Raih Gelar Doktor, Sekda Papua Ajak ASN Lanjutkan Pendidikan
A
A
A
JAYAPURA - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Papua Titus E A Dosinaen menjalani sidang terbuka Promosi Doktor, Program Doktor Ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Cenderawasih bidang Antropologi di Auditorium Universitas Cenderawasih, Sabtu (29/2/2020).
Ujian Sidang Terbuka Promosi Doktor di Auditorium Uncen itu dibuka oleh Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST. MT dan dipandu oleh Direktur Program Pascasarjana Uncen Prof. Dr Yohanis Rante, SE MSi dengan dosen penguji terdiri dari Prof. Dr. Drs. Akbar Silo, MS, Dr. Hanro Y. Lekitoo, S.Sos.M.Hum, Dr. Nomensen S. Mambraku, Dr. Basir Rohrohmana, SH.MH, Dr. Marlina Flassy, S.Sos.M.Hum, Dr. Gerdha K. Numbery, S.Sos.M.Hum.
Sementara Ketua Promotornya adalah Prof. Dr. Pawenari Hijang, MA dari Universitas Hasanudin Makasar beserta dua co-promotor dari Uncen yakni J.R. Mansoben, MA.Ph.D dan Dr. Dra. Agustina Ivonne Poli, M.Si.
Hasilnya, setelah mengenyam pendidikan selama empat setengah tahun, dengan kesibukan sebagai Sekda Papua, semua tahapan berhasil dulaluinya. Dengan disertasi berjudul "Rekonstruksi Sistem Demokrasi Pemerintahan Berbasis Nilai-nilai Kearifan Lokal di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua" ini, berhasil membuat Hery memperoleh IPK 3.86 dengan predikat cumlaude, dan berhak menyandang gelar Doktor Antropologi.
Hery mengaku, untuk mempertahankan hasil penelitiannya terkait judul disertasi tersebut, dia bahkan sampai berkeringat saat ujian tertutup.
"Saya akui, diantara ujian-ujian yang saya pernah lalui, ujian tertutup kali inu membuat saya basag dengan keringat. Selama hampir lima jam saya harus menjawab semua pertanyaan yang penguji berikan. Dan saya harus mempertahankan hasil penelitian saya itu,"katanya.
Dirinyalah berbangga hati, pasalnya dalam waktu dekat, disertasinya tersebut akan dibawa dalam seminar di Bangkok Thailand oleh Tim Uncen.
"Kami menunggu jadwal, apa yang saya teliti, akan menjadi hal yang menarik, mesti awalnya agak kontradiktif, agak provokatif, karena ini kearifan lokal, harus diakomodir," sebutnya.
Keberhasilannya menyabet gelar doktor diharapkan menjadi inspirasi bagi warga masyarakat,utamanya para abdi negara di lingkup Pemerintah Provinsi Papua. Niat dan tekat mejadi utama untuk menyelesaikan pendidikan akhir di Perguruan Tinggi ini.
"Prinsipnya adalah dimana ada kemauan disitu ada jalan. Kalau dilihat saya sebagai birokrat, dengab tugas rutin yang cukup padat, maka ini bagi saya pendidikan tidak mengenal ruang dan usia, yang penting adalah ada kemauan," pungkasnya.
Ujian Sidang Terbuka Promosi Doktor di Auditorium Uncen itu dibuka oleh Rektor Uncen Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST. MT dan dipandu oleh Direktur Program Pascasarjana Uncen Prof. Dr Yohanis Rante, SE MSi dengan dosen penguji terdiri dari Prof. Dr. Drs. Akbar Silo, MS, Dr. Hanro Y. Lekitoo, S.Sos.M.Hum, Dr. Nomensen S. Mambraku, Dr. Basir Rohrohmana, SH.MH, Dr. Marlina Flassy, S.Sos.M.Hum, Dr. Gerdha K. Numbery, S.Sos.M.Hum.
Sementara Ketua Promotornya adalah Prof. Dr. Pawenari Hijang, MA dari Universitas Hasanudin Makasar beserta dua co-promotor dari Uncen yakni J.R. Mansoben, MA.Ph.D dan Dr. Dra. Agustina Ivonne Poli, M.Si.
Hasilnya, setelah mengenyam pendidikan selama empat setengah tahun, dengan kesibukan sebagai Sekda Papua, semua tahapan berhasil dulaluinya. Dengan disertasi berjudul "Rekonstruksi Sistem Demokrasi Pemerintahan Berbasis Nilai-nilai Kearifan Lokal di Kabupaten Puncak Jaya Provinsi Papua" ini, berhasil membuat Hery memperoleh IPK 3.86 dengan predikat cumlaude, dan berhak menyandang gelar Doktor Antropologi.
Hery mengaku, untuk mempertahankan hasil penelitiannya terkait judul disertasi tersebut, dia bahkan sampai berkeringat saat ujian tertutup.
"Saya akui, diantara ujian-ujian yang saya pernah lalui, ujian tertutup kali inu membuat saya basag dengan keringat. Selama hampir lima jam saya harus menjawab semua pertanyaan yang penguji berikan. Dan saya harus mempertahankan hasil penelitian saya itu,"katanya.
Dirinyalah berbangga hati, pasalnya dalam waktu dekat, disertasinya tersebut akan dibawa dalam seminar di Bangkok Thailand oleh Tim Uncen.
"Kami menunggu jadwal, apa yang saya teliti, akan menjadi hal yang menarik, mesti awalnya agak kontradiktif, agak provokatif, karena ini kearifan lokal, harus diakomodir," sebutnya.
Keberhasilannya menyabet gelar doktor diharapkan menjadi inspirasi bagi warga masyarakat,utamanya para abdi negara di lingkup Pemerintah Provinsi Papua. Niat dan tekat mejadi utama untuk menyelesaikan pendidikan akhir di Perguruan Tinggi ini.
"Prinsipnya adalah dimana ada kemauan disitu ada jalan. Kalau dilihat saya sebagai birokrat, dengab tugas rutin yang cukup padat, maka ini bagi saya pendidikan tidak mengenal ruang dan usia, yang penting adalah ada kemauan," pungkasnya.
(nag)