Kisah Rumah Gubernur Belanda yang Jadi Wisma Perdamaian

Senin, 14 Januari 2019 - 05:00 WIB
Kisah Rumah Gubernur...
Kisah Rumah Gubernur Belanda yang Jadi Wisma Perdamaian
A A A
Wisma Perdamaian yang berada di seputar Tugu Muda Semarang kini semakin familiar. Bangunan bersejarah ini pernah jadi rumah Gubernur Belanda dan Gubernur Jawa Tengah era Soewardi. Di masa Gubernur Ganjar Pranowo, Wisper, sebutan akrabnya, kini menjadi rumah untuk beragam kegiatan rakyat.

Bangunan yang berdiri di Jalan Imam Bonjol No 209 itu memiliki luas lahan sekitar 15.000 meter persegi dengan total luas bangunan 6.500 meter persegi. Wisma Perdamaian, dahulu dikenal dengan nama De Vredestein yang artinya istana perdamaian. Dinamakan begitu karena Belanda saat itu merasa kehidupan yang damai.

Gedung yang dirancang Nicholas Harting itu mengalami beberapa perubahan. Hingga pertengahan abad ke-19, gedung itu masih berupa bangunan tunggal dua lantai yang berarsitektur klasik dan bercirikan pilar pilar rangkap dengan kapitel berornamen dan bermotif bunga.

Kini bangunan utama telah ditemani gedung kantor pada sisi kanannya. Bangunan utama kini lebih terlihat seperti aula dengan pilar besar dan panggung di dalamnya.

Guru Besar Arsitektur Universitas Diponegoro, Totok Roesmanto menjelaskan, Wisma Perdamaian dulunya digunakan sebagai rumah dinas petinggi VOC yang menjabat sebagai Gouverneur van Java's Noord-Oostkust (Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur) dan pertama kali digunakan sebelum 1755 menjelang perjanjian Giyanti. Bangunan itu juga merupakan bagian dari rancangan pelebaran kota dari wilayah kota lama menuju ke arah Karang Asem (sekarang Randusari).

''De Vredestein memiliki kaitan erat dengan sejarah Perang Jawa. Bangunan ini sangat bersejarah mengingat dimana disitulah tempat kedudukan Gubernur VOC yang menguasai pantai utara Jawa. De Vredestein pernah digunakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Inggris secara besar-besaran dengan pesta dansa yang dihiasi 620.000 buah lampion,'' tuturnya.

Secara arsitektur, bangunan Wisma Perdamaian juga telah mengalami banyak perubahan menyesuaikan fungsi bangunan itu sendiri. Karena pernah digunakan sebagai Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada 1978, dan pernah juga digunakan untuk Kantor Sosial pada 1980-an dan selanjutnya untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah pada 1994.

Setelah direvitalisasi pada 1994 gedung itu sempat menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah pada era Gubernur Suwardi berbarengan dengan penyematan "Wisma Perdamaian" sebagai nama gedung.

Namun, setelah era Gubernur Suwardi, para gubernur kembali menggunakan Puri Gedeh di Kecamatan Gajahmungkur menjadi rumah dinas. Sedang Wisper sekian lama sepi karena jarang digunakan. Masyarakat yang lewat di Tugumuda pun banyak yang tidak tahu itu bangunan apa.

Kompleks itu baru nampak ramai di era Gubernur Ganjar Pranowo. Sebabnya, Ganjar membuka Wisper menjadi tempat beragam kegiatan. Masyarakat atau komunitas anak muda boleh menggunakan Wisper tanpa dipungut biaya alias gratis.

"Saya sering dicurhati kok nyari tempat pentas susah, bayar gedung mahal. Maka saya silahkan pakai saja wisma perdamaian gratis silahkan dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif," kata Ganjar.

Dari pameran kartun, acara hari anak, pentas kesenian musik, tari, dan teater; hingga seminar dan sarasehan.

Beberapa acara yang digelar di wisper yakni; pameran kartun International Tobacco Cartoon Exhibition 2017, workshop Pertemuan Nasional Jaringan Pendidikan Alternatif “Kongres Anak Merdeka”, dan seminar Silaturahim Kebangsaan UIN Walisongo.

Selain itu wisper juga ramai dengan kegiatan anak muda seperti Leadership Camp 2018 atau 1000 Start Up Digital Semarang. Tak ketinggalan acara-acara kesenian misalnya Semarang Peranakan Cultural Night dan pentas teater dari berbagai kampus di Semarang.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7660 seconds (0.1#10.140)