Risma Dituding Tak Miliki Konsep Pasca Penutupan Dolly
A
A
A
SURABAYA - Penutupan lokalisasi Dolly oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendapatkan kritik keras dari anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya Dedy Prasetyo. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dituding belum memiliki rencana matang pasca penutupan tersebut.
Dedy melihat penutupan lokalisasi di Jalan Jarak Kelurahan Putat Jaya itu dipaksakan dan tidak memikirkan persoalan usai penutupan. Alhasil, penutupan itu malah menimbulkan masalah baru.
Solusi yang ditawarkan Risma, panggilan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pasca penutupan belum ada yang konkret. Misalnya rencana menjadikan wilayah eks lokalisasi sebagai kawasan bisnis dan sentra industri kreatif. Blue print pembangunannya sejauh ini juga tidak ada.
“Jika mau dibuat sentra perdagangan dan bisnis harus dijelaskan seperti apa konsepnya, siapa yan mengerjakannya,” kata politikus asal Partai Demokrat (PD) ini, Minggu (22/6/2014).
Dedy meminta Risma berkaca pada Kota Bandung. Kebijakan penutupan lokalisasi malah membuat keberadaan prostitusi di kota kembang semakin merajalela. Semua tempat digunakan untuk praktik prostitusi.
Panti pijat yang menyediakan layanan esek-esek makin menjamur. Rumah hiburan yang juga menyediakan gadis-gadis yang bisa ‘dipakai’ juga makin banyak.
“Jika penutupan Dolly ini tidak mampu menyelesaikan masalah prostitusi di Surabaya, lalu buat apa ditutup. Jangan sampai pasca penutupan Dolly, para PSK malah akan membuka praktik-praktik di jalan,” terangnya.
Dedy melihat penutupan lokalisasi di Jalan Jarak Kelurahan Putat Jaya itu dipaksakan dan tidak memikirkan persoalan usai penutupan. Alhasil, penutupan itu malah menimbulkan masalah baru.
Solusi yang ditawarkan Risma, panggilan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pasca penutupan belum ada yang konkret. Misalnya rencana menjadikan wilayah eks lokalisasi sebagai kawasan bisnis dan sentra industri kreatif. Blue print pembangunannya sejauh ini juga tidak ada.
“Jika mau dibuat sentra perdagangan dan bisnis harus dijelaskan seperti apa konsepnya, siapa yan mengerjakannya,” kata politikus asal Partai Demokrat (PD) ini, Minggu (22/6/2014).
Dedy meminta Risma berkaca pada Kota Bandung. Kebijakan penutupan lokalisasi malah membuat keberadaan prostitusi di kota kembang semakin merajalela. Semua tempat digunakan untuk praktik prostitusi.
Panti pijat yang menyediakan layanan esek-esek makin menjamur. Rumah hiburan yang juga menyediakan gadis-gadis yang bisa ‘dipakai’ juga makin banyak.
“Jika penutupan Dolly ini tidak mampu menyelesaikan masalah prostitusi di Surabaya, lalu buat apa ditutup. Jangan sampai pasca penutupan Dolly, para PSK malah akan membuka praktik-praktik di jalan,” terangnya.
(hyk)