Aktivis Antikorupsi Bangkalan Diteror

Rabu, 24 Desember 2014 - 11:15 WIB
Aktivis Antikorupsi...
Aktivis Antikorupsi Bangkalan Diteror
A A A
BANGKALAN - Teror kembali menghantui aktivis antikorupsi Bangkalan. Kali ini teror menimpa aktivis LSM Madura Corruption Watch (MCW) Bangkalan M. Musleh, yang dipukul dan dianiaya oleh seorang tak dikenal di sekitar Kantor Kecamatan Galis, Bangkalan.

Akibat kasus pemukulan dan penganiayaan itu, Musleh yang juga aktif dalam berbagai pemantauan dugaan korupsi di Kabupeten Bangkalan, mengalami luka serius di bagian belakang kepala. Darah segar mengucur akibat pemukulan itu. Korban yang sudah menjalani visum di RSUD Syarifah Ambami Ratu Ibu langsung melaporkan kejadian itu ke Mapolres Bangkalan.

Kasus teror terhadap aktivis vokal seperti yang terjadi di Kecamatan Galis, bukan yang pertama kali di Bangkalan. Sebelumnya, seorang aktivis bernama Mahmudi juga dibacok oleh orang tak dikenal karena bersangkutan sering mengkritik kinerja Pemkab Bangkalan yang dinilai tidak prosedural dan menyimpang dari ketentuan.

Kasus teror terhadap aktivis yang bernama Mahmudi itu terjadi saat RKH Fuad Amin Imron menjabat Bupati Bangkalan. Selain Mahmudi, seorang aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Bangkalan juga ditabrak preman, karena yang bersangkutan juga vokal dalam menyoroti berbagai jenis penyimpangan dalam tata kelola pemerintahan di lingkungan Pemkab Bangkalan (lihat grafis).

Dari keterangan rekan korban, M. Syukur yang juga Ketua Bangkalan Corruption Watch (BCW), kejadian berawal saat korban mendatangi Kantor Kecamatan Galis Bangkalan, kemarin. Kedatangan korban bertujuan beraudiensi dengan pihak kecamatan terkait dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dan bantuan beras untuk keluarga miskin (raskin).

Sebelum acara audiensi dimulai, dari pengakuan korban yang diutarakan ke Syukur, tiba- tiba ada orang tidak kenal datang dari arah belakang. Tanpa banyak bicara, orang tersebut memukuli kepala Musleh. Korban yang tidak punya persiapan melawan mengalami luka di bagian kepala. “Korban yang hendak audiensi dianiayai tanpa ada penyebab pasti, akibatnya kepala korban luka penuh darah,” ujar Syukur.

Dia menjelaskan, korban yang berlumuran darah masih sempat melihat sepintas pelaku penganiayaan karena korban keburu melarikan diri. Dengan darah yang bercucuran di kepala, korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis. “Sudah divisum dan kasusnya telah dilaporkan juga ke Polres. Mudah-mudahan diusut tuntas dan pelakunya ditangkap biar duduk persoalannya jelas,” ungkap Syukur.

Kasat Reskrim Polres Bangkalan AKP Andi Purnomo membenarkan ada kasus penganiayaan terhadap salah satu aktivis LSM itu. Pihaknya sudah meminta visum atas kasus yang menimpa Musleh, warga Desa Tlaga, Kecamatan Galis.

Hingga kemarin, hasil visum belum keluar sehingga belum diketahui pasti apa penyebab dari kasus itu. Andi sebatas menerima laporan bahwa korban mengalami luka diduga dari benda tumpul tepat di kepala bagian belakang. “Keterangan dari korban, kejadian tersebut di halaman Kantor Kecamatan Galis. Korban langsung dilakukan visum dan menunggu hasilnya,” kata Andi.

Andi berjanji akan mengusut tuntas kasus penganiayaan yang menimpa aktivis penggiat korupsi itu. Dia mengaku masih membutuhkan waktu karena selain menunggu hasil visum, juga masih akan memeriksa beberapa saksi di tempat kejadian perkara (TKP). “Apalagi sudah ada laporan dari pihak korban, tentu akan kami tindak lanjuti sampai tuntas,” ucapnya.

KPK Periksa Stasus Jero

Dari Jakarta, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih mengembangkan kasus mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron. KPK memeriksa mantan staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik bernama I Ketut Wiryadinata dalam penyidikan kasus dugaan penerimaan suap untuk Ketua DPRD Bangkalan terkait jual-beli gas alam pembangkit listrik di Gresik dan Gili Timur, Bangkalan Madura. “Yang bersangkutan diperiksa untuk ABD (Antonio Bambang Djatmiko),” kata Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi Priharsa Nugraha di Jakarta, kemarin.

Antonio adalah Direktur PT Media Karya Sentosa yang diduga menyuap Ketua DPRD Bangkalan Fuad Amin Imron. Ketut Wiryadinata sudah dicegah berpergian ke luar negeri sejak 3 September 2014, terkait kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam bentuk pemerasan pada sejumlah kegiatan di Kementerian ESDM oleh Menteri ESDM Jero Wacik saat menjabat periode 2011-2014.

I Ketut Wiryadinata diketahui adalah orang dekat Jero Wacik karena merupakan adik kelasnya di Institut Teknologi Bandung angkatan 71 (sedangkan Jero Wacik adalah ITB angkatan 70) dan sudah bekerja bersama Jero saat menjabat Menteri Pariwisata dan Kebudayaan (Menbudpar).

Wiryadinata adalah Staf Khusus Menteri Bidang Pemasaran, Informasi Telematika dan Kerjasama Luar Negeri Kemenbudpar. Selain Ketut Wiryadinata, KPK juga memeriksa Agnes Menayang dan Gunawan Saniskoro dalam kasus Bangkalan.

Kasus suap terhadap Fuad Amin sendiri terungkap melalui operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Direktur PT Media Karya Sentosa (MKS) Antonio Bambang Djatmiko dan perantara penerima suap, yaitu Rauf serta perantara pemberi suap, Darmono, Senin (1/12). Selanjutnya pada Selasa (2/12) dini hari, KPK menangkap Fuad di rumahnya di Bangkalan.

Subairi/Ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2905 seconds (0.1#10.140)