Kampung Adat Diminta Dukung Pengelolaan Lingkungan Hidup
A
A
A
SENTANI - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura melalui Kepala Bidang Pengawasan Pemantauan Pemulihan Analisa dan Peran serta Masyarakat telah melaksanakan sosilisasi proyek perubahan di Kampung Yokiwa bersama satuan tugas (Satgas) Cagar Alam dan Masyarakat di Kampung Yokiwa Distrik Sentani Timur, Jumat (29/11/2019).
Selain sosialisasi, Satgas Cagar Alam dan masyarakat Kampung Yokiwa juga melakukan aksi menanam bibit pohon mangga, bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Mamberamo sebanyak 4000 pohon.
Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, persoalan lingkungan hidup di masing-masing kampung adalah tanggung jawab bersama masyarakat yang ada di kampung tersebut.
Menurutnya, sebagai Kampung Adat tidak mungkin orang lain yang datang untuk bersihkan halaman serta lingkungan di kampung. Hanya masyarakatnya sendiri yang dapat melakukan hal tersebut secara bersama-sama dan penuh rasa tanggung jawab untuk menjaga serta memlihara lingkungan itu sendiri.
Keberadaan kampung kata Awoituaw, tidak hanya soal pemerintahan saja, adat istiadat, budaya, sosial, dan lain-lain menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakatnya termasuk kebersihan lingkungan.
“Dengan demikian ada daya tarik bagi orang lain untuk mengunjungi kampung kita,” ujar bupati Awoitauw di Sentani, Kamis (5/12/2019).
Secara terpisah, Kepala Bidang Pengawasan Pemantauan Pemulihan Analisa dan Peran serta Masyarakat, Ruddy Julius Sokoy mengatakan Sosilisasi yang dilakukan ini sebagai tugas akhir sebagai peserta Diklat PIM III 2019, dengan tema kegiatan sosilisasi 'Peran Kampung Adat dalam Mendukung Pengelolaan Lingkungan Hidup'.
Dalam kegiatan ini pihaknya sebagai peserta telah banyak menerima masukan dan saran dari para pemangku kepentingan di Kampung Yokiwa, seperti Kepala Suku, Kepala Kampung Adat, dan tua-tua adat lainya.
“Kampung adat tidak hanya dilihat dari sisi pemerintahan secara kultur saja tetapi juga bagaimana mengelola lingkungan hidup mereka agar tetap bersih, aman, dan nyaman untuk ditinggali,” ujar Sokoy
Menurutnya, selain sosilisasi, pihaknya juga telah membuat aksi penanaman pohon mangga, dan sagu serta sejumlah bibit pohon yang di awali dari Kampung Yokiwa, dan seluruh Kampung di pesisir Danau Sentani hingga ke pesisir Pantai di Distrik Depapre.
“Dari data yang telah diserap dari setiap kampung yang kami datangi, akan di korodinasi dengan pimpinan dinas untuk selanjutnya dilakukan kerja sam dalam hal pengelolaan lingkungan hidup di kampung adat,” katanya.
Sementara itu, Abraham Awoitauw, Kepala Kampung Adat Yokiwa, mengatakan, untuk menciptakan lingkungan hidup yang baik di Kampung Adat, tidak hanya sebatas bagaimana menangani persoalan sampah, atau soal kebersiahan sebuah kampung adat. Tetapi banyak hal yang harus di persiapkan agar Kampung Adat tidak hanya sebagai tempat tinggal tetapi juga dapat dikunjungi oleh mereka dari luar Kampung.
“Kampung adat itu tidak boleh kotor, tidak boleh ada sampah, tidak boleh ada orang mabuk, masyarakatnya harus hidup secara tertib. Kampung adat harus mampu mengelolah potensi lokalnya menjadi sesuatu yang menarik perhatian orang luar untuk datang ke kampung tersebut,” pungkasnya.
Selain sosialisasi, Satgas Cagar Alam dan masyarakat Kampung Yokiwa juga melakukan aksi menanam bibit pohon mangga, bantuan dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Mamberamo sebanyak 4000 pohon.
Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, persoalan lingkungan hidup di masing-masing kampung adalah tanggung jawab bersama masyarakat yang ada di kampung tersebut.
Menurutnya, sebagai Kampung Adat tidak mungkin orang lain yang datang untuk bersihkan halaman serta lingkungan di kampung. Hanya masyarakatnya sendiri yang dapat melakukan hal tersebut secara bersama-sama dan penuh rasa tanggung jawab untuk menjaga serta memlihara lingkungan itu sendiri.
Keberadaan kampung kata Awoituaw, tidak hanya soal pemerintahan saja, adat istiadat, budaya, sosial, dan lain-lain menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakatnya termasuk kebersihan lingkungan.
“Dengan demikian ada daya tarik bagi orang lain untuk mengunjungi kampung kita,” ujar bupati Awoitauw di Sentani, Kamis (5/12/2019).
Secara terpisah, Kepala Bidang Pengawasan Pemantauan Pemulihan Analisa dan Peran serta Masyarakat, Ruddy Julius Sokoy mengatakan Sosilisasi yang dilakukan ini sebagai tugas akhir sebagai peserta Diklat PIM III 2019, dengan tema kegiatan sosilisasi 'Peran Kampung Adat dalam Mendukung Pengelolaan Lingkungan Hidup'.
Dalam kegiatan ini pihaknya sebagai peserta telah banyak menerima masukan dan saran dari para pemangku kepentingan di Kampung Yokiwa, seperti Kepala Suku, Kepala Kampung Adat, dan tua-tua adat lainya.
“Kampung adat tidak hanya dilihat dari sisi pemerintahan secara kultur saja tetapi juga bagaimana mengelola lingkungan hidup mereka agar tetap bersih, aman, dan nyaman untuk ditinggali,” ujar Sokoy
Menurutnya, selain sosilisasi, pihaknya juga telah membuat aksi penanaman pohon mangga, dan sagu serta sejumlah bibit pohon yang di awali dari Kampung Yokiwa, dan seluruh Kampung di pesisir Danau Sentani hingga ke pesisir Pantai di Distrik Depapre.
“Dari data yang telah diserap dari setiap kampung yang kami datangi, akan di korodinasi dengan pimpinan dinas untuk selanjutnya dilakukan kerja sam dalam hal pengelolaan lingkungan hidup di kampung adat,” katanya.
Sementara itu, Abraham Awoitauw, Kepala Kampung Adat Yokiwa, mengatakan, untuk menciptakan lingkungan hidup yang baik di Kampung Adat, tidak hanya sebatas bagaimana menangani persoalan sampah, atau soal kebersiahan sebuah kampung adat. Tetapi banyak hal yang harus di persiapkan agar Kampung Adat tidak hanya sebagai tempat tinggal tetapi juga dapat dikunjungi oleh mereka dari luar Kampung.
“Kampung adat itu tidak boleh kotor, tidak boleh ada sampah, tidak boleh ada orang mabuk, masyarakatnya harus hidup secara tertib. Kampung adat harus mampu mengelolah potensi lokalnya menjadi sesuatu yang menarik perhatian orang luar untuk datang ke kampung tersebut,” pungkasnya.
(akn)