Penjualan masjid pertama terjadi di Jabar
A
A
A
Sindonews.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat belum mengetahui secara pasti apa motif rencana penjualan Masjid Teja Suar di Jalan Tuparev Cirebon yang kabarnya cukup menggegerkan itu.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Rafani Achyar, mengatakan penjualan masjid seperti itu baru pertama kali terjadi di Jabar
"Di Jawa Barat kasus seperti itu baru terjadi sekarang," kata Rafani saat ditemui di Kantor MUI Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (25/11/2013).
Rafani mengaku belum tahu apa motifnya sehingga dijual keluarga almarhum Saelan sebagai pemilik lahan. Ia pun mempertanyakan penjualan masjid itu. "Kalau sampai dijual, dulu masjid itu dibangun untuk apa?" cetusnya.
Jika ternyata dijual karena masalah ekonomi, ia berharap ada solusi lain sehingga masjid itu tidak jadi dijual. Ia berharap ada pihak yang mau membeli masjid itu.
"Tapi jangan dengan harga yang ditawarkan sekarang. Kalau bisa dibawah harga (Rp15 miliar) itu," ucap Rafani.
Ia bahkan mengaku sudah ada yang mengirim pesan singkat padanya yang menyatakan ingin membeli masjid itu dan diwakafkan agar tidak jadi dijual ke pihak lain. Tapi belum ada informasi lebih lanjut dari pengirim pesan singkat itu.
Kini, MUI Jawa Barat terus memantau perkembangan masjid itu. Sebab hingga kini belum ada penjelasan dari pemiliknya. Meski milik pribadi, masjid itu sudah jadi milik umat.
Menurut Rafani, hal hampir serupa pernah terjadi di Masjid Al Furqon di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung. Tapi saat itu masjid dipindahkan dan dibangun lebih baik. Kegiatan itu sempat ditentang sejumlah pihak, tapi akhirnya diterima.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Rafani Achyar, mengatakan penjualan masjid seperti itu baru pertama kali terjadi di Jabar
"Di Jawa Barat kasus seperti itu baru terjadi sekarang," kata Rafani saat ditemui di Kantor MUI Jawa Barat, Kota Bandung, Senin (25/11/2013).
Rafani mengaku belum tahu apa motifnya sehingga dijual keluarga almarhum Saelan sebagai pemilik lahan. Ia pun mempertanyakan penjualan masjid itu. "Kalau sampai dijual, dulu masjid itu dibangun untuk apa?" cetusnya.
Jika ternyata dijual karena masalah ekonomi, ia berharap ada solusi lain sehingga masjid itu tidak jadi dijual. Ia berharap ada pihak yang mau membeli masjid itu.
"Tapi jangan dengan harga yang ditawarkan sekarang. Kalau bisa dibawah harga (Rp15 miliar) itu," ucap Rafani.
Ia bahkan mengaku sudah ada yang mengirim pesan singkat padanya yang menyatakan ingin membeli masjid itu dan diwakafkan agar tidak jadi dijual ke pihak lain. Tapi belum ada informasi lebih lanjut dari pengirim pesan singkat itu.
Kini, MUI Jawa Barat terus memantau perkembangan masjid itu. Sebab hingga kini belum ada penjelasan dari pemiliknya. Meski milik pribadi, masjid itu sudah jadi milik umat.
Menurut Rafani, hal hampir serupa pernah terjadi di Masjid Al Furqon di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung. Tapi saat itu masjid dipindahkan dan dibangun lebih baik. Kegiatan itu sempat ditentang sejumlah pihak, tapi akhirnya diterima.
(lns)