BI Jaga Inflasi Jatim 4%

Selasa, 13 Januari 2015 - 12:53 WIB
BI Jaga Inflasi Jatim 4%
BI Jaga Inflasi Jatim 4%
A A A
SURABAYA - Bank Indonesia (BI) berupaya menekan inflasi sebesar 4% plus minus 1% pada 2015. Dengan begitu, perekonomian Jawa Timur (Jatim) bisa stabil.

Langkah yang dilakukan BI adalah dengan pendekatan tematik di setiap kabupaten/ kota, peningkatan kapasitas distribusi, dan jalur konektivitas komoditas. Dengan langkah ini, maka inflasi tidak bisa melaju cepat. Deputi Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur Soekowardojo mengatakan, untuk sasaran inflasi 4% plus minus 1% bisa terealisasi selama tidak ada gejolak, seperti bencana alam atau kenaikan harga pada administered price. ”Yang penting tidak ada gejolak alam, inflasi bisa kami tekan,” katanya.

Selain itu, rapat TPID yang dilaksanakan pada 7 Januari 2015 di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur mengusulkan untuk menyesuaikan dengan jumlah komoditas yang menjadi sasaran operasi pasar. Selama ini hanya komoditas beras, gula pasir, tepung terigu, dan minyak goreng, yang dijadikan sasaran operasi pasar TPID Jatim.

Diharapkan dengan ada penambahan sasaran operasi pasar, volatilitas harga terutama bahan pokok makanan dapat ditekan dan dikendalikan. Inflasi di Jawa Timur menempati posisi terendah ketiga di kawasan Jawa setelah Yogyakarta dan Jawa Barat. Selain itu, inflasi Jawa Timur sebesar 7,77% (yoy ) masih lebih rendah dibandingkan dengan level inflasi nasional. Salah satu penyebab inflasi Jawa Timur adalah kenaikan kelompok administered price dan dampak lanjutannya.

”Kelompok administered price mengalami kenaikan inflasi sebesar 5,99% di mana kenaikan terbesar terjadi pada inflasi bensin (12,66%) dan solar (17,- 79%),” ungkapnya. Pada triwulan IV 2014, kinerja ekonomi Jawa Timur diperkirakan berada di kisaran 5,6%-6,0% (yoy ) masih berada dalam tren perlambatan dibandingkan dengan triwulan sama pada tahun sebelumnya mencapai mampu 6,2% (yoy ).

Adanya momen libur akhir tahun, Natal dan Tahun Baru 2015, diperkirakan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan pada triwulan IV 2014. Secara keseluruhan, pada 2014, perekonomian Jawa Timur diperkirakan berada di kisaran 5,8% - 6,2%. Ke depan, perekonomian Jawa Timur masih menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal.

Tantangan internal berupa kenaikan upah minimum kabupaten/kota, sementara tantangan eksternal berupa masih melambatnya ekonomi Eropa dan mitra dagang utama (Tiongkok dan Jepang). Namun, ekonomi Jawa Timur pada 2015 diharapkan lebih baik. Di sisi lain, pertumbuhan perekonomian Jatim terus meningkat dan sekarang mulai dilirik Jepang.

Jepang menilai pemerintah Jatim memberi peluang bagi pelaku industri Jepang untuk memperluas jaringan bisnis, khususnya industri manufaktur daerah Provinsi Ehime, Jepang. Tahun ini, pemerintah Ehime menjalin kerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim untuk meningkatkan hubungan antarbisnis negara atau disebut business to business (B2B).

Chef New Field Development Section Industri Creation Ekonomy and Depertement, Satoshi Tanabe menjelaskan, pihaknya sengaja menjalin kerja sama dengan Kadin Jatim karena dianggap tepat memperluas jaringan pengusaha asal Jepang di Jatim.

”Pemerintah daerah Ehime Jepang sangat berterima kasih pada Kadin Jatim, karena organisasi besar ini memberi peluang sekaligus memberi solusi pengusaha Jepang untuk memperluas jaringannya di Jatim,” kata Satoshi disela acara Seminar dan Binsis Meeting Ehime di Surabaya, kemarin.

Satoshi menjelaskan, saat ini jumlah perusahaan manufaktur yang berpusat di wilayah Yoyo, Ehime, Jepang, mengalami kenaikan cukup signifikan. Kota Matsuyama misalkan, jumlah penduduk mencapai 520.000, pendapatan industri serat karbon untuk pesawat dan suplai bahan dasar serta industri lainnya di kawasan itu mencapai 413,2 miliar yen atau Rp43 triliun per tahun.

Sementara untuk daerah terpencil, seperti Kota Shikokuhuo dengan penduduk 90.000 jiwa mencapai 598,7 miliar yen atau Rp62 triliun per tahun dari industri pengolahan kertas. ”Ini membuktikan bahwa di daerah kami mengalami pertumbuhan industri cukup baik. Untuk itu, kami ingin perluas jaringan bisnis di Jatim karena dianggap potensial jika dibandingkan dengan daerah lainnya,” ungkapnya.

Arief ardliyanto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7795 seconds (0.1#10.140)