Peringati Hari Bumi, PLTA Batang Toru Tanam Tumbuhan Langka
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Dalam memperingati Hari Bumi Sedunia tahun ini, Pembangkit Listrik Tenang Air ( PLTA) Batang Toru bersama pemerintah daerah dan elemen masyarakat Tapanuli Selatan melakukan aksi penanaman Meranti Merah dan Meranti Batu. Penanaman kedua tumbuhan spesies langka itu sebagai aksi melindungi bumi dari ancaman perubahan iklim.
Kedua pohon langka itu ditanam di lokasi PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan , Sumatera Utara, Senin (22/4/2019). Meranti Merah dan Meranti Batu merupakan kategori tumbuhan spesies langka berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Jadi penanaman Meranti Merah dan Meranti Batu untuk melindungi kedua spesies tersebut dari kepunahan. Ini selaras dengan tema global Hari Bumi yaitu Protect Our Species. (Baca Juga: PT NSHE Yakinkan PLTA Batangtoru Dirancang Ramah Lingkungan)
Vice President of Communications & Social Affairs PT NSHE Firman Taufick mengatakan, saat ini bumi menghadapi ancaman besar berupa perubahan iklim (Climate Change). Bencana ekologis seperti badai yang sering terjadi di sejumlah negara, terus meningkatnya suhu di bumi, serta iklim yang sudah tidak menentu merupakan beberapa bentuk dari dampak perubahan iklim.
“Perubahan iklim terjadi akibat selama ratusan tahun manusia terus menerus melepaskan emisi karbon ke atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi, dan minyak bumi,” ujarnya di hadapan ratusan warga.
Satu upaya penting untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah menggunakan energi terbarukan seperti PLTA untuk mengurangi emisi karbon akibat penggunaan energi fosil. Selain itu, memperbanyak penanaman tumbuhan termasuk langkah efektif untuk mengurangi emisi karbon.
Lebih lanjut dia mengatakan, PLTA Batang Toru memilih pohon Meranti Merah dan Meranti Batu karena spesies ini terancam punah akibat pemanfaatan yang berlebihan oleh manusia. Mengacu pada Daftar Merah dari International Union for Conservation of Nature (red List IUCN), yaitu peraturan internasional yang mengatur kelangkaan, yang menyebutkan status kedua konservasi kedua tanaman tersebut sebagai; Near Threatened (NT), dan Endangered (E).
Karena itu dalam dokumen Environmental, Social, and Health Impact Assessment (ESHIA) yang dibuat oleh NSHE, telah mencatumkan Meranti Merah dan Meranti Batu, sebagai tanaman untuk dilestarikan.
Sementara, Aswin Siregar mengatakan Pemkab Tapsel telah berkomitmen dan berupaya mewujudkan agar wilayah Tapanuli Selatan memakai energi terbarukan untuk menjaga kelestarian wilayah dan dunia. Pihaknya akan terus menjaga kelestarian lingkungan.
Kedua pohon langka itu ditanam di lokasi PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan , Sumatera Utara, Senin (22/4/2019). Meranti Merah dan Meranti Batu merupakan kategori tumbuhan spesies langka berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Jadi penanaman Meranti Merah dan Meranti Batu untuk melindungi kedua spesies tersebut dari kepunahan. Ini selaras dengan tema global Hari Bumi yaitu Protect Our Species. (Baca Juga: PT NSHE Yakinkan PLTA Batangtoru Dirancang Ramah Lingkungan)
Vice President of Communications & Social Affairs PT NSHE Firman Taufick mengatakan, saat ini bumi menghadapi ancaman besar berupa perubahan iklim (Climate Change). Bencana ekologis seperti badai yang sering terjadi di sejumlah negara, terus meningkatnya suhu di bumi, serta iklim yang sudah tidak menentu merupakan beberapa bentuk dari dampak perubahan iklim.
“Perubahan iklim terjadi akibat selama ratusan tahun manusia terus menerus melepaskan emisi karbon ke atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi, dan minyak bumi,” ujarnya di hadapan ratusan warga.
Satu upaya penting untuk mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah menggunakan energi terbarukan seperti PLTA untuk mengurangi emisi karbon akibat penggunaan energi fosil. Selain itu, memperbanyak penanaman tumbuhan termasuk langkah efektif untuk mengurangi emisi karbon.
Lebih lanjut dia mengatakan, PLTA Batang Toru memilih pohon Meranti Merah dan Meranti Batu karena spesies ini terancam punah akibat pemanfaatan yang berlebihan oleh manusia. Mengacu pada Daftar Merah dari International Union for Conservation of Nature (red List IUCN), yaitu peraturan internasional yang mengatur kelangkaan, yang menyebutkan status kedua konservasi kedua tanaman tersebut sebagai; Near Threatened (NT), dan Endangered (E).
Karena itu dalam dokumen Environmental, Social, and Health Impact Assessment (ESHIA) yang dibuat oleh NSHE, telah mencatumkan Meranti Merah dan Meranti Batu, sebagai tanaman untuk dilestarikan.
Sementara, Aswin Siregar mengatakan Pemkab Tapsel telah berkomitmen dan berupaya mewujudkan agar wilayah Tapanuli Selatan memakai energi terbarukan untuk menjaga kelestarian wilayah dan dunia. Pihaknya akan terus menjaga kelestarian lingkungan.
(rhs)