Bangladesh Pesan 18 Kapal dari Lundin
A
A
A
BANYUWANGI - Industri maritim di Banyuwangi terus bergeliat. Setelah TNI AL memesan kapal cepat rudal Trimaran, kini giliran Angkatan Laut Bangladesh memesan 18 unit kapal patroli pantai (coast guard) pada PT Lundin Industry Invest.
Deputy Director General Bangladesh Coast Guard, Commodore Yahya Syed yang kemarin mengunjungi Banyuwangi mengatakan, ke-18 kapal dipesan akan melengkapi sarana pengaman negara tersebut. Bangladesh memiliki kawasan laut luas berbatasan langsung dengan Myanmar dan India. Negara ini juga banyak memiliki pulaupulau kecil yang pengawasannya tak bisa dijangkau kapalkapal besar.
“Kami dituntut tanggung jawab besar untuk mengamankan wilayah kami, maka kami memperbanyak kapal untuk patroli keamanan. Selain itu, kapal-kapal ini juga mendukung blue economy yang kami terapkan,” kata Yahya Syed.
Yahya Syed mengungkapkan, ada beberapa alasan dipilihnya industri galangan kapal di Banyuwangi. Salah satunya industri kapal di Banyuwangi dianggap memiliki teknologi canggih yang tak banyak dimiliki industri serupa di negaranegara lain. PT Lundin menggunakan bahan serat fiber kuat dan tahan korosi. “Hanya sedikit perusahaan kapal di dunia menggunakan serat fiber, hanya di Eropa. Indonesia ternyata memproduksinya. Kami juga telah melihat profil perusahaan dan yakin kalau perusahaan ini akan menjadi yang terbaik di dunia,” kata Syed.
Tidak hanya sekadar memesan kapal, kerja sama ini juga menjadi media transfer teknologi antara Bangladesh dan Indonesia dalam bidang perkapalan. Perusahaan kapal Bangladesh bahkan menempatkan enam stafnya terlibat dalam proses pembuatan kapal.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang kemarin turut menemani rombongan dari Bangladesh, mengaku turut bangga dengan keberadaan industri kapal di Banyuwangi yang terus memperoleh kepercayaan pasar. “Yang membanggakan, SDM dari Indonesia dan khususnya Banyuwangi, sudah mulai dipercaya mendesain atau menggambar. Saya berharap ke depan dengan transfer teknologi dan pengetahuan, akan muncul ahli perkapalan dari Banyuwangi,” tuturnya.
Anas menegaskan, akan terus mendorong industri strategis agar terus tumbuh di Banyuwangi. Salah satunya industri yang mendukung penguatan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia. “Banyuwangi sudah memulai langkah penguatan sektor maritim sebagaimana instruksi Presiden Joko Widodo,” ujar Anas.
Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin mengatakan, nilai investasi ke-18 unit kapal patroli itu sebesar Rp75 miliar. Proses pengerjaan kapal dilakukan dengan sistem paralel hingga ditargetkan seluruh pesanan akan rampung dalam setahun. “Ini merupakan produk baru kami yang awalnya kami ikutkan dalam pameran maritim di Jakarta. Ternyata sambutannya sangat baik dan Bangladesh menjadi negara asing pertama memesan kapal jenis ini,” ujar Lizza.
Kapal pesanan angkatan laut Bangladesh ini merupakan tipe X12 High Speed Patrol Boat, monohold (lambung tunggal). Dengan spesifikasi panjang total 11,70 meter, panjang haluan 9,60 meter, panjang balok 3,54 meter, tinggi sarat (lambung terendam) 0,84 meter, kecepatan maksimum 35 knot, kapasitas bahan bakar 2x675 liter, dan memiliki dua mesin utama. “Sebelum dikirim ke Bangladesh, kapal-kapal lebih dulu melalui tes tank di Indonesia, Australia, dan Selandia Baru,” tutur Lizza.
