Erosi, Ratusan Rumah Terancam Masuk Sungai
A
A
A
BOJONEGORO - Ratusan rumah yang berada di tepian Sungai Suko di Desa Sugihan, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro, terancam masuk sungai. Pasalnya pinggir sungai tergerus erosi parah.
Saat ini, rumah warga hanya berjarak sekitar dua sampai lima meter dari bibir Sungai Suko. Sementara beberapa titik tebing Sungai Suko tampak retak dan ambrol. Bahkan, beberapa tebing sungai itu sudah longsor dan luruh ke bawah. Menurut warga Desa Sugihan Sukinah, 55, jarak antara rumahnya dengan bibir Sungai Suko kini tinggal empat meter.
Padahal sebelumnya, jarak antara rumahnya dengan sungai mencapai lima belas meter. “Tepian sungai terus terkikis oleh banjir. Akibatnya, jarak antara rumah dengan bibir sungai kian dekat,” ujarnya. Sungai Suko tersebut, lanjut dia, sebelumnya sudah pernah ditinggikan tanggulnya. Namun, saat musim hujan tiba, mulai Desember lalu tanggul tersebut justru tergerus oleh aliran air. “Sebelumnya sudah ditinggikan menggunakan alat berat tapi justru malah longsor,” ujarnya.
Longsornya Sungai Suko itu sepanjang 100 meter lebih. Longsor tersebut juga membahayakan konstruksi jembatan yang melintang di atasnya. Untuk menangani tanah yang longsor itu, warga membangun pancang tanah menggunakan bambu. “Bambu itu untuk penahan tanah agar tidak semakin parah longsornya,” katanya.
Selain rumah milik Sukinah, sejumlah rumah warga yang ada di bantaran Sungai Suko juga terancam longsor. Bahkan, satu bangunan musala kini sudah tergerus. Sungai Suko tersebut jika hujan deras kondisinya meluber ke pemukiman warga. Sungai tersebut juga melintas di tengah hutan. Sejumlah tebing yang ada di Hutan Temayang itu kondisinya juga banyak bekas longsor.
Namun, sejumlah tebing yang longsor itu jauh dari permukiman warga. Sementara itu, sedikitnya 15 rumah warga di tepian Sungai Kali Gandong di Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, rawan terseret longsor. Tebing Sungai Kaligandong longsor sepanjang 100 meter dengan lebar 20 meter. Tebing Sungai Kali Gandong yang longsor itu berada persis di kelokan aliran air.
Rumah Mbah Dono yang tinggal berjarak dua meter dengan tebing yang longsor telah dibongkar. Sementara, kamar mandi milik Mbah Warem telah terseret longsor dan masuk sungai. Namun, Mbah Warem tetap bertahan di rumahnya yang berjarak tiga meter dari longsor. Rumah warga lainnya yang terancam longsor yakni milik Suryono, Rawan, Wakiran, Samuri, Sumi, Jamari, Kemi, Sujud, Warti, Purnomo, Budi, Parto, Kiswanto, Keri, dan Kadir.
Sungai Kali Gandong sepanjang delapan kilometer merupakan anak Sungai Bengawan Solo. Hulu sungai ini berada di Kecamatan Tambakrejo dan berakhir di Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Purwosari. Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 11 kecamatan dari 28 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, tergolong rawan longsor.
“Kami sudah mengirim surat kepada para camat dan kepala desa untuk mengingatkan warganya agar waspada,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah( BPBD) Bojonegoro Andi Sujarwo. Berdasarkan data BPBD Bojonegoro, di 11 kecamatan itu kawasan yang rawan dilanda tanah longsor tersebar di 23 desa.
Setiap kecamatan terdiri atas 1-6 desa. Kecamatan Ngambon, Sugihwaras, Bubulan, Kepohbaru, Dander, dan Kecamatan Ngasem, masing-masing satu desa. Kecamatan Gondang dan Kecamatan Sekar masing-masing empat desa, Kecamatan Kedungadem dan Kecamatan Purwosari masing-masing dua desa.
Sedangkan Kecamatan Padangan lima desa. Menurut Andi, selain 11 kecamatan tersebut, yang juga perlu diwaspadai adalah permukiman warga yang terletak di dataran tinggi. Di antaranya Kecamatan Margomulyo dan Kecamatan Kedewan, yang berjarak lebih dari 50 kilometer dari Kota Bojonegoro.
