Asta Tinggi, Tempat Dimakamkannya Raja-Raja Kesultanan Sumenep
A
A
A
KOMPLEKS pasarean (pemakaman) Raja-Raja Sumenep menjadi salah satu destinasi wisata religi bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Di tempat yang dikenal dengan sebutan Asta Tinggi inilah para raja-raja dari Kesultanan Sumenep dimakamkan.
Kompleks pasarean tampak begitu terhampar luas, karena selain makam-makam para Raja Sumenep yang dimakamkan di Asta Tinggi, terdapat juga makam-makam dari kerabat para raja yang dimakamkan di pasarean tersebut. Namun perlu diketahui, untuk membedakan antara makam para raja dan makam kerabat-kerabatnya adalah makam para raja beserta permaisurinya diletakkan di dalam kubah-kubah terpisah dari kerabat keraton.
Berdasarkan catatan sejarah disebutkan bahwa kompleks pemakaman raja-raja Sumenep dibangun sejak tahun 1750 M selama tiga masa pemerintahan. Di mana dimulai dari masa Panembahan Somala, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II. Konon, pada makam pertama yang terdapat di kompleks ini merupakan makam dari Raden Mas Pangeran Anggadipa dan Raden Ayu Mas Ireng bersama permaisurinya.
Dalam perkembangannya, Pasarean Raja-Raja Sumenep terbagi menjadi dua kompleks Asta, yang letaknya sendiri hanya dipisahkan oleh sebuah tembok saja. Di bagian barat Asta Tinggi mempunyai corak yang lebih dekat dengan Jawa, yang tampak tiga kubah utama dengan masing-masing dari kubahnya berisi tiga sampai dengan enam makam.
“Pada kubah pertama terdapat makam dari Raden Ayu Mas Ireng, Pangeran Rama, Pangeran Wirosari, Pangeran Anggadipa, Pangeran Panji Polang Jiawa serta Raden Ayu Artak (istri Pangeran Panji Polang Jiwa),” sebut Syaiful, salah satu penjaga Pasarean Raja-Raja Sumenep dalam perbincangannya dengan SINDOnews.
Kemudian, lanjut dia, pada kubah kedua terdapat makam dari Pangeran Jimat, Raden Aria Wironegoro dan Ratu Ari. “Untuk kubah yang terakhir terdapat makam Raden Bendara Moh. Saod, Raden Ayu Dewi Resmana serta beberapa makam yang lainnya,” sebutnya.
Sementara, pada bagian timur kompleks Asta Tinggi tampakbercorak Arab, China, Eropa dan Jawa dan hanya terdapat satu kubah yang di dalamnya terdapat beberapa makam seperti makam dari RA Panembahan Moh Soleh Notokusumo, Kanjeng Ratu Prawirodiningrat, RA Hatsah binti Panembahan Notokusumo, RA Panembahan Sumolo, R Arjo Pratamingkusumo Abd Mohaimin, R Arjo Prabuwinoto Moh Tahir, RA Prabuwinoto, RA Pakunataningrat, R Arjo Atmodjokusumo, Pangeran Suringrat, Panembahan Notokusumo I (Asiruddin), Sri Sultan Abdoerrahman Pakoenataningrat, Panembahan Moh Soleh Notokusumo dan Pangeran Pakunataningrat Mangkuadiningrat.
Saat memasuki pintu masuk menuju kompeks Asta Tinggi pada bagian timur terlihat cukup indah dan sangat kental dengan gaya arsitektur Eropa. Kemudian di bagian puncak gerbangnya ada lima aksesoris yang menyerupai seperti piala. Sedangkan di kanan ataupun kiri dari pintu gerbangnya, ada prasasti yang ditulis menggunakan aksara Arab.
Sementara pada bagian luar kompleks pasarean raja-raja Sumenep juga tampak makam-makam lainnya. Namun sayangnya makam yang berada di luar kondisinya sudah tidak terawat lagi dan kebanyakan dari makam-makam yang berada diluar sudah banyak ditumbuhi rumput-rumput.
Meski begitu, pola batu nisan dari makam-makam yang berada di luar kompleks masih sama dengan yang ada di dalam kompleks. Bahkan terdapat satu buah kubah lain yang berada diluar kompleks. Pada kubah tersebut di dalamnya terdapat dua makam dari batu marmer. “Kondisinya sama seperti makam yang lainnya nisan kedua makam itu juga ditutupi kain berwarna putih,” ujar Syaiful.
