Warga Usir Penambang Galian C
A
A
A
PONOROGO - Areal pertambangan galian C di Dusun Tumpuk, Desa Kemiri, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, diserbu warga. Mereka menuntut aktivitas penambangan galian C tersebut dihentikan.
Warga yang terdiri dari kaum lelaki, wanita, hingga anak-anak tersebut mengeluarkan paksa alat berat dari lokasi penambangan. Hal ini dilakukan karena warga merasa terganggu dengan aktivitas penambangan tersebut. “Kami semua menuntut tambang di sini segera ditutup. Mereka harus keluar dari lahan itu, karena kami semua terganggu,”ujar Suratmi, salah satu warga.
Menurut Suratmi, penambangan galian C telah membuat warga sangat dirugikan. Banyak jalan yang rusak akibat dilalui kendaraan-kendaraan berat pengangkut hasil tambang. Sebut saja kerusakan di jalan desa penghubung menuju objek wisata Telaga Ngebel. Tidak hanya itu, warga pun merasakan bising luar biasa akibat suara mesin truk-truk pengangkut material tambang yang beroperasi 24 jam.
Pipa paralon yang mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga pun rusak. “Sangat terganggu. Banyak jalan yang rusak sehingga warga sering kecelakaan di jalan. Pipa paralon air juga banyak yang pecah. Kalau malam hari sangat bising, karena banyak truk yang melintas. Alat berat untuk mengeruk juga bising sekali,” ucap Suratmi.
Keluhan warga sebenarnya tidak hanya saat ini saja. Beberapa bulan lalu mereka telah berusaha memprotes keberadaan tambang. Sebab, saat itu masuk musim kemarau truk yang melintas menimbulkan debu yang sangat banyak, sehingga mengotori rumah warga dan mengakibatkan timbulnya penyakit bagi anak-anak mereka.
“Kami harus berkali-kali menyapu lantai rumah. Debu juga menempel di makanan meskipun sudah ditutupi karena debu tidak henti-hentinya beterbangan,” ujarnya. Kepala Desa Kemiri, Nardiyanto, membenarkan kerusakan yang timbul akibat banyaknya truk yang melintas mengangkut material tambang dengan beban cukup berat. Di antaranya banyak jalan yang rusak seperti berlubang dan retak-retak.
“Karena warga sangat terganggu dengan adanya penambangan galian C ini, saya pun berharap tambang segera ditutup. Namun, saya masih berusaha menengahi warga dan pengusaha tambang,”ucapnya.
Budi Widoyo, salah satu pengusaha tambang yang berada di Dusun Tumpuk, Desa Kemiri tidak keberatan atas tuntutan warga menutup usaha tambang miliknya dan mengeluarkan alat berat dari lokasi tambang. Namun, Budi juga berharap jika tambang miliknya dihentikan untuk sementara, yang lain pun harus ditutup juga.
Dia curiga ada motif persaingan bisnis di balik tuntutan penutupan tambang miliknya tersebut. Sebab, selama ini tambang miliknya itulah yang paling ramai dibanding beberapa titik usaha tambang lain di wilayah Desa Kemiri.
Dili Eyato
Warga yang terdiri dari kaum lelaki, wanita, hingga anak-anak tersebut mengeluarkan paksa alat berat dari lokasi penambangan. Hal ini dilakukan karena warga merasa terganggu dengan aktivitas penambangan tersebut. “Kami semua menuntut tambang di sini segera ditutup. Mereka harus keluar dari lahan itu, karena kami semua terganggu,”ujar Suratmi, salah satu warga.
Menurut Suratmi, penambangan galian C telah membuat warga sangat dirugikan. Banyak jalan yang rusak akibat dilalui kendaraan-kendaraan berat pengangkut hasil tambang. Sebut saja kerusakan di jalan desa penghubung menuju objek wisata Telaga Ngebel. Tidak hanya itu, warga pun merasakan bising luar biasa akibat suara mesin truk-truk pengangkut material tambang yang beroperasi 24 jam.
Pipa paralon yang mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga pun rusak. “Sangat terganggu. Banyak jalan yang rusak sehingga warga sering kecelakaan di jalan. Pipa paralon air juga banyak yang pecah. Kalau malam hari sangat bising, karena banyak truk yang melintas. Alat berat untuk mengeruk juga bising sekali,” ucap Suratmi.
Keluhan warga sebenarnya tidak hanya saat ini saja. Beberapa bulan lalu mereka telah berusaha memprotes keberadaan tambang. Sebab, saat itu masuk musim kemarau truk yang melintas menimbulkan debu yang sangat banyak, sehingga mengotori rumah warga dan mengakibatkan timbulnya penyakit bagi anak-anak mereka.
“Kami harus berkali-kali menyapu lantai rumah. Debu juga menempel di makanan meskipun sudah ditutupi karena debu tidak henti-hentinya beterbangan,” ujarnya. Kepala Desa Kemiri, Nardiyanto, membenarkan kerusakan yang timbul akibat banyaknya truk yang melintas mengangkut material tambang dengan beban cukup berat. Di antaranya banyak jalan yang rusak seperti berlubang dan retak-retak.
“Karena warga sangat terganggu dengan adanya penambangan galian C ini, saya pun berharap tambang segera ditutup. Namun, saya masih berusaha menengahi warga dan pengusaha tambang,”ucapnya.
Budi Widoyo, salah satu pengusaha tambang yang berada di Dusun Tumpuk, Desa Kemiri tidak keberatan atas tuntutan warga menutup usaha tambang miliknya dan mengeluarkan alat berat dari lokasi tambang. Namun, Budi juga berharap jika tambang miliknya dihentikan untuk sementara, yang lain pun harus ditutup juga.
Dia curiga ada motif persaingan bisnis di balik tuntutan penutupan tambang miliknya tersebut. Sebab, selama ini tambang miliknya itulah yang paling ramai dibanding beberapa titik usaha tambang lain di wilayah Desa Kemiri.
Dili Eyato
(ftr)