Bank Syariah Jatim Mengalami Pertumbuhan
A
A
A
SURABAYA - Perbankan syariah di Jawa Timur (Jatim) mengalami pertumbuhan positif. Hingga triwulan III/2014 kemarin, pertumbuhannya tercatat stabil hingga mencapai Rp23,42 triliun.
Fakta ini diketahui dari data Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan aset perbankan syariah Jatim triwulan III/2014 mencapai Rp 23,42 triliun dengan pertumbuhan 21,79% year on year (yoy). Memang, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II/2014) yang tercatat 23% (yoy).
Namun, pertumbuhan tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat memanfaatkan jasa bank syariah. “Pertumbuhan menunjukkan sikap masyarakat menggunakan jasa syariah,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah IV Jatim, Soekowardojo, kemarin.
Untuk pertumbuhan aset ditopang pertumbuhan pembiayaan dan DPK (dana pihak ketiga). Tercatat pembiayaan bank syariah tumbuh 21,79% (yoy) pada triwulan III/2014 menjadi Rp18,73 triliun.
“Pada sektor pembiayaan, perbankan syariah di Jatim hingga akhir September 2014 masih didominasi pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan investasi. Ini menunjukkan masyarakat mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja atau kredit konsumsi,” ujarnya.
Dilihat dari kontribusinya, pembiayaan produktif menyumbang porsi 57,99% dari total pembiayaan yang disalurkan. Sementara sisanya atau 42,01% dari total pembiayaan disumbang pembiayaan konsumtif. Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan 47,95% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II/2014) yang tercatat sebesar 58,89% (yoy). Sementara itu, pembiayaan modal kerja menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 13% pada triwulan II/2014 menjadi 23,05% (yoy) pada periode laporan.
Sedangkan pembiayaan investasi mencatat perlambatan dari 28,6% (yoy) pada triwulan II/2014 menjadi 25,91% pada triwulan III/2014. “Dari sisi penghimpunan DPK bank syariah di Jatim, mencatat peningkatan dibandingkan periode sebelumnya,” ujar dia. Saat ini, tercatat DPK yang berhasil dihimpun pada periode laporan mencapai Rp17,36 triliun atau tumbuh 23,74% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 18,94% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi perlambatan kredit mendorong perbaikan finance to deposit ratio (FDR) dari sebesar 111,03% pada triwulan II/2014 menjadi 107,92% pada triwulan III/2014.
Namun, risiko pembiayaan yang tercermin dari besar non performance finance ( NPF) bank syariah menunjukkan peningkatan dari 3,35% pada triwulan II 2014 menjadi 3,67% pada triwulan IV/2014.
Sementara Bank Negara Indonesia (BNI) pada 2015 terus melakukan inovasi untuk mendongkrak pendapatan. Saat ini, bank milik negara tersebut ingin menambah akses transaksi, di antaranya membuka ATM Motor, cabang di PJB Surabaya, dan mendirikan ATM Motor di Malang maupun Mojokerto.
“Semakin banyak lokasi transaksi, konsumen BNI akan semakin bertambah. Kami akan mendekatkan diri kepada masyarakat,” kata CEO BNI Kantor Wilayah Surabaya, Dasuki Amsir, kepada KORAN SINDO .
Arief Ardliyanto
Fakta ini diketahui dari data Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan aset perbankan syariah Jatim triwulan III/2014 mencapai Rp 23,42 triliun dengan pertumbuhan 21,79% year on year (yoy). Memang, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II/2014) yang tercatat 23% (yoy).
Namun, pertumbuhan tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat memanfaatkan jasa bank syariah. “Pertumbuhan menunjukkan sikap masyarakat menggunakan jasa syariah,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah IV Jatim, Soekowardojo, kemarin.
Untuk pertumbuhan aset ditopang pertumbuhan pembiayaan dan DPK (dana pihak ketiga). Tercatat pembiayaan bank syariah tumbuh 21,79% (yoy) pada triwulan III/2014 menjadi Rp18,73 triliun.
“Pada sektor pembiayaan, perbankan syariah di Jatim hingga akhir September 2014 masih didominasi pembiayaan produktif yaitu modal kerja dan investasi. Ini menunjukkan masyarakat mulai mempercayai perbankan syariah sebagai mitra bisnis, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja atau kredit konsumsi,” ujarnya.
Dilihat dari kontribusinya, pembiayaan produktif menyumbang porsi 57,99% dari total pembiayaan yang disalurkan. Sementara sisanya atau 42,01% dari total pembiayaan disumbang pembiayaan konsumtif. Ditinjau dari sisi pertumbuhan, pada periode laporan jenis pembiayaan yang mencatat pertumbuhan tertinggi adalah pembiayaan konsumsi dengan pertumbuhan 47,95% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (triwulan II/2014) yang tercatat sebesar 58,89% (yoy). Sementara itu, pembiayaan modal kerja menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari 13% pada triwulan II/2014 menjadi 23,05% (yoy) pada periode laporan.
Sedangkan pembiayaan investasi mencatat perlambatan dari 28,6% (yoy) pada triwulan II/2014 menjadi 25,91% pada triwulan III/2014. “Dari sisi penghimpunan DPK bank syariah di Jatim, mencatat peningkatan dibandingkan periode sebelumnya,” ujar dia. Saat ini, tercatat DPK yang berhasil dihimpun pada periode laporan mencapai Rp17,36 triliun atau tumbuh 23,74% (yoy).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 18,94% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK yang diiringi perlambatan kredit mendorong perbaikan finance to deposit ratio (FDR) dari sebesar 111,03% pada triwulan II/2014 menjadi 107,92% pada triwulan III/2014.
Namun, risiko pembiayaan yang tercermin dari besar non performance finance ( NPF) bank syariah menunjukkan peningkatan dari 3,35% pada triwulan II 2014 menjadi 3,67% pada triwulan IV/2014.
Sementara Bank Negara Indonesia (BNI) pada 2015 terus melakukan inovasi untuk mendongkrak pendapatan. Saat ini, bank milik negara tersebut ingin menambah akses transaksi, di antaranya membuka ATM Motor, cabang di PJB Surabaya, dan mendirikan ATM Motor di Malang maupun Mojokerto.
“Semakin banyak lokasi transaksi, konsumen BNI akan semakin bertambah. Kami akan mendekatkan diri kepada masyarakat,” kata CEO BNI Kantor Wilayah Surabaya, Dasuki Amsir, kepada KORAN SINDO .
Arief Ardliyanto
(ftr)