Warga Yogya kecewa dokter mogok kerja
A
A
A
Sindonews.com - Pasien Rumah Sakit Kota Yogyakarta atau RS Wirosaban harus gigit jari. Pasalnya, aksi solidaritas dokter di RS milik pemerintah itu membuat pasien harus mengurungkan niat mendapat pelayanan. Sebab, semua pelayanan disetop selain untuk pasien dengan jaminan, dan darurat.
Triyani (24), warga asal Gedong Kuning mengaku kecewa karena tidak bisa memeriksakan kondisi kakinya setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Apalagi, sehari sebelumnya dia mendapat informasi bahwa hari ini dokter tetap melayani pasien.
“Ternyata setelah datang ke sini malah tidak bisa. Katanya aksi solidaritas, padahal kemarin katanya hari ini bisa. Saya kan repot jadinya. Apalagi ini juga kontrol pertama setelah keluar RS. Harusnya enggak perlu mogoklah,” kata Triyani, Rabu (27/11/2013).
Senada dialami Evi, pasien yang mendatangi dokter kulit ini harus kecewa karena tidak bisa dilayani. Namun Evi mengaku tetap akan mencari rumah sakit lain yang bisa memberikan pelayanan.
“Butuhnya hari ini, jadi tidak mungkin ditunda sampai besok,” ucapnya.
Aksi mogok praktik di RS Kota Yogya dimulai pukul 09.00 pagi. Aksi diawali pengumuman kepada seluruh pasien yang ada, kemudian membacakan surat edaran dari IDI dan dilanjutkan dengan membaca doa bersama.
Direktur RSUD Kota Yogya, Tuty Setyawati, mengatakan, dokter di RS yang dipimpinnya tetap akan melayani pasien tidak mampu yang menggunakan kartu jaminan serta pasien gawat darurat. Pelayanan juga diberikan kepada pasien rujukan.
“Misalnya untuk rujukan rontgen tetap dilayani, juga rujukan lain. Tapi untuk membaca hasil dari lab misalnya dilakukan keesokan harinya karena tidak ada petugasnya. Semua dokter mengenakan pita hitam dan pin tolak kriminalisasi dokter,” kata dia.
Triyani (24), warga asal Gedong Kuning mengaku kecewa karena tidak bisa memeriksakan kondisi kakinya setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Apalagi, sehari sebelumnya dia mendapat informasi bahwa hari ini dokter tetap melayani pasien.
“Ternyata setelah datang ke sini malah tidak bisa. Katanya aksi solidaritas, padahal kemarin katanya hari ini bisa. Saya kan repot jadinya. Apalagi ini juga kontrol pertama setelah keluar RS. Harusnya enggak perlu mogoklah,” kata Triyani, Rabu (27/11/2013).
Senada dialami Evi, pasien yang mendatangi dokter kulit ini harus kecewa karena tidak bisa dilayani. Namun Evi mengaku tetap akan mencari rumah sakit lain yang bisa memberikan pelayanan.
“Butuhnya hari ini, jadi tidak mungkin ditunda sampai besok,” ucapnya.
Aksi mogok praktik di RS Kota Yogya dimulai pukul 09.00 pagi. Aksi diawali pengumuman kepada seluruh pasien yang ada, kemudian membacakan surat edaran dari IDI dan dilanjutkan dengan membaca doa bersama.
Direktur RSUD Kota Yogya, Tuty Setyawati, mengatakan, dokter di RS yang dipimpinnya tetap akan melayani pasien tidak mampu yang menggunakan kartu jaminan serta pasien gawat darurat. Pelayanan juga diberikan kepada pasien rujukan.
“Misalnya untuk rujukan rontgen tetap dilayani, juga rujukan lain. Tapi untuk membaca hasil dari lab misalnya dilakukan keesokan harinya karena tidak ada petugasnya. Semua dokter mengenakan pita hitam dan pin tolak kriminalisasi dokter,” kata dia.
(rsa)