Kemarau, Produksi Batu Bata Dikebut
A
A
A
BOJONEGORO - Perajin batu bata merah di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro ngebut memproduksi batu bata merah selama musim kemarau tahun ini. Cuaca yang cukup panas memudahkan para perajin untuk membakar dan menjemur batu bata merah di tepi Sungai Bengawan Solo.
Perajin batu bata merah banyak tersebar di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro. Salah satu sentra kerajinan batu bata merah yakni di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro. Di kawasan ini ada ratusan perajin batu bata merah yang membuat tempat-tempat pembakaran batu bata merah menyerupai rumah kecil di pinggir sungai.
Menurut Suyanto, 45, salah satu perajin batu bata merah di Ledok Kulon, pembuatan batu bata merah kini memang dikebut dari biasanya. Sebab, cuaca yang panas seperti sekarang mudah untuk mengeringkan dan membakar batu bata merah."Mumpung cuaca sedang panas jadi produksi batu bata merah diperbanyak dari biasanya," ujar Suyanto sambil menjemur bahan batu bata yang selesai dicetak.
Para perajin saat ini terus mencetak batu bata hingga musim hujan tiba. Sehingga pada musim hujan nanti, batu bata setengah jadi ini tinggal dibakar dan stok masih melimpah meski cuaca sudah tidak mendukung."Beberapa hari kemarin juga sudah mulai hujan, jadi sekarang diperbanyak lagi. Kalau biasanya buat 500 sampai 1.000 biji sehari, sekarang buat sampai 2.000 biji sehari," katanya.
Selain itu, para perajin batu bata ini juga khawatir akan ancaman banjir yang sudah menjadi langganan di Kabupaten Bojonegoro. Sebab, bahan dasar yang digunakan para perajin untuk membuat batu batainidari tanahliat yangberada di bantaran Sungai Bengawan Solo.
Saat ini stok batu bata milik para perajin ini melimpah sehingga harga terbilang cukup murah yakni Rp350 per biji. Namun jika musim hujan tiba, harga batu bata ini bisa mencapai harga Rp600 per biji. Meski dikerjakan secara dikebut, namun para perajin mengaku tetap mengutamakan kualitas batu batanya.
Sentra kerajinan batu bata lainnya yakni di kawasan Desa Dukoh Lor, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. Para perajin di kawasan ini kini juga mengebut pembuatan batu bata merah. Mereka mengambil bahan baku berupa tanah liat endapan Sungai Bengawan Solo lalu diolah dan dicetak menjadi ukuran tertentu. Selanjutnya, batu bata itu dijemur hingga kering dan dibakar dengan sekam kulit padi. Proses pembakaran itu bisa berlangsung selama sehari semalam.
Menurut Lusiyanto, perajin batu bata di Dukoh Lor, cuaca yang panas seperti sekarang memang mendukung dan memudahkan produksi batu bata merah. Selain bahan bakunya mudah didapat karena Sungai Bengawan Solo sedang menyusut, proses pengeringan dan pembakaran batu bata juga lebih cepat. “Kualitas batu bata merah saat musim kemarau seperti ini memang lebih bagus ketimbang saat musim hujan,” ujarnya.
Muhammad roqib
Perajin batu bata merah banyak tersebar di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro. Salah satu sentra kerajinan batu bata merah yakni di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro. Di kawasan ini ada ratusan perajin batu bata merah yang membuat tempat-tempat pembakaran batu bata merah menyerupai rumah kecil di pinggir sungai.
Menurut Suyanto, 45, salah satu perajin batu bata merah di Ledok Kulon, pembuatan batu bata merah kini memang dikebut dari biasanya. Sebab, cuaca yang panas seperti sekarang mudah untuk mengeringkan dan membakar batu bata merah."Mumpung cuaca sedang panas jadi produksi batu bata merah diperbanyak dari biasanya," ujar Suyanto sambil menjemur bahan batu bata yang selesai dicetak.
Para perajin saat ini terus mencetak batu bata hingga musim hujan tiba. Sehingga pada musim hujan nanti, batu bata setengah jadi ini tinggal dibakar dan stok masih melimpah meski cuaca sudah tidak mendukung."Beberapa hari kemarin juga sudah mulai hujan, jadi sekarang diperbanyak lagi. Kalau biasanya buat 500 sampai 1.000 biji sehari, sekarang buat sampai 2.000 biji sehari," katanya.
Selain itu, para perajin batu bata ini juga khawatir akan ancaman banjir yang sudah menjadi langganan di Kabupaten Bojonegoro. Sebab, bahan dasar yang digunakan para perajin untuk membuat batu batainidari tanahliat yangberada di bantaran Sungai Bengawan Solo.
Saat ini stok batu bata milik para perajin ini melimpah sehingga harga terbilang cukup murah yakni Rp350 per biji. Namun jika musim hujan tiba, harga batu bata ini bisa mencapai harga Rp600 per biji. Meski dikerjakan secara dikebut, namun para perajin mengaku tetap mengutamakan kualitas batu batanya.
Sentra kerajinan batu bata lainnya yakni di kawasan Desa Dukoh Lor, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro. Para perajin di kawasan ini kini juga mengebut pembuatan batu bata merah. Mereka mengambil bahan baku berupa tanah liat endapan Sungai Bengawan Solo lalu diolah dan dicetak menjadi ukuran tertentu. Selanjutnya, batu bata itu dijemur hingga kering dan dibakar dengan sekam kulit padi. Proses pembakaran itu bisa berlangsung selama sehari semalam.
Menurut Lusiyanto, perajin batu bata di Dukoh Lor, cuaca yang panas seperti sekarang memang mendukung dan memudahkan produksi batu bata merah. Selain bahan bakunya mudah didapat karena Sungai Bengawan Solo sedang menyusut, proses pengeringan dan pembakaran batu bata juga lebih cepat. “Kualitas batu bata merah saat musim kemarau seperti ini memang lebih bagus ketimbang saat musim hujan,” ujarnya.
Muhammad roqib
(bbg)