Petugas parkir di Solo pakai kain lurik
A
A
A
Sindonews.com - Pemandangan berbeda terlihat di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Juru parkir yang biasanya mengenakan baju warna orange kumuh dan lusuh, kini mengenakan pakaian lurik dan celana hitam, lengkap dengan blangkon.
Para tukang parkir ini juga mengenakan sepatu hitam mengkilap. Pakaian daerah para tukang parkir ini sangat menarik perhatian masyarakat. Hal ini makin memperkuat kesan Solo sebagai kota budaya.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, penggantian seragam juru parkir dari oranye menjadi lurik, memang sengaja dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
Dengan mengenakan lurik, diharapkan akan merubah sikap dari juru parkir kepada para pengguna jasa parkir, dari yang biasanya arogan, menjadi ramah. Dengan demikian, Solo bukan hanya menjadi kota budaya. Melaikan juga kota yang ramah.
"Blangkon hitam itu memiliki filosofi menep. Jadi yang memakai itu nanti pikirannya menep, atau dengan kata lain pikirannya tenang," ucap Rudy, di sela-sela pembagian seragam lurik, di Kawasan Slamet Riyadi, Kamis (1/8/2013).
Dia menambahkan, nantinya sekitar 3.000 juru parkir bakal mengenakan pakaian tersebut secara bertahap. Untuk tahap pertama, setidaknya ada 200 seragam lurik yang dibagikan oleh Pemkot Solo, kepada para juru parkir.
"Jasa para juru parkir sangat luar biasa dan sangat besar, untuk menjaga ketertiban dan keamanan, di jalanan Kota Solo. Mereka memang pantas untuk menggunakan seragam itu, apalagi Solo merupakan kota budaya, sehingga sangat pas penggunaan seragam itu untuk tukang parkir," terangnya.
Sementara itu, salah seorang juru parkir, Miko (70) mengaku senang atas pembagian seragam dari Pemkot Solo tersebut. Menurutnya, dengan seragam itu, dia lebih percaya diri saat bekerja menjadi juru parkir.
Katanya, dengan seragam itu para juru parkir di Kota Solo tak dipandang sebelah mata lagi. "Dengan seragam baru ini, lebih senang. Seragam kita sekarang tidak ada bedanya dengan para pegawai yang ada di Pemkot," ujarnya sambil tertawa.
Para tukang parkir ini juga mengenakan sepatu hitam mengkilap. Pakaian daerah para tukang parkir ini sangat menarik perhatian masyarakat. Hal ini makin memperkuat kesan Solo sebagai kota budaya.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, penggantian seragam juru parkir dari oranye menjadi lurik, memang sengaja dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.
Dengan mengenakan lurik, diharapkan akan merubah sikap dari juru parkir kepada para pengguna jasa parkir, dari yang biasanya arogan, menjadi ramah. Dengan demikian, Solo bukan hanya menjadi kota budaya. Melaikan juga kota yang ramah.
"Blangkon hitam itu memiliki filosofi menep. Jadi yang memakai itu nanti pikirannya menep, atau dengan kata lain pikirannya tenang," ucap Rudy, di sela-sela pembagian seragam lurik, di Kawasan Slamet Riyadi, Kamis (1/8/2013).
Dia menambahkan, nantinya sekitar 3.000 juru parkir bakal mengenakan pakaian tersebut secara bertahap. Untuk tahap pertama, setidaknya ada 200 seragam lurik yang dibagikan oleh Pemkot Solo, kepada para juru parkir.
"Jasa para juru parkir sangat luar biasa dan sangat besar, untuk menjaga ketertiban dan keamanan, di jalanan Kota Solo. Mereka memang pantas untuk menggunakan seragam itu, apalagi Solo merupakan kota budaya, sehingga sangat pas penggunaan seragam itu untuk tukang parkir," terangnya.
Sementara itu, salah seorang juru parkir, Miko (70) mengaku senang atas pembagian seragam dari Pemkot Solo tersebut. Menurutnya, dengan seragam itu, dia lebih percaya diri saat bekerja menjadi juru parkir.
Katanya, dengan seragam itu para juru parkir di Kota Solo tak dipandang sebelah mata lagi. "Dengan seragam baru ini, lebih senang. Seragam kita sekarang tidak ada bedanya dengan para pegawai yang ada di Pemkot," ujarnya sambil tertawa.
(san)