Seblang, Tari Mistis Hipnotis Dunia

Minggu, 23 November 2014 - 11:41 WIB
Seblang, Tari Mistis Hipnotis Dunia
Seblang, Tari Mistis Hipnotis Dunia
A A A
Banyuwangi semakin menancapkan akar keberadaannya sebagai salah satu destinasi pariwisata ternama.

Kabupaten di ujung timur Jatim ini tidak lelah untuk terus menggali dan memoles nilai-nilai budaya lokal, menjadi obyek dan daya tarik wisata (ODTW) berskala nasional dan bahkan internasional.

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), misalnya. Event pariwisata tahunan yang kemarin dihelat di jalanan protokol kota adalah cerminan konsistensi Banyuwangi menjadikan daerahnya sebagai tujuan wisata. Seperti event lain, BEC juga ”menjual” seni dan budaya lokal. BEC tahun ini menjadi wahana lebih memperkenalkan Tari Seblang, tarian asli Banyuwangi yang kental akan nilai- nilai mistis.

Tari Seblang disuguhkan ke wisatawan nusantara (Wisnus) maupun wisatawan manca negara (Wisman). Suguhan bertajuk The Mystic Dance Of Seblang ini menjadikan BEC semakin asyik dinikmati. BEC yang eksotik mampu ”menghipnotis mereka yang datang. Ini adalah world class etnics carnival, karnaval tradisional berkelas dunia.

Ada dua Tari Seblang yang dipertontonkan. Seblang Bakungan (dari dan dilestarikan secara turun temurun di Desa Bakungan) serta Seblang Olesari (dari dan dilestarikan secara turun temurun di Olesari). Meski namanya sama dan hanya desa tempat keberadaannya yang berlainan, ada perbedaan signifikan yang melekat pada dua tarian itu. Seblang Bakungan dibawakan oleh penari yang sudah uzur.

Singkatnya, nenek-nenek. Tampilan penari didukung aksesoris berbentuk keris dengan dominasi warna merah. Seblang Olesari ditarikan oleh gadis remaja, para dara atau perawan. Keberadaannya didukung hiasan rumbai-rumbai berwarna kuning dan hijau. Penari untuk dua tarian ini mewarisi bakat nenek moyangnya.

Dua Tari Seblang ini menjadi wahana komunikasi antara penari dengan roh-roh leluhur. Ini yang menguatkan kesan mistis. Parabungkil menjadi bagian lain BEC. Mereka yang didapuk tampil dengan fashion yang didominasi hasil bumi atau hasil panen. Ada polo pendem (umbi-umbian dalam tanah), polo gemandul (umbi-umbian yang menggantung), buah, sayur-mayur, dan lainnya.

Gapura yang menjadi piranti pendukung karnaval juga berhiaskan sari bumi. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa Banyuwangi Festival, termasuk BEC banyak digelar pihaknya. ”Mungkin daerah lain ada karnaval. Di beberapa kota tema global masuk ke situ. Di Banyuwangi, tema lokal untuk global,” kata Anaz saat pembukaan di Alun-Alun Blambangan.

BEC pertama tahun 2011 bertema kesenian, tahun 2012 bertema kesenian barong, dan tahun 2013 bertema The Legend of Kebo-Keboan. ”Dan tahun ini temanya Tari Seblang. Ritual Seblang yang hingga kini masi berlanjut. Kostum swadaya warga dan murni kreatifitas mereka. BEC juga menjadi wahana konsolidasi budaya Banyuwangi,” sambung Anas.

Komitmen pemda untuk memajukan Banyuwangi, kata Anas, cukup bagus. Bukan saja bandara dan jalan yang terus dibangun, namun juga budaya. ”Sudah tiga tahun ini alun-alun diproteksi. Tidak ada pentas musik lain kecuali budaya asli,” tandas pria berkacamata minus ini. Anas mengakui bahwa semua ide budaya berasal dari bawah, ide budayawan.

”Pariwisata (di Banyuwangi) tahun ini tumbuh 1.000 persen. Hotel-hotel di Banyuwangi penuh, (wisatawan) ada yang nginap di rumah warga,” sebut Anas, lagi. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang juga hadir mengatakan bahwa event semacam BEC bisa menjadi sarana pembanguan karakter bangsa.

”Daerah menjadi kekuatan pembangunan bangsa,” kata Khofifah. Sementara itu, rangakaian lain BEC yang tidak kalah menariknya adalah Festival Kopi 10.000 Cangkir. Warga Desa Kemiren Kecamatan Glagah menyuguhkan kopi cuma-cuma terhadap siapa saja yang datang. Ini dilaksanakan, Minggu (23/11/14) malam. ?

SOEPRAYITNO
Banyuwangi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7119 seconds (0.1#10.140)