Kompleks pasarean tampak begitu terhampar luas, karena selain makam-makam para Raja Sumenep yang dimakamkan di Asta Tinggi, terdapat juga makam-makam dari kerabat para raja yang dimakamkan di pasarean tersebut. Namun perlu diketahui, untuk membedakan antara makam para raja dan makam kerabat-kerabatnya adalah makam para raja beserta permaisurinya diletakkan di dalam kubah-kubah terpisah dari kerabat keraton.
Berdasarkan catatan sejarah disebutkan bahwa kompleks pemakaman raja-raja Sumenep dibangun sejak tahun 1750 M selama tiga masa pemerintahan. Di mana dimulai dari masa Panembahan Somala, kemudian dilanjutkan oleh Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I dan Panembahan Natakusuma II. Konon, pada makam pertama yang terdapat di kompleks ini merupakan makam dari Raden Mas Pangeran Anggadipa dan Raden Ayu Mas Ireng bersama permaisurinya.
Dalam perkembangannya, Pasarean Raja-Raja Sumenep terbagi menjadi dua kompleks Asta, yang letaknya sendiri hanya dipisahkan oleh sebuah tembok saja. Di bagian barat Asta Tinggi mempunyai corak yang lebih dekat dengan Jawa, yang tampak tiga kubah utama dengan masing-masing dari kubahnya berisi tiga sampai dengan enam makam.
“Pada kubah pertama terdapat makam dari Raden Ayu Mas Ireng, Pangeran Rama, Pangeran Wirosari, Pangeran Anggadipa, Pangeran Panji Polang Jiawa serta Raden Ayu Artak (istri Pangeran Panji Polang Jiwa),” sebut Syaiful, salah satu penjaga Pasarean Raja-Raja Sumenep dalam perbincangannya dengan SINDOnews.
Kemudian, lanjut dia, pada kubah kedua terdapat makam dari Pangeran Jimat, Raden Aria Wironegoro dan Ratu Ari. “Untuk kubah yang terakhir terdapat makam Raden Bendara Moh. Saod, Raden Ayu Dewi Resmana serta beberapa makam yang lainnya,” sebutnya.
Sementara, pada bagian timur kompleks Asta Tinggi tampakbercorak Arab, China, Eropa dan Jawa dan hanya terdapat satu kubah yang di dalamnya terdapat beberapa makam seperti makam dari RA Panembahan Moh Soleh Notokusumo, Kanjeng Ratu Prawirodiningrat, RA Hatsah binti Panembahan Notokusumo, RA Panembahan Sumolo, R Arjo Pratamingkusumo Abd Mohaimin, R Arjo Prabuwinoto Moh Tahir, RA Prabuwinoto, RA Pakunataningrat, R Arjo Atmodjokusumo, Pangeran Suringrat, Panembahan Notokusumo I (Asiruddin), Sri Sultan Abdoerrahman Pakoenataningrat, Panembahan Moh Soleh Notokusumo dan Pangeran Pakunataningrat Mangkuadiningrat.
Saat memasuki pintu masuk menuju kompeks Asta Tinggi pada bagian timur terlihat cukup indah dan sangat kental dengan gaya arsitektur Eropa. Kemudian di bagian puncak gerbangnya ada lima aksesoris yang menyerupai seperti piala. Sedangkan di kanan ataupun kiri dari pintu gerbangnya, ada prasasti yang ditulis menggunakan aksara Arab.
Sementara pada bagian luar kompleks pasarean raja-raja Sumenep juga tampak makam-makam lainnya. Namun sayangnya makam yang berada di luar kondisinya sudah tidak terawat lagi dan kebanyakan dari makam-makam yang berada diluar sudah banyak ditumbuhi rumput-rumput.
Meski begitu, pola batu nisan dari makam-makam yang berada di luar kompleks masih sama dengan yang ada di dalam kompleks. Bahkan terdapat satu buah kubah lain yang berada diluar kompleks. Pada kubah tersebut di dalamnya terdapat dua makam dari batu marmer. “Kondisinya sama seperti makam yang lainnya nisan kedua makam itu juga ditutupi kain berwarna putih,” ujar Syaiful.
(wib)