Muhammad Roqib
Saat ini, rumah warga hanya berjarak sekitar dua sampai lima meter dari bibir Sungai Suko. Sementara beberapa titik tebing Sungai Suko tampak retak dan ambrol. Bahkan, beberapa tebing sungai itu sudah longsor dan luruh ke bawah. Menurut warga Desa Sugihan Sukinah, 55, jarak antara rumahnya dengan bibir Sungai Suko kini tinggal empat meter.
Padahal sebelumnya, jarak antara rumahnya dengan sungai mencapai lima belas meter. “Tepian sungai terus terkikis oleh banjir. Akibatnya, jarak antara rumah dengan bibir sungai kian dekat,” ujarnya. Sungai Suko tersebut, lanjut dia, sebelumnya sudah pernah ditinggikan tanggulnya. Namun, saat musim hujan tiba, mulai Desember lalu tanggul tersebut justru tergerus oleh aliran air. “Sebelumnya sudah ditinggikan menggunakan alat berat tapi justru malah longsor,” ujarnya.
Longsornya Sungai Suko itu sepanjang 100 meter lebih. Longsor tersebut juga membahayakan konstruksi jembatan yang melintang di atasnya. Untuk menangani tanah yang longsor itu, warga membangun pancang tanah menggunakan bambu. “Bambu itu untuk penahan tanah agar tidak semakin parah longsornya,” katanya.
Selain rumah milik Sukinah, sejumlah rumah warga yang ada di bantaran Sungai Suko juga terancam longsor. Bahkan, satu bangunan musala kini sudah tergerus. Sungai Suko tersebut jika hujan deras kondisinya meluber ke pemukiman warga. Sungai tersebut juga melintas di tengah hutan. Sejumlah tebing yang ada di Hutan Temayang itu kondisinya juga banyak bekas longsor.
Namun, sejumlah tebing yang longsor itu jauh dari permukiman warga. Sementara itu, sedikitnya 15 rumah warga di tepian Sungai Kali Gandong di Desa/Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, rawan terseret longsor. Tebing Sungai Kaligandong longsor sepanjang 100 meter dengan lebar 20 meter. Tebing Sungai Kali Gandong yang longsor itu berada persis di kelokan aliran air.
Rumah Mbah Dono yang tinggal berjarak dua meter dengan tebing yang longsor telah dibongkar. Sementara, kamar mandi milik Mbah Warem telah terseret longsor dan masuk sungai. Namun, Mbah Warem tetap bertahan di rumahnya yang berjarak tiga meter dari longsor. Rumah warga lainnya yang terancam longsor yakni milik Suryono, Rawan, Wakiran, Samuri, Sumi, Jamari, Kemi, Sujud, Warti, Purnomo, Budi, Parto, Kiswanto, Keri, dan Kadir.
Sungai Kali Gandong sepanjang delapan kilometer merupakan anak Sungai Bengawan Solo. Hulu sungai ini berada di Kecamatan Tambakrejo dan berakhir di Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Purwosari. Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 11 kecamatan dari 28 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, tergolong rawan longsor.
“Kami sudah mengirim surat kepada para camat dan kepala desa untuk mengingatkan warganya agar waspada,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah( BPBD) Bojonegoro Andi Sujarwo. Berdasarkan data BPBD Bojonegoro, di 11 kecamatan itu kawasan yang rawan dilanda tanah longsor tersebar di 23 desa.
Setiap kecamatan terdiri atas 1-6 desa. Kecamatan Ngambon, Sugihwaras, Bubulan, Kepohbaru, Dander, dan Kecamatan Ngasem, masing-masing satu desa. Kecamatan Gondang dan Kecamatan Sekar masing-masing empat desa, Kecamatan Kedungadem dan Kecamatan Purwosari masing-masing dua desa.
Sedangkan Kecamatan Padangan lima desa. Menurut Andi, selain 11 kecamatan tersebut, yang juga perlu diwaspadai adalah permukiman warga yang terletak di dataran tinggi. Di antaranya Kecamatan Margomulyo dan Kecamatan Kedewan, yang berjarak lebih dari 50 kilometer dari Kota Bojonegoro.
Muhammad Roqib
(ftr)