Jalur Yogya-Wonosari Terancam Putus
A
A
A
BANTUL - Jalur Yogya-Wonosari yang merupakan akses utama kendaraan bermotor ke Kabupaten Gunungkidul terancam putus. Beberapa badan jalan tepatnya di Bukit Bintang atau kawasan nongkrong di perbukitan Hargodumilah, Desa Srimartani, mulai retak. Bahkan, separuh badan jalan sudah mulai menurun permukaannya, sekitar 20-30 cm dari posisi semula.
Bu Mar (62), warga yang telah tinggal di daerah Bukit Bintang tersebut sejak 20 tahun lalu membenarkan posisi permukaan jalan di depan rumahnya turun atau ambles. Separuh jalan selebar 9 meter ini terlihat melengkung, tidak datar lagi. Trotoar yang dibangun di sepanjang talud pembatas jalan sudah terlihat mengambang, tidak menyatu lagi dengan badan jalan.
"Dulu itu rata, sekarang jalannya melengkung," ujarnya, Senin (20/10/2014).
Menurut Mar, amblesnya permukaan jalan tersebut akibat ratusan kendaraan bertonase besar melintas di atasnya. Jalur di Bukit Bintang ini menjadi satu-satunya jalan yang dapat dilintasi kendaraan besar dari dan menuju ke kawasan Gunungkidul. Keadaan semakin parah karena belakangan volume kendaraan besar semakin meningkat seiring berkembangnya pariwisata di Gunungkidul.
Mar sebenarnya mengaku tidak khawatir. Namun, tetap saja berharap agar pemerintah memperhatikan kondisi jalan tersebut. Sebab, jalan lebar di depan rumahnya tersebut merupakan proyek pengurukan jurang yang berada di samping jalan. Jurang sedalam 20 meter lebih tersebut sebelumnya longsor ketika gempa bumi 2006.
"Dulu itu jurang isinya pohon-pohon. Terus sekarang diuruk dan didirikan talud," ujarnya.
Menurut Mar, ribuan kendaraan melintas di atasnya mulai dari sepeda motor, mobil, tangki, bus hingga tonase besar setiap harinya. Terlebih ketika akhir pekan dan malam liburan, ratusan orang sering nongkrong di atasnya, bahkan ketika tahun baru sampai memacetkan jalan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto mengatakan, kondisi jalan itu sebenarnya bukan wilayah kerjanya. Hanya saja ia mengakui kawasan Bukit Bintang merupakan wilayah rawan longsor, karena sebagian perbukitan Piyungan merupakan wilayah rawan longsor, termasuk kawasan Bukit Bintang.
"Di sana tanahnya labil. Unsur tanahnya sebagian merupakan lempung, sehingga tidak terlalu kuat, terlebih ketika hujan turun."
Bu Mar (62), warga yang telah tinggal di daerah Bukit Bintang tersebut sejak 20 tahun lalu membenarkan posisi permukaan jalan di depan rumahnya turun atau ambles. Separuh jalan selebar 9 meter ini terlihat melengkung, tidak datar lagi. Trotoar yang dibangun di sepanjang talud pembatas jalan sudah terlihat mengambang, tidak menyatu lagi dengan badan jalan.
"Dulu itu rata, sekarang jalannya melengkung," ujarnya, Senin (20/10/2014).
Menurut Mar, amblesnya permukaan jalan tersebut akibat ratusan kendaraan bertonase besar melintas di atasnya. Jalur di Bukit Bintang ini menjadi satu-satunya jalan yang dapat dilintasi kendaraan besar dari dan menuju ke kawasan Gunungkidul. Keadaan semakin parah karena belakangan volume kendaraan besar semakin meningkat seiring berkembangnya pariwisata di Gunungkidul.
Mar sebenarnya mengaku tidak khawatir. Namun, tetap saja berharap agar pemerintah memperhatikan kondisi jalan tersebut. Sebab, jalan lebar di depan rumahnya tersebut merupakan proyek pengurukan jurang yang berada di samping jalan. Jurang sedalam 20 meter lebih tersebut sebelumnya longsor ketika gempa bumi 2006.
"Dulu itu jurang isinya pohon-pohon. Terus sekarang diuruk dan didirikan talud," ujarnya.
Menurut Mar, ribuan kendaraan melintas di atasnya mulai dari sepeda motor, mobil, tangki, bus hingga tonase besar setiap harinya. Terlebih ketika akhir pekan dan malam liburan, ratusan orang sering nongkrong di atasnya, bahkan ketika tahun baru sampai memacetkan jalan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto mengatakan, kondisi jalan itu sebenarnya bukan wilayah kerjanya. Hanya saja ia mengakui kawasan Bukit Bintang merupakan wilayah rawan longsor, karena sebagian perbukitan Piyungan merupakan wilayah rawan longsor, termasuk kawasan Bukit Bintang.
"Di sana tanahnya labil. Unsur tanahnya sebagian merupakan lempung, sehingga tidak terlalu kuat, terlebih ketika hujan turun."
(zik)