3 oknum wartawan Garut dihadang puluhan warga
Kamis, 11 Oktober 2012 - 20:11 WIB

3 oknum wartawan Garut dihadang puluhan warga
A
A
A
Sindonews.com – Tiga oknum wartawan media lokal asal Bogor hampir diamuk puluhan warga Desa Simpang, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Warga geram karena ketiganya telah melakukan tindak pemerasan terhadap tiga sekolah di Desa Simpang, yakni SDN Simpang 5, SDN Simpang 7, dan SDN Satu Atap.
Kapolsek Cibalong AKP Ayi Rustandi mengatakan, pihaknya langsung mengamankan ketiganya ke Mapolsek Cibalong untuk menghindari aksi main hakim warga. Dari tangan tiga oknum wartawan yang beridentitas Beni Aswendi (33), Muhammad Muksin (35) dan Roni B (33), petugas berhasil menyita uang sebesar Rp5 juta.
“Dari penuturan ketiganya, uang itu didapat dari pihak sekolah,” ungkap Ayi menjelaskan kepada wartawan, Kamis (11/10/2012).
Tidak hanya uang, dari salah satu oknum wartawan tersebut petugas pun mengamankan sepucuk pistol FN mainan yang digunakan untuk menakut-nakuti warga. Menurut Ayi, tiga wartawan ini dihadang oleh puluhan warga usai melakukan dugaan pemerasan.
“Kejadiannya sekitar pukul 13.00 WIB. Mobil Daihatsu Xenia bernopol F 1170 MM yang mereka tumpangi dihadang oleh sekitar 40-an orang. Mendapat laporan itu, kami langsung mengamankan ketiganya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,” tuturnya.
Menurut Ayi, ketiga oknum wartawan ini diduga telah melakukan tindak pemerasan pada sejumlah tempat di kawasan Garut selatan. Oleh karena itulah, proses hukum mereka dilimpahkan ke Polres Garut untuk ditindaklanjuti.
Penghadangan tiga oknum wartawan ini sendiri setidaknya sempat menggegerkan warga desa lain di Kecamatan Cibalong. Kepala Desa Karyasari, Kecamatan Cibalong, Sumpena mengatakan, dirinya mengaku mendapatkan laporan terkait peristiwa tersebut.
“Warga di sini sempat ramai oleh kejadian itu. Dari desa kami juga ada yang ingin ikut melihat peristiwanya seperti apa. Sebab, orang-orang tahu kabar itu dari laporan kepala sekolah ke kantor desa. Intinya, para kepala sekolah ini merasa khawatir oleh kedatangan mereka yang ingin meminta uang,” tandasnya.
Dari laporan itu, tutur Sumpena, masing-masing sekolah memberi uang dalam jumlah yang bervariasi. Pihak SDN Simpang 5 memberi uang Rp3 juta, SDN Simpang 7 Rp1,5 juta, dan SDN Satu Atap Rp500 ribu.
“Totalnya, dari tiga sekolah mereka berhasil meraup uang sebanyak Rp5 juta. Modusnya lain-lain, yaitu dengan cara menyelidiki pengadaan beberapa peralatan di sekolah. Mereka juga mengaku sebagai tim monitoring yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat,” tukasnya.
Kapolsek Cibalong AKP Ayi Rustandi mengatakan, pihaknya langsung mengamankan ketiganya ke Mapolsek Cibalong untuk menghindari aksi main hakim warga. Dari tangan tiga oknum wartawan yang beridentitas Beni Aswendi (33), Muhammad Muksin (35) dan Roni B (33), petugas berhasil menyita uang sebesar Rp5 juta.
“Dari penuturan ketiganya, uang itu didapat dari pihak sekolah,” ungkap Ayi menjelaskan kepada wartawan, Kamis (11/10/2012).
Tidak hanya uang, dari salah satu oknum wartawan tersebut petugas pun mengamankan sepucuk pistol FN mainan yang digunakan untuk menakut-nakuti warga. Menurut Ayi, tiga wartawan ini dihadang oleh puluhan warga usai melakukan dugaan pemerasan.
“Kejadiannya sekitar pukul 13.00 WIB. Mobil Daihatsu Xenia bernopol F 1170 MM yang mereka tumpangi dihadang oleh sekitar 40-an orang. Mendapat laporan itu, kami langsung mengamankan ketiganya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,” tuturnya.
Menurut Ayi, ketiga oknum wartawan ini diduga telah melakukan tindak pemerasan pada sejumlah tempat di kawasan Garut selatan. Oleh karena itulah, proses hukum mereka dilimpahkan ke Polres Garut untuk ditindaklanjuti.
Penghadangan tiga oknum wartawan ini sendiri setidaknya sempat menggegerkan warga desa lain di Kecamatan Cibalong. Kepala Desa Karyasari, Kecamatan Cibalong, Sumpena mengatakan, dirinya mengaku mendapatkan laporan terkait peristiwa tersebut.
“Warga di sini sempat ramai oleh kejadian itu. Dari desa kami juga ada yang ingin ikut melihat peristiwanya seperti apa. Sebab, orang-orang tahu kabar itu dari laporan kepala sekolah ke kantor desa. Intinya, para kepala sekolah ini merasa khawatir oleh kedatangan mereka yang ingin meminta uang,” tandasnya.
Dari laporan itu, tutur Sumpena, masing-masing sekolah memberi uang dalam jumlah yang bervariasi. Pihak SDN Simpang 5 memberi uang Rp3 juta, SDN Simpang 7 Rp1,5 juta, dan SDN Satu Atap Rp500 ribu.
“Totalnya, dari tiga sekolah mereka berhasil meraup uang sebanyak Rp5 juta. Modusnya lain-lain, yaitu dengan cara menyelidiki pengadaan beberapa peralatan di sekolah. Mereka juga mengaku sebagai tim monitoring yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat,” tukasnya.
(azh)