Menjaring Minat Wisata Tradisi 1 Muharam

Minggu, 26 Oktober 2014 - 17:47 WIB
Menjaring Minat Wisata Tradisi 1 Muharam
Menjaring Minat Wisata Tradisi 1 Muharam
A A A
PONOROGO - Barisan remaja putri mengiringi hadirnya dua buceng berisi nasi berbentuk tumpeng raksasa lengkap dengan sayuran, jajan pasar, hasil bumi, dan buah-buahan. Pasukan pembawa panji-panji dan sesepuh Desa Ngebel menjadi pengawal buceng yang menjadi simbol rasa syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Setelah doa bersama untuk keselamatan seluruh warga Ponorogo, buceng dikirab mengitari telaga dalam sebuah prosesi Lampah Ratri. “Larungan ini dilakukan setiap 1 Muharam. Ini sebagai wujud puji syukur kami warga sekitar Ngebel. Karena setahun ini telah diberi rahmat rezeki dan keselamatan oleh Tuhan, kami memanjatkan syukur juga kepada Tuhan. Kami juga berharap masuk 1436 Hijriah juga diberi keselamatan, jauh dari aral,” ungkap ketua panitia Larungan Ngebel 1435 H KRT Hartoto Dwijo.

Bagi warga Ngebel, upacara ini telah lepas dari makna memberi sesembahan kepada makhluk-makhluk gaib apa pun. Saat ini larung risalah doa dan sesaji di Telaga Ngebel adalah ucapan syukur yang dipadu dengan pelestarian budaya.

“Tujuan lainnya adalah sebagai daya tarik wisata, yaitu dari sisi budayanya yang menarik,” katanya. Animo warga terhadap kegiatan ini pun tampak semakin tinggi. Ribuan warga berdatangan di sekitar telaga. Tidak sedikit wisatawan yang datang dari luar Ponorogo. Hal ini memiliki efek tersendiri terhadap pasar barang-barang kerajinan dan wisata kuliner di sekitar telaga yang memiliki banyak potensi wisata dan potensi energi.

Sehari sebelumnya atau menyambut 1 Muharam 1436 atau 1 Suro 1948 Saka atau 1 Muharam 1435 H, tepatnya setelah matahari berangsur jatuh ke timur atau masuk 1 Suro, Jumat (24/10) petang kemarin, kirab pusaka dan buceng purak atau berebut tumpeng menjadi tradisi yang selalu dilaksanakan di Ponorogo untuk menyambut datangnya Suro atau Muharam. Ribuan warga Ponorogo tampak antusias menyaksikan dan mengikuti kedua acara yang memuncaki gelaran Grebeg Suro tahun ini.

Kirab pusaka merupakan kegiatan kilas balik sejarah Ponorogo, yaitu saat wilayah yang semula bernama Kerajaan Wengker ini memindah pusat pemerintahannya. Boyongan ini terjadi pada abad ke-15 lalu, yaitu dari Pusat Pemerintahan Kota Lama yaitu Kota Timur atau Kutho Wetan yang kini merupakan Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, menuju Kota Tengah atau Kutho Tengah yang merupakan Pusat Pemkab Ponorogo saat ini.

DILI EYATO
Ponorogo
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6143 seconds (0.1#10.140)