PT Lundin selama ini telah memenuhi pesanan kapal dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Rusia, Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Swedia, Hong Kong, dan negara di kawasan Timur Tengah.
P Juliatmoko
Deputy Director General Bangladesh Coast Guard, Commodore Yahya Syed yang kemarin mengunjungi Banyuwangi mengatakan, ke-18 kapal dipesan akan melengkapi sarana pengaman negara tersebut. Bangladesh memiliki kawasan laut luas berbatasan langsung dengan Myanmar dan India. Negara ini juga banyak memiliki pulaupulau kecil yang pengawasannya tak bisa dijangkau kapalkapal besar.
“Kami dituntut tanggung jawab besar untuk mengamankan wilayah kami, maka kami memperbanyak kapal untuk patroli keamanan. Selain itu, kapal-kapal ini juga mendukung blue economy yang kami terapkan,” kata Yahya Syed.
Yahya Syed mengungkapkan, ada beberapa alasan dipilihnya industri galangan kapal di Banyuwangi. Salah satunya industri kapal di Banyuwangi dianggap memiliki teknologi canggih yang tak banyak dimiliki industri serupa di negaranegara lain. PT Lundin menggunakan bahan serat fiber kuat dan tahan korosi. “Hanya sedikit perusahaan kapal di dunia menggunakan serat fiber, hanya di Eropa. Indonesia ternyata memproduksinya. Kami juga telah melihat profil perusahaan dan yakin kalau perusahaan ini akan menjadi yang terbaik di dunia,” kata Syed.
Tidak hanya sekadar memesan kapal, kerja sama ini juga menjadi media transfer teknologi antara Bangladesh dan Indonesia dalam bidang perkapalan. Perusahaan kapal Bangladesh bahkan menempatkan enam stafnya terlibat dalam proses pembuatan kapal.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang kemarin turut menemani rombongan dari Bangladesh, mengaku turut bangga dengan keberadaan industri kapal di Banyuwangi yang terus memperoleh kepercayaan pasar. “Yang membanggakan, SDM dari Indonesia dan khususnya Banyuwangi, sudah mulai dipercaya mendesain atau menggambar. Saya berharap ke depan dengan transfer teknologi dan pengetahuan, akan muncul ahli perkapalan dari Banyuwangi,” tuturnya.
Anas menegaskan, akan terus mendorong industri strategis agar terus tumbuh di Banyuwangi. Salah satunya industri yang mendukung penguatan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia. “Banyuwangi sudah memulai langkah penguatan sektor maritim sebagaimana instruksi Presiden Joko Widodo,” ujar Anas.
Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin mengatakan, nilai investasi ke-18 unit kapal patroli itu sebesar Rp75 miliar. Proses pengerjaan kapal dilakukan dengan sistem paralel hingga ditargetkan seluruh pesanan akan rampung dalam setahun. “Ini merupakan produk baru kami yang awalnya kami ikutkan dalam pameran maritim di Jakarta. Ternyata sambutannya sangat baik dan Bangladesh menjadi negara asing pertama memesan kapal jenis ini,” ujar Lizza.
Kapal pesanan angkatan laut Bangladesh ini merupakan tipe X12 High Speed Patrol Boat, monohold (lambung tunggal). Dengan spesifikasi panjang total 11,70 meter, panjang haluan 9,60 meter, panjang balok 3,54 meter, tinggi sarat (lambung terendam) 0,84 meter, kecepatan maksimum 35 knot, kapasitas bahan bakar 2x675 liter, dan memiliki dua mesin utama. “Sebelum dikirim ke Bangladesh, kapal-kapal lebih dulu melalui tes tank di Indonesia, Australia, dan Selandia Baru,” tutur Lizza.
PT Lundin selama ini telah memenuhi pesanan kapal dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Rusia, Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Swedia, Hong Kong, dan negara di kawasan Timur Tengah.
P Juliatmoko
(ftr)