1.200 Pedagang Terdampak Penutupan TWA Gunung Tangkuban Parahu
A
A
A
BANDUNG BARAT - Para pedagang di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu ikut terdampak dari penutupan lokasi wisata tersebut. Mereka berdoa dan berharap Gunung Tangkuban Parahu normal kembali sehingga lokasi wisata tersebut kembali dibuka.
Untuk itu, warga dan pedagang di TWA Gunung Tangkuban Parahu yang berasal dari Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), menggelar istighasah di pintu masuk objek wisata yang sedang ditutup pada Senin 5 Agustus 2019.
Istighasah dan doa bersama yang diikuti ratusan warga laki-laki dan perempuan untuk meminta keselamatan dan agar Gunung Tangkuban Parahu kembali normal. “Semoga dengan doa bersama ini kondisi kembali normal," ungkap Ketua RW 6 Desa Cikole, Ishak Geri seusai doa bersama.
Ishak Geri mengatakan, erupsi Gunung Tangkubanparahu sangat berdampak kepada warga Cikole. Tercatat dari sekitar 1.200 pedagang yang beraktivitas di sekitar TWA Gunung Tangkubanparahu, sebagian besar merupakan warga Cikole. Akibatnya ketika terjadi erupsi maka warga tidak bisa berdagang karena objek wisata itu ditutup dan kondisi ini sudah hampir berjalan dua minggu.
"Warga kami (pedagang) pengen kondisi normal lagi, bisa jualan lagi, dan punya penghasilan. Tapi kalau kondisi ditutup ya otomatis mereka tidak punya penghasilan," tuturnya.
Hal tersebut diamini oleh seorang pedagang, Hendi (39). Pria yang biasa berjualan kerajinan dan suvenir boneka di sekitar Kawah Ratu ini sekarang terpaksa berjualan dari satu tempat ke tempat wisata lainnya di sekitar Lembang. Hal itu dilakukan untuk menyambung hidup, karena selama TWA Gunung Tangkuban Parahu tutup, praktis dia kehilangan mata pencaharian untuk keluarganya.
"Ya harus jualan, kalau ngga jualan ngga ada pemasukan. Jualannya di mana saja di tempat-tempat yang banyak wisatawan, tapi masih di sekitaran cikole atau pintu gerbang Tangkuban Parahu," ucapnya.
Sementara menurut tokoh agama Desa Cikole, Ustaz Yandi, tujuan digelarnya istigasah ini agar masyarakat khususnya yang berdekatan dengan Gunung Tangkuban Parahu bisa tetap tenang. Kemudian istigasah menjadi pengingat agar masyarakat tidak takut dan tetap bertwakal kepada sang pencipta.
Kegiatan ini awalnya diinisiasi oleh tokoh agama setempat, lalu diinformasikan ke masyarakat sehingga banyak yang turut hadir dalam pelaksanaannya. "Kami berharap pascaadanya gelaran doa bersama kondisi Gunung Tangkuban Parahu bisa segera normal kembali. Sehingga, masyarakat khususnya pedagang bisa kembali mencari nafkah," tuturnya.
Sedangkan berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status level II atau waspada terhadap Gunung Tangkubanparahu. PVMBG pun merekomendasikan agar di radius 1,5 kilometer dari bibir kawah tidak terdapat aktivitas, karena saat ini erupsi masih terus terjadi. Berdasarkan data seismogram, gempa tremor yang terekam sejak pukul 06.00- 12.00 WIB memiliki amplitudo 35-50 milimeter, tapi dominan 50 milimeter.
Untuk itu, warga dan pedagang di TWA Gunung Tangkuban Parahu yang berasal dari Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), menggelar istighasah di pintu masuk objek wisata yang sedang ditutup pada Senin 5 Agustus 2019.
Istighasah dan doa bersama yang diikuti ratusan warga laki-laki dan perempuan untuk meminta keselamatan dan agar Gunung Tangkuban Parahu kembali normal. “Semoga dengan doa bersama ini kondisi kembali normal," ungkap Ketua RW 6 Desa Cikole, Ishak Geri seusai doa bersama.
Ishak Geri mengatakan, erupsi Gunung Tangkubanparahu sangat berdampak kepada warga Cikole. Tercatat dari sekitar 1.200 pedagang yang beraktivitas di sekitar TWA Gunung Tangkubanparahu, sebagian besar merupakan warga Cikole. Akibatnya ketika terjadi erupsi maka warga tidak bisa berdagang karena objek wisata itu ditutup dan kondisi ini sudah hampir berjalan dua minggu.
"Warga kami (pedagang) pengen kondisi normal lagi, bisa jualan lagi, dan punya penghasilan. Tapi kalau kondisi ditutup ya otomatis mereka tidak punya penghasilan," tuturnya.
Hal tersebut diamini oleh seorang pedagang, Hendi (39). Pria yang biasa berjualan kerajinan dan suvenir boneka di sekitar Kawah Ratu ini sekarang terpaksa berjualan dari satu tempat ke tempat wisata lainnya di sekitar Lembang. Hal itu dilakukan untuk menyambung hidup, karena selama TWA Gunung Tangkuban Parahu tutup, praktis dia kehilangan mata pencaharian untuk keluarganya.
"Ya harus jualan, kalau ngga jualan ngga ada pemasukan. Jualannya di mana saja di tempat-tempat yang banyak wisatawan, tapi masih di sekitaran cikole atau pintu gerbang Tangkuban Parahu," ucapnya.
Sementara menurut tokoh agama Desa Cikole, Ustaz Yandi, tujuan digelarnya istigasah ini agar masyarakat khususnya yang berdekatan dengan Gunung Tangkuban Parahu bisa tetap tenang. Kemudian istigasah menjadi pengingat agar masyarakat tidak takut dan tetap bertwakal kepada sang pencipta.
Kegiatan ini awalnya diinisiasi oleh tokoh agama setempat, lalu diinformasikan ke masyarakat sehingga banyak yang turut hadir dalam pelaksanaannya. "Kami berharap pascaadanya gelaran doa bersama kondisi Gunung Tangkuban Parahu bisa segera normal kembali. Sehingga, masyarakat khususnya pedagang bisa kembali mencari nafkah," tuturnya.
Sedangkan berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status level II atau waspada terhadap Gunung Tangkubanparahu. PVMBG pun merekomendasikan agar di radius 1,5 kilometer dari bibir kawah tidak terdapat aktivitas, karena saat ini erupsi masih terus terjadi. Berdasarkan data seismogram, gempa tremor yang terekam sejak pukul 06.00- 12.00 WIB memiliki amplitudo 35-50 milimeter, tapi dominan 50 milimeter.
(wib)