Hindari Konflik, Tokoh Adat Raja Ampat Tolak Kegiatan Musda dan Seminar Adat
A
A
A
WAISAI - Rencana penyelenggaraan Musyawarah dan Seminar Adat Dewan Adat Suku Maya yang rencananya di gelar hari ini, Kamis (19/4/2018), akhirnya mendapat penolakan keras dari sejumlah tokoh adat dan tokoh masyarakat asli Suku Maya. Hal itu dilakukan menyusul belum adanya kata sepakat dari seluruh komponen masyarakat adat Suku Maya yang berada di empat pulau besar di Raja Ampat, yakni, Misol, Salawati, Batanta, dan Waigeo.
Selain belum adanya kata sepakat di antara para tokoh-tokoh adat dan pelaksana kegiatan Musda. Apalagi Seminar Lembaga Musyawarah Adat (LMA) Suku Maya, juga dianggap oleh sejumlah tokoh adat adalah kegiatan ilegal karena kegiatan tersebut tidak sesuai dengan aturan-aturan adat yang ada.
Empat tokoh adat dan masyarakat Raja Ampat yang berasal dari Suku Maya, yang mendiami 4 pulau besar di Raja Ampat, menolak tegas pelaksanaan kegiatan Musda dan Seminar Lembaga Masyarakat Adat Suku Maya, yang sedianya digelar di Waisai, Raja Ampat.
Ketua adat Kawalam, suku Maya, Adam Gaman mengatakan, Musda dan Seminar Adat Suku Maya yang akan digelar oleh segelintir orang dengan mengatasnamakan suku Maya, menurut Adam Gaman adalah tindakan ilegal dan dilakukan sepihak oleh sejumlah oknum. Masyarakat tidak pernah melibatkan dan tak ada komunikasi dengan seluruh komponen adat Suku Maya di Raja Ampat.
“Saya tidak setuju karena kegaiatan ini tidak melibatkan semua komponen tokoh-tokoh adat yang ada di kepulauan Raja Ampat ini, terutama di Waigeo, dari kampung Selpelei, Salio terus kemudian di kampung teluk Mayalibit, atau di kampung Wawiyai, saya sendiri. Terus di teluk Mayalibit, seperti suku Laganyan, Ambel yang sebagian besar itu tidak ada," jelas Adam Gaman, Rabu 18 April 2018.
Tokoh Masyarakat dari LMA Klanafat Raja Ampat, Badarudin Mayalibit, juga menolak tegas rencana Musda, karena dinilai tidak menghargai adat serta para tetua adat. “Jika ada perwakilan Suku Maya dari Salawati dan Batanta, itu ilegal. Kami akan cari siapa-siapa oknum yang mengatasnamakan lembaga adat atau suku adat Maya dari Salawati dan Batanta,” katanya.
Selain belum adanya kata sepakat di antara para tokoh-tokoh adat dan pelaksana kegiatan Musda. Apalagi Seminar Lembaga Musyawarah Adat (LMA) Suku Maya, juga dianggap oleh sejumlah tokoh adat adalah kegiatan ilegal karena kegiatan tersebut tidak sesuai dengan aturan-aturan adat yang ada.
Empat tokoh adat dan masyarakat Raja Ampat yang berasal dari Suku Maya, yang mendiami 4 pulau besar di Raja Ampat, menolak tegas pelaksanaan kegiatan Musda dan Seminar Lembaga Masyarakat Adat Suku Maya, yang sedianya digelar di Waisai, Raja Ampat.
Ketua adat Kawalam, suku Maya, Adam Gaman mengatakan, Musda dan Seminar Adat Suku Maya yang akan digelar oleh segelintir orang dengan mengatasnamakan suku Maya, menurut Adam Gaman adalah tindakan ilegal dan dilakukan sepihak oleh sejumlah oknum. Masyarakat tidak pernah melibatkan dan tak ada komunikasi dengan seluruh komponen adat Suku Maya di Raja Ampat.
“Saya tidak setuju karena kegaiatan ini tidak melibatkan semua komponen tokoh-tokoh adat yang ada di kepulauan Raja Ampat ini, terutama di Waigeo, dari kampung Selpelei, Salio terus kemudian di kampung teluk Mayalibit, atau di kampung Wawiyai, saya sendiri. Terus di teluk Mayalibit, seperti suku Laganyan, Ambel yang sebagian besar itu tidak ada," jelas Adam Gaman, Rabu 18 April 2018.
Tokoh Masyarakat dari LMA Klanafat Raja Ampat, Badarudin Mayalibit, juga menolak tegas rencana Musda, karena dinilai tidak menghargai adat serta para tetua adat. “Jika ada perwakilan Suku Maya dari Salawati dan Batanta, itu ilegal. Kami akan cari siapa-siapa oknum yang mengatasnamakan lembaga adat atau suku adat Maya dari Salawati dan Batanta,” katanya.
(wib)