Musim Hujan, Porong Rawan Tenggelam

Jum'at, 14 November 2014 - 12:47 WIB
Musim Hujan, Porong...
Musim Hujan, Porong Rawan Tenggelam
A A A
SIDOARJO - Kondisi tanggul lumpur Lapindo kembali memprihatinkan. Setelah sebelumnya tanggul titik 76 jebol, kini giliran tanggul lumpur titik 73, Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, yang meluber.

Tanda-tanda jika lumpur akan meluber sebenarnya sudah terlihat beberapa hari terakhir. Aliran lumpur dari pusat semburan menuju utara semakin deras sehingga lumpur sejak pagi mulai meluber melewati tanggul.

Masih beruntung, di sisi utara tanggul merupakan tanah kosong dan berdekatan dengan Sungai Ketapang sehingga aliran lumpur tidak sampai ke permukiman warga. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tidak bisa langsung menangani lumpur yang meluber dan harus meminta izin korban lumpur terlebih dulu. Dalam beberapa bulan terakhir, korban lumpur melarang BPLS memperkuat tanggul karena pelunasan ganti rugi mereka belum dibayar.

“Kami tidak bisa memperkuat tanggul karena dilarang warga. Kalau memperkuat tanggul ketika kondisinya darurat saja yang diperbolehkan seperti saat ini,” ujar Humas BPLS Dwinanto Hesti Prasetyo. Dwinanto menjelaskan, luberan lumpur sejak lagi mengalir di atas tanggul sepanjang 10 meter. Untuk memperkuat tanggul, pihaknya memasang sandbag (karungpasir) diatastanggul.

Sedangkan, untuk mempercepat lumpur di kolam lumpur agar tidak meluber lagi, BPLS juga menyedot air lumpur dengan pompa. Sebenarnya lumpur di beberapa kolam penampungan, seperti tanggul titik 73, banyak yang sudah kering. Namun, lumpur dari pusat semburan menyasar membuat alur sendiri mengalir ke selatan dan ke utara. Ketika aliran lumpur ke utara semakin deras, kolam lumpur di sisi utara akan penuh.

Selama ini BPLS juga mengalirkan lumpur ke Sungai Ketapang karena itu satusatunya agar lumpur di kolam tidak penuh. “Kami juga tidak bisa membuang lumpur ke Sungai Porong, jadi lumpur dari pusat semburan menumpuk di kolam penampungan,” tutur Dwinanto. Kondisi tanggul lumpur sebenarnya cukup kritis, apalagi saat ini menjelang musim hujan.

Bila tidak ada aktivitas penguatan tanggul dikhawatirkan saat hujan turun, lumpur akan meluber dan menggenangi beberapa kawasan. Seperti Jalan Raya Porong, rel KA di sisi barat tanggul, kawasan permukiman di sisi utara dan timur tanggul lumpur. Untuk menghadapi musim hujan ini, BPLS mengaku hanya menyiapkan pompa penyedot air.

Sedangkan, penguatan tanggul tidak bisa dilakukan karena masih dilarang korban lumpur sebelum pembayaran ganti ruginya dilunasi. BPLS menyiapkan 10 unit pompa yang akan ditempatkan di beberapa titik. Seperti tanggul sebelah utara satu unit pompa, di sebelah selatan satu unit pompa. Sedangkan, delapan unit pompa akan disiagakan di tanggul dekat Jalan Raya Porong. Pantauan di lokasi, beberapa titik tanggul memang rawan jebol seperti di tanggul titik 76, 74, dan 73 Desa Kedungbendo.

Demikian pula tanggul di sebelah timur dan barat lumpurnya juga berpotensi meluber. Apalagi, lumpur di kolam penampungan yang luasnya sekitar 400 hektare tersebut sudah menggunung. Jika hujan turun, lumpur itu akan mencair dan dikhawatirkan akan membuat beberapa titik tanggul jebol dan lumpur meluber.

“Warga tetap melarang aktivitas penanggulan sebelum ada pembayaran ganti rugi. Katanya akan dibayar pemerintah, tapi sampai saat ini belum ada kejelasan,” ujar Ahmad, salah satu korban lumpur.

Atas dasar itulah, meski sudah dirayu dan sudah ada pertemuan dengan Menteri PU dan pejabat terkait dan dijanjikan pembayaran oleh pemerintah, korban lumpur tetap memilih melarang aktivitas penguatan tanggul. “Sebelum ada pembayaran sisa ganti rugi, warga tetap melarang aktivitas penanggulan,” katanya.

Abdul rouf
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6813 seconds (0.1#10.140)