Menyusuri Jejak Sejarah Bung Karno, Benteng, dan Pantai di Bengkulu

Minggu, 26 November 2017 - 04:59 WIB
Menyusuri Jejak Sejarah...
Menyusuri Jejak Sejarah Bung Karno, Benteng, dan Pantai di Bengkulu
A A A
AWAL pekan ini atas undangan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), SINDOnews berkesempatan berkunjung ke Kota Bengkulu. Kota yang memiliki luas wilayah sebesar 144,52 km² ini dan menyimpan nilai-nilai sejarah ini merupakan ibu kota Provinsi Bengkulu.

Setelah perjalan sekitar 1 jam dari Jakarta, pesawat yang membawa rombongan mendarat di Bandara Fatmawati Soekarno. Dari nama bandaranya, ketika pertama kali menapaki kaki di Bumi Rafflesia –julukan Bengkulu- seolah mengingatkan bahwa di Bengkulu ini terukir jejak sejarah Proklamator, Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Fatmawati adalah putri Bengkulu dan dikenal sebagai ibu Negara pertama Republik Indonesia. Beliau pula yang menjahit bendera pusaka Sang Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bung Karno mengenal Fatmawati yang bernama asli Fatimah saat masa pembuangan di Bengkulu selama empat tahun (1938-1942) dan menikahi Sang Merpati dari Bengkulu ini pada 1943.

Jejak sejarah Bung Karno di Bengkulu diabadikan pada Rumah pengasingannya yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Anggut, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Rumah pengasingan Bung Karno saat ini telah menjadi salah satu objek wisata sejarah dan cagar budaya di Bengkulu.

Rumah saksi perjuangan Bung Karno ini masih terawat dan apik. Bangunan berukuran 9x18,5 meter ini berada di atas tanah seluas 40.000 meter persegi berornamen Eropa dan China. Rumah pengasingan Bung Karno dibangun pertama kali pada 1918 milik seorang Tionghoa penyalur bahan pokok keperluan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Bengkulu.

Setelah 20 tahun kemudian, yakni pada 1938 rumah ini dijadikan rumah pengasingan Bung Karno sebagai tahanan politik kala itu. Di dalam bangunan ini juga terdapat sepeda tua yang digunakan Bung Karno sebagai alat transportasi, lukisan, ranjang tidur, surat cinta, dan ratusan koleksi buku yang sering dibaca oleh Bung Karno.

Selain itu, terdapat kostum pentas Teater Montecarlo berupa baju, celana, spanduk pertunjukan, payung, serta perlengkapan seni lainnya. Semasa di rumah pengasingan ini, Bung Karno banyak melakukan diskusi, merancang bangunan, pentas seni, dan lainnya.

Salah satu rancangan bangunan Bung Karno yang masih dilestarikan, adalah bangunan Masjid Jamik Bengkulu. Masjid tersebut berada di jantung Kota Bengkulu, tepatnya di Jalan Soeprapto, Kelurahan Pengantungan, Gading Cempaka, Provinsi Bengkulu.
Bung Karno yang ahli dalam mendesain bangunan melakukan renovasi dan perbaikan secara menyeluruh terhadap bangunan Masjid Jamik. Desain yang dibuat oleh Bung Karno ini sendiri memiliki gaya Eropa dengan adanya dua bubungan serta teras yang memanjang di bagian depan masjid.

Masjid ini memiliki tiga buah bangunan yang menyatu. Ketiga bangunan tersebut di antaranya adalah serambi, ruang utama,serta tempat untuk berwudhu. Lantai yang digunakan pada ruangan serambi adalah berupa ubin teraso putih dan memiliki bentuk persegi dengan ukuran sekitar 11.46 x 7.58 m. Sampai saat ini, Masjid Jamik masih digunakan untuk berbagai aktivitas keagamaan oleh masyarakat Kota Bengkulu.

Menyusuri Jejak Sejarah Bung Karno, Benteng, dan Pantai di Bengkulu

Pantai Panjang, Kota Bengkulu.

Jejak Bung Karno di Kota Bengkulu memang sangat lekat dengan adanya Rumah Pengasingan, Masjid Jamik Bengkulu, dan juga Rumah Fatmawati. Selain itu yang membuat Bengkulu identik dengan nilai sejarah, adalah dengan adanya bangunan Benteng Marlborough atau Fort Marlborough.

Benteng Marlborough dibangun oleh East India Company pada 1713-1719 di bawah kepemimpinan Joseph Collet. Sebagai benteng pertahanan Inggris, Fort Marlborough dengan luas 44.100 meter persegi ini merupakan benteng Inggris terbesar kedua di wilayah timur setelah Fort St George di Madras, India.

Nama Marlborough ini diambil dari nama pahlawan Inggris John Churchill yang bergelar Duke of Marlborough I. Namun, penduduk setempat menyebutnya Benteng Malabero. Benteng Marlborough berdiri kokoh di tepi laut di atas sebuah dataran dengan ketinggian lebih kurang 8,5 meter di atas permukaan laut (dpl).

Bagian luar benteng dikelilingi parit dan tanggul, namun pada bagian depan dan belakang sudah tidak tampak lagi hanya berupa tanah yang agak rendah dan bekas bangunan yang telah dibongkar. Sisi luar parit keliling yang merupakan tanggul kini dibuatkan jalan setapak selebar kurang lebih 1 meter. Dari jalan setapak ini masih terdapat halaman yang dibatasi oleh pagar besi yang mengelilingi benteng yang menjadi pembatas antara benteng dengan lingkungan luar.

Di dalam benteng terdapat beberapa diorama, patung, dan catatan ilmu pengetahuan. Salah satu diorama yang cukup memukau ribuan pengunjung yakni patung Bung Karno dan Residen Bengkulu dari pemerintah Hindia Belanda, Cornelis Eduard Maier.

Keduanya dipisahkan oleh satu meja terdapat dua buah kursi. Kursi tersebut tidak digunakan duduk oleh kedua tokoh itu. Di atas meja terdapat tiga buah batu yang disusun oleh Bung Karno. Diorama menggambarkan Bung Karno menunjuk batu yang disusun bertumpuk, sementara Maier tampak melipat kedua tangan di depan dada.

Secara administratif benteng ini terletak di Desa Kebon Keling, Kelurahan Kampung Cina, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Bangunan benteng ini berdekatan dengan Pantai Paderi dan pantai Zakat Bengkulu yang memiliki pemandangan indah.

Benar, berbicara tentang Bengkulu tak lepas dengan pantainya yang berpasir putih dan panorama yang menawan, khususnya saat matahari tenggelam. Salah satu pantai yang paling terkenal di Bengkulu, adalah Pantai Panjang.

Pantai berpasir putih dengan garis pantai sepanjang 7 Km ini adalah objek wisata favorit di Kota Bengkulu. Ombaknya tenang, pasirnya halus, dan deretan pohon membuat pantai ini semakin digemari wisatawan. Beragam fasilitas juga tersedia di sini, seperti kafe, penginapan, toilet umum, musala, rental sepeda, dan masih banyak lagi.

Sejumlah pantai di Bengkulu yang layak dikunjungi, adalah Pantai Jenggalu, Pantai