Warga di Kelud lebih percaya alam daripada pemerintah
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Desa Sumberasri, Blitar, Jawa Timur, Hendro Busono, membenarkan masih ada warga Dusun Gambaranyar yang menolak untuk dievakuasi pasca meningkatnya aktivitas Gunung Kelud.
"Memang benar masih ada warga yang menolak evakuasi. Mereka memiliki prinsip sendiri dalam menghadapi Gunung Kelud," ujar Hendro Busono, Kamis (13/2/2014).
Warga yang "membelot" evakuasi berpandangan bencana Gunung Kelud bukan pengalaman pertama kali bagi mereka. Seperti catatan arsip, Kelud meletus pada Tahun 1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990. Terakhir letusan terjadi pada 16 Oktober 2007.
Hendro mengatakan, warga menolak evakuasi karena lebih percaya dengan tanda-tanda alam. "Mereka lebih percaya pada pengalaman dan tanda-tanda alam, "terangnya.
Namun, lanjut Hendro tidak semua warga menolak evakuasi sepenuhnya. Ada warga yang enggan karena faktor lokasi (evakuasi) pilihan pemerintah. Sesuai data, ada tiga evakuasi di Desa Sumberasri. Yakni bekas pabrik gula, gedung sekolah dan lapangan terbuka.
Warga menganggap lokasi bekas pabrik gula tidak aman. "Mereka memilih berada di gedung sekolah. Karena pengalaman Tahun 1990, atap bekas pabrik gula itu tidak kuat menahan hujan abu," pungkasnya.
Hingga saat ini status Gunung Kelud masih Siaga (level III). PVMBG juga masih memberlakukan zona larangan sejauh 5 km dari pusat erupsi.
Berdasarkan validasi data penduduk, ada sebanyak 70 ribu jiwa yang terdampak langsung erupsi Kelud. Mereka tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Nglegok, Gandusari, Garum dan Ponggok.
Baca:
Warga Sumbersari menolak dievakuasi dari Gunung Kelud
"Memang benar masih ada warga yang menolak evakuasi. Mereka memiliki prinsip sendiri dalam menghadapi Gunung Kelud," ujar Hendro Busono, Kamis (13/2/2014).
Warga yang "membelot" evakuasi berpandangan bencana Gunung Kelud bukan pengalaman pertama kali bagi mereka. Seperti catatan arsip, Kelud meletus pada Tahun 1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990. Terakhir letusan terjadi pada 16 Oktober 2007.
Hendro mengatakan, warga menolak evakuasi karena lebih percaya dengan tanda-tanda alam. "Mereka lebih percaya pada pengalaman dan tanda-tanda alam, "terangnya.
Namun, lanjut Hendro tidak semua warga menolak evakuasi sepenuhnya. Ada warga yang enggan karena faktor lokasi (evakuasi) pilihan pemerintah. Sesuai data, ada tiga evakuasi di Desa Sumberasri. Yakni bekas pabrik gula, gedung sekolah dan lapangan terbuka.
Warga menganggap lokasi bekas pabrik gula tidak aman. "Mereka memilih berada di gedung sekolah. Karena pengalaman Tahun 1990, atap bekas pabrik gula itu tidak kuat menahan hujan abu," pungkasnya.
Hingga saat ini status Gunung Kelud masih Siaga (level III). PVMBG juga masih memberlakukan zona larangan sejauh 5 km dari pusat erupsi.
Berdasarkan validasi data penduduk, ada sebanyak 70 ribu jiwa yang terdampak langsung erupsi Kelud. Mereka tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Nglegok, Gandusari, Garum dan Ponggok.
Baca:
Warga Sumbersari menolak dievakuasi dari Gunung Kelud
(rsa)