Gambarkan Tekad dan Semangat untuk Berprestasi
A
A
A
BOJONEGORO - Batu besar yang memiliki berat sekitar 80 ton berhasil diangkat dan dipindahkan ke Alun-alun Kota Bojonegoro. Batu alam itu akan dijadikan prasasti.
Batu berukuran panjang dan lebar masing-masing 4 meter, dan tinggi 3 meter itu dinamakan batu Semar. Banyak cerita sehingga batu tersebut dinamakan batu Semar. Secara tertulis memang tidak terdokumentasikan bagaimana kemudian awal mula batu yang sebelumnya berada di kawasan hutan Dusun Bendotan, Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro itu disebut dengan nama batu Semar.
Penyebutan itu secara getok tular atau dari mulut ke mulut. Kemudian dikenal dan menyebar ke berbagai daerah luar Bojonegoro. Mantan Kepala Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Bojonegoro, Suwito, mengatakan, menurut kepercayaan warga sekitar batu Semar sudah ada sejak jutaan tahun silam.
Diduga batu tersebut merupakan batu material dari Gunung Pandan yang berada tidak jauh dari lokasi. Sebelumnya, Gunung Pandan merupakan gunung aktif yang sempat meletus. “Mungkin juga karena bentuknya yang menyerupai tokoh pewayangan Semar kemudian mbah-mbah (orang tua) kita menyebut batu tersebut dengan kepercayaan batu Semar,” ujarnya.
Selain sebagai kepercayaan masyarakat sekitar bahwa bentuknya menyerupai tokoh wayang Semar, batu tersebut ditengarai juga memiliki hubungan spiritual dengan “penguasa” di Gunung Pandan, yakni Eyang Gendro Sari. Petilasan Eyang Gendro Sari saat ini dipercaya masih ada di puncak Gunung Pandan yang tingginya kurang lebih sekitar 897 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Antara puncak Gunung Pandan dengan batu Semar ini seperti ada jalan pintas. Menurut kepercayaannya, Mbah Semar sering berhenti di batu itu setelah dari puncak Gunung Pandan,” papar pria yang pernah menjabat Kepala Desa selama 15 tahun itu.
Batu Semar tersebut setiap malam satu Suro selalu ramai didatangi warga untuk melakukan ritual. Yang melakukan ritual banyak dari warga luar Bojonegoro. Tidak bisa dipungkiri, benda apa pun yang sudah ada jutaan tahun maka tidak bisa lepas dari makhluk lain yang menghuninya.
Sama halnya dengan batu Semar. Sehingga untuk memindahkan batu tersebut, sebelumnya dilakukan berbagai ritual dari kiai maupun dukun. “Mereka (paranormal) tidak hanya datang dari Bojonegoro, justru lebih banyak dari luar Bojonegoro karena masih peduli mungkin dengan batu tersebut,” paparnya.
Mbah Wito, sapaan akrab Suwito, menceritakan, sekitar 1994 ada salah seorang kontraktor yang gila ditengarai karena memindahkan batu tersebut tanpa melakukan ritual apa pun. Pemindahan batu tersebut untuk proyek pelebaran jalan yang digarap oleh kontraktor dari Ngawi. “Sampai saat ini orangnya masih mengalami gangguan jiwa,” ucapnya.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan batu Semar memiliki arti filosofi yang tinggi. Semar yang merupakan tokoh wayang asli Jawa itu merupakan tokoh wayang yang menggambarkan seorang dewa yang menyatu atau macak rakyat.
“Artinya, rakyat itu juga dewa. Batu Semar tersebut akan menjadi prasasti di Alunalun Bojonegoro yang menggambarkan tekad untuk berprestasi,” ucapnya.
Muhammad Roqib
Batu berukuran panjang dan lebar masing-masing 4 meter, dan tinggi 3 meter itu dinamakan batu Semar. Banyak cerita sehingga batu tersebut dinamakan batu Semar. Secara tertulis memang tidak terdokumentasikan bagaimana kemudian awal mula batu yang sebelumnya berada di kawasan hutan Dusun Bendotan, Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro itu disebut dengan nama batu Semar.
Penyebutan itu secara getok tular atau dari mulut ke mulut. Kemudian dikenal dan menyebar ke berbagai daerah luar Bojonegoro. Mantan Kepala Desa Krondonan, Kecamatan Gondang, Bojonegoro, Suwito, mengatakan, menurut kepercayaan warga sekitar batu Semar sudah ada sejak jutaan tahun silam.
Diduga batu tersebut merupakan batu material dari Gunung Pandan yang berada tidak jauh dari lokasi. Sebelumnya, Gunung Pandan merupakan gunung aktif yang sempat meletus. “Mungkin juga karena bentuknya yang menyerupai tokoh pewayangan Semar kemudian mbah-mbah (orang tua) kita menyebut batu tersebut dengan kepercayaan batu Semar,” ujarnya.
Selain sebagai kepercayaan masyarakat sekitar bahwa bentuknya menyerupai tokoh wayang Semar, batu tersebut ditengarai juga memiliki hubungan spiritual dengan “penguasa” di Gunung Pandan, yakni Eyang Gendro Sari. Petilasan Eyang Gendro Sari saat ini dipercaya masih ada di puncak Gunung Pandan yang tingginya kurang lebih sekitar 897 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Antara puncak Gunung Pandan dengan batu Semar ini seperti ada jalan pintas. Menurut kepercayaannya, Mbah Semar sering berhenti di batu itu setelah dari puncak Gunung Pandan,” papar pria yang pernah menjabat Kepala Desa selama 15 tahun itu.
Batu Semar tersebut setiap malam satu Suro selalu ramai didatangi warga untuk melakukan ritual. Yang melakukan ritual banyak dari warga luar Bojonegoro. Tidak bisa dipungkiri, benda apa pun yang sudah ada jutaan tahun maka tidak bisa lepas dari makhluk lain yang menghuninya.
Sama halnya dengan batu Semar. Sehingga untuk memindahkan batu tersebut, sebelumnya dilakukan berbagai ritual dari kiai maupun dukun. “Mereka (paranormal) tidak hanya datang dari Bojonegoro, justru lebih banyak dari luar Bojonegoro karena masih peduli mungkin dengan batu tersebut,” paparnya.
Mbah Wito, sapaan akrab Suwito, menceritakan, sekitar 1994 ada salah seorang kontraktor yang gila ditengarai karena memindahkan batu tersebut tanpa melakukan ritual apa pun. Pemindahan batu tersebut untuk proyek pelebaran jalan yang digarap oleh kontraktor dari Ngawi. “Sampai saat ini orangnya masih mengalami gangguan jiwa,” ucapnya.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan batu Semar memiliki arti filosofi yang tinggi. Semar yang merupakan tokoh wayang asli Jawa itu merupakan tokoh wayang yang menggambarkan seorang dewa yang menyatu atau macak rakyat.
“Artinya, rakyat itu juga dewa. Batu Semar tersebut akan menjadi prasasti di Alunalun Bojonegoro yang menggambarkan tekad untuk berprestasi,” ucapnya.
Muhammad Roqib
(ftr)