Kalimantan Sumbang 34% Lahan Sawit di Indonesia
A
A
A
PONTIANAK - Borneo Palm Oil Stakeholders Forum tahun 2019 (Borneo Forum III) resmi dibuka Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Mahmud, di Hotel Ibis Pontianak, Kalimantan Barat Rabu (20/3/2019). Borneo Forum merupakan agenda tahunan Gabungan Produsen Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang lingkup Regional Kalimantan. Dimana penyelenggaraan tahun 2019 di Pontianak merupakan putaran ke-3 yang diselenggarakan secara bersama oleh GAPKI Cabang Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara.
"Kelapa sawit adalah komoditi nomor satu yang mampu bertahan lama dan menjadi sangat penting bagi sumber devisa negara dari banyak komoditi yang ada dan kita akan tetap perjuangkan untuk menjadi komoditi yang terbaik. Nah untuk Borneo posisinya menjadi penting karena ada 34% perkebunan sawit di wilayah ini (Kalimantan). Tentunya tanpa Borneo kita akan kehilangan sekian banyak untuk kontribusi bagi negara," kata Musdalifah.
Sehingga, kata dia, Borneo Forum harus dimanfaatkan sangat luas untuk kepentingan komoditi ekspor Kelapa Sawit Indonesia. Musdalifah juga menyoroti sawit Indonesia yang selalu diperlakukan diskriminasi di pasar global. Karenanya pemerintah akan melakukan kampanye untuk melawan diskriminasi tersebut. "Kita siapkan dua langkah untuk mengajukan gugatan ke WTO. Tentunya ini butuh proses ke depannya," timpal Musdalifah.
Ketua Panitia Borneo Forum III Agus Sumasto mengatakan, berdasarkan catatan perkembangan usaha perkebunan kelapa sawit wilayah Kalimantan yang cukup pesat dimana sampai dengan tahun 2018 tercatat seluas 4.3 juta hektare yang menghijaukan bumi Borneo tersebar di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara.
"Sebagai sentra sawit terkemuka secara nasional atau 35% dari 12.3 juta hektare luas areal sawit nasional, maka peran strategis sawit di wilayah Kalimantan dalam mendulang devisa negara diharapkan mampu menopang pilar ekonomi nasional maupun regional," kata dia.
Menurut dia, sejalan dengan semakin dinamisnya tantangan yang dihadapi industri sawit di wilayah ini antara lain upaya pelemahan usaha sawit melalui isu lingkungan, ketenagakerjaan, di sisi lain masih dihadapkan kepada fluktuasi harga CPO di pasar global, rendahnya produktivitas tanaman, belum tersedianya pelabuhan ekspor serta masih terbatasnya infrstruktur pendukung lainnya menyebabkan hilirisasi berbasis sawit belum dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan.
"Melalui penyelenggaraan Borneo Palm Oil Stakeholders Forum tahun 2019 (Borneo Forum III), beberapa masalah yang dihadapi diharapkan dapat diurai dan mendapatkan solusi terbaik dan menjadikannya sebagai peluang yang dapat direspon guna memajukan industri sawit di Kalimantan," tandasnya.
"Kelapa sawit adalah komoditi nomor satu yang mampu bertahan lama dan menjadi sangat penting bagi sumber devisa negara dari banyak komoditi yang ada dan kita akan tetap perjuangkan untuk menjadi komoditi yang terbaik. Nah untuk Borneo posisinya menjadi penting karena ada 34% perkebunan sawit di wilayah ini (Kalimantan). Tentunya tanpa Borneo kita akan kehilangan sekian banyak untuk kontribusi bagi negara," kata Musdalifah.
Sehingga, kata dia, Borneo Forum harus dimanfaatkan sangat luas untuk kepentingan komoditi ekspor Kelapa Sawit Indonesia. Musdalifah juga menyoroti sawit Indonesia yang selalu diperlakukan diskriminasi di pasar global. Karenanya pemerintah akan melakukan kampanye untuk melawan diskriminasi tersebut. "Kita siapkan dua langkah untuk mengajukan gugatan ke WTO. Tentunya ini butuh proses ke depannya," timpal Musdalifah.
Ketua Panitia Borneo Forum III Agus Sumasto mengatakan, berdasarkan catatan perkembangan usaha perkebunan kelapa sawit wilayah Kalimantan yang cukup pesat dimana sampai dengan tahun 2018 tercatat seluas 4.3 juta hektare yang menghijaukan bumi Borneo tersebar di Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara.
"Sebagai sentra sawit terkemuka secara nasional atau 35% dari 12.3 juta hektare luas areal sawit nasional, maka peran strategis sawit di wilayah Kalimantan dalam mendulang devisa negara diharapkan mampu menopang pilar ekonomi nasional maupun regional," kata dia.
Menurut dia, sejalan dengan semakin dinamisnya tantangan yang dihadapi industri sawit di wilayah ini antara lain upaya pelemahan usaha sawit melalui isu lingkungan, ketenagakerjaan, di sisi lain masih dihadapkan kepada fluktuasi harga CPO di pasar global, rendahnya produktivitas tanaman, belum tersedianya pelabuhan ekspor serta masih terbatasnya infrstruktur pendukung lainnya menyebabkan hilirisasi berbasis sawit belum dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan.
"Melalui penyelenggaraan Borneo Palm Oil Stakeholders Forum tahun 2019 (Borneo Forum III), beberapa masalah yang dihadapi diharapkan dapat diurai dan mendapatkan solusi terbaik dan menjadikannya sebagai peluang yang dapat direspon guna memajukan industri sawit di Kalimantan," tandasnya.
(sms)