITB), dan Universitas Riau.
Program ini untuk mendukung pengembangan nasional dalam penyediaan mobil listrik. ”Mobil listrik ini dibuat di Bogor. Bagi ITS (dan kampus lain yang menerima) ini bisa jadi pembanding saja. ITS, ITB, dan perguruan tinggi lain diharap bisa berkontribusi. Semoga bisa membuat vehicle dan yang bisa bantu mahasiswa (praktik serta penelitian),” kata Dwi menyampaikan alasan lain.
Perguruan tinggi terus didorong memproduksi mobil listrik lantaran ketersediaan bahan bakar minyak sebagai sumber energi. ”Kita dulu surplus minyak, sekarang sedikit produksi minyaknya,” tandas pria asli Surabaya ini. Dwi menilai pemerintah sekarang baru merasakan arti penting keberadaan Pertamina. Pemerintah sebelumnya kurang percaya menyerahkan sumber minyak ke Pertamina.
”Pertamina sekarang akan berjuang menggarap sisa ladang minyak. Ladang yang habis kontrak akan digarap. Kandungan minyaknya sisa sedikit, kalau tidak diserahkan ke Pertamina, ya keterlaluan,” ucapnya.
Investasi di kilang minyak tidak ekonomis sehingga diputuskan impor. Di sisi lain, yang membangun kilang minyak justru pemerintah asing. ”Kita bisa garap proyek kilang dan investasi ditekan. Untuk membangun kedaulatanenergi, kilangharuskita bangun. Yang ahli proyek manajemen di ITS, bisa ikut,” kata alumni Teknik Kimia ITS ini.
Pertamina melakukan revitalisasi kilang untuk ketersediaan minyak berikut. Revitalisasi kilang dari Ron 88 ke 92 perlu 2- 3 tahun. Untuk membuat kilang baru perlu waktu lima tahun. Semua upaya untuk membangun kedaulatan energi. Bisa menyuplai energi dengan harga yang lebih murah kepada konsumen.
Dwi juga menyinggung Pertamina dan jaringan akan menjaga jaga keamanan suplai dan harga bahan bakar sesuai ketentuan. Terkait naik-turun harga bahan bakar minyak akhirakhir ini, Dwi mengaku pihaknya memberi masukan ke pemerintah dari sisi harga. ”Paling tidak kita beri masukan soal harga. Pemerintah kawal agar Pertamina tidak rugi dan tidak untung berlebihan,” ucapnya.
Rektor ITS Tri Yogi menambahkan, selama ini pihaknya terus mengembangkan mobil listrik. Bahkan, belum lama ini menghasilkan dua mobil listrik yang pada 2-6 Mei 2014 diujicobakan dari Jakarta ke Surabaya.
”Semua dibikin sendiri, kecuali motor dan baterai. Kemarin kami juga membuat bis listrik, kerja sama dengan BUMN yang lain. ITS sebagai salah satu perguruan tinggi terus merancang mobil listrik. Tahun 2015 ini kita akan luncurkan mobil listrik keempat bernama Braja Wahana dengan content local ditingkatkan,” pungkas Tri Yogi.
Soeprayitno
Tantangan ini disampaikan langsung Dirut Pertamina Dwi Soetjipto di sela-sela penyerahan bantuan corporate social responsibility (CSR) satu mobil listrik dari PT Pertamina (Persero) ke ITS di depan gedung rektorat kemarin. Selain ke ITS, sebelumnya salah satu perusahaan pelat merah ini juga menyerahkan bantuan yang sama ke sejumlah perguruan tinggi, yakni Universitas Brawijaya (UB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Banding (ITB), dan Universitas Riau.
Program ini untuk mendukung pengembangan nasional dalam penyediaan mobil listrik. ”Mobil listrik ini dibuat di Bogor. Bagi ITS (dan kampus lain yang menerima) ini bisa jadi pembanding saja. ITS, ITB, dan perguruan tinggi lain diharap bisa berkontribusi. Semoga bisa membuat vehicle dan yang bisa bantu mahasiswa (praktik serta penelitian),” kata Dwi menyampaikan alasan lain.
Perguruan tinggi terus didorong memproduksi mobil listrik lantaran ketersediaan bahan bakar minyak sebagai sumber energi. ”Kita dulu surplus minyak, sekarang sedikit produksi minyaknya,” tandas pria asli Surabaya ini. Dwi menilai pemerintah sekarang baru merasakan arti penting keberadaan Pertamina. Pemerintah sebelumnya kurang percaya menyerahkan sumber minyak ke Pertamina.
”Pertamina sekarang akan berjuang menggarap sisa ladang minyak. Ladang yang habis kontrak akan digarap. Kandungan minyaknya sisa sedikit, kalau tidak diserahkan ke Pertamina, ya keterlaluan,” ucapnya.
Investasi di kilang minyak tidak ekonomis sehingga diputuskan impor. Di sisi lain, yang membangun kilang minyak justru pemerintah asing. ”Kita bisa garap proyek kilang dan investasi ditekan. Untuk membangun kedaulatanenergi, kilangharuskita bangun. Yang ahli proyek manajemen di ITS, bisa ikut,” kata alumni Teknik Kimia ITS ini.
Pertamina melakukan revitalisasi kilang untuk ketersediaan minyak berikut. Revitalisasi kilang dari Ron 88 ke 92 perlu 2- 3 tahun. Untuk membuat kilang baru perlu waktu lima tahun. Semua upaya untuk membangun kedaulatan energi. Bisa menyuplai energi dengan harga yang lebih murah kepada konsumen.
Dwi juga menyinggung Pertamina dan jaringan akan menjaga jaga keamanan suplai dan harga bahan bakar sesuai ketentuan. Terkait naik-turun harga bahan bakar minyak akhirakhir ini, Dwi mengaku pihaknya memberi masukan ke pemerintah dari sisi harga. ”Paling tidak kita beri masukan soal harga. Pemerintah kawal agar Pertamina tidak rugi dan tidak untung berlebihan,” ucapnya.
Rektor ITS Tri Yogi menambahkan, selama ini pihaknya terus mengembangkan mobil listrik. Bahkan, belum lama ini menghasilkan dua mobil listrik yang pada 2-6 Mei 2014 diujicobakan dari Jakarta ke Surabaya.
”Semua dibikin sendiri, kecuali motor dan baterai. Kemarin kami juga membuat bis listrik, kerja sama dengan BUMN yang lain. ITS sebagai salah satu perguruan tinggi terus merancang mobil listrik. Tahun 2015 ini kita akan luncurkan mobil listrik keempat bernama Braja Wahana dengan content local ditingkatkan,” pungkas Tri Yogi.
Soeprayitno
(ars)