Kisah Sembah Banda Yudha dan Nyi Dewi Windu Asih di Karang Tirta Pangandaran
A
A
A
Selain memiliki keindahan alam, obyek wisata Karang Tirta yang berlokasi di Dusun Cipari, Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran memiliki kisah sakral yang hingga kini masih dipercaya oleh masyarakat.
Salah satu kasepuhan setempat Sahidin Juhdi Kurnia, 70, mengatakan, nama Karang Tirta merupakan perubahan dari nama Cantigi.
"Nama Cantigi merupakan istilah persil tanah di jaman Belanda, namun pada tahun 1968 diganti menjadi Karang Tirta oleh salah satu tokoh asal daerah setempat Bapak Utang Sudirja," kata Sahidin.
Tujuan perubahan nama dari Cantigi ke Karang Tirta menjungjung tinggi nilai kearifan lokal dan memiliki landasan filosofi yang bermakna. "Karang artinya tempat dan Tirta artinya air, jadi Karang Tirta artinya tempat air karena lokasi Cantigi sebagian besar memiliki sumber air," tambahnya.
Sahidin menambahkan, di kawasan Cantigi terdapat dua keramat yang sakral yaitu Sembah Banda Yudha dan Nyi Dewi Windu Asih. "Tokoh sakral ini hidup di dua jaman yang berbeda. Sembah Banda Yudha hidup dimasa Belanda sedangkan Nyi Dewi Windu Asih hidup semasa jaman Jepang," papar Sahidin.
Sahidin menjelaskan, Sembah Banda Yuda dan Nyi Dewi Windu Asih berdasarkan keterangan mengakhiri hidupnya dengan cara menghilang tanpa meninggalkan jejak. "Sebagai ciri untuk melestarikan ke dua tokoh sakral tersebut masyarakat memberi ciri dengan dua pohon tua tepat ditempat menghilangnya Sembah Banda Yuda dan Nyi Dewi Windu Asih," jelasnya.
Ada pun barokah dari keramat Sembah Banda Yuda untuk merubah nasib orang dari ekonomi miskin menjadi kaya dan Nyi Dewi Windu Asih diyakini untuk asihan wanita dan cepat mendapat jodoh. "Tempat keramat Sembah Banda Yuda dan Nyi Dewi Windu Asih sering didatangi tamu dari luar daerah yang datang untuk tirakat ingin kaya dan ingin cantik juga cepat mendapatkan jodoh," terang Sahidin.
Sahidin memaparkan, secara logika, orang dari luar daerah yang memilih bermukim di kawasan Cantigi bakal memiliki keberuntungan tinggi secara ekonomi. "Keberuntungan ekonomi yang didapat oleh orang yang menjadi penduduk di Cantigi karena ditunjang dari hasil tangkapan sumber daya alam yang ada seperti ikan, toe, dan kepiting bisa menjadikan mata pencaharian," terangnya.
Dalam uga karuhun diterangkan bahwa ada kalimat "lamun Jakarta geus pindah ka Pangandaran, Cantigi jadi Ancol na" artinya kalau keramaian di Pangandaran sudah seperti ramainya Jakarta maka Cantigi yang akan menjadi Ancol.
Salah satu kasepuhan setempat Sahidin Juhdi Kurnia, 70, mengatakan, nama Karang Tirta merupakan perubahan dari nama Cantigi.
"Nama Cantigi merupakan istilah persil tanah di jaman Belanda, namun pada tahun 1968 diganti menjadi Karang Tirta oleh salah satu tokoh asal daerah setempat Bapak Utang Sudirja," kata Sahidin.
Tujuan perubahan nama dari Cantigi ke Karang Tirta menjungjung tinggi nilai kearifan lokal dan memiliki landasan filosofi yang bermakna. "Karang artinya tempat dan Tirta artinya air, jadi Karang Tirta artinya tempat air karena lokasi Cantigi sebagian besar memiliki sumber air," tambahnya.
Sahidin menambahkan, di kawasan Cantigi terdapat dua keramat yang sakral yaitu Sembah Banda Yudha dan Nyi Dewi Windu Asih. "Tokoh sakral ini hidup di dua jaman yang berbeda. Sembah Banda Yudha hidup dimasa Belanda sedangkan Nyi Dewi Windu Asih hidup semasa jaman Jepang," papar Sahidin.
Sahidin menjelaskan, Sembah Banda Yuda dan Nyi Dewi Windu Asih berdasarkan keterangan mengakhiri hidupnya dengan cara menghilang tanpa meninggalkan jejak. "Sebagai ciri untuk melestarikan ke dua tokoh sakral tersebut masyarakat memberi ciri dengan dua pohon tua tepat ditempat menghilangnya Sembah Banda Yuda dan Nyi Dewi Windu Asih," jelasnya.
Ada pun barokah dari keramat Sembah Banda Yuda untuk merubah nasib orang dari ekonomi miskin menjadi kaya dan Nyi Dewi Windu Asih diyakini untuk asihan wanita dan cepat mendapat jodoh. "Tempat keramat Sembah Banda Yuda dan Nyi Dewi Windu Asih sering didatangi tamu dari luar daerah yang datang untuk tirakat ingin kaya dan ingin cantik juga cepat mendapatkan jodoh," terang Sahidin.
Sahidin memaparkan, secara logika, orang dari luar daerah yang memilih bermukim di kawasan Cantigi bakal memiliki keberuntungan tinggi secara ekonomi. "Keberuntungan ekonomi yang didapat oleh orang yang menjadi penduduk di Cantigi karena ditunjang dari hasil tangkapan sumber daya alam yang ada seperti ikan, toe, dan kepiting bisa menjadikan mata pencaharian," terangnya.
Dalam uga karuhun diterangkan bahwa ada kalimat "lamun Jakarta geus pindah ka Pangandaran, Cantigi jadi Ancol na" artinya kalau keramaian di Pangandaran sudah seperti ramainya Jakarta maka Cantigi yang akan menjadi Ancol.
(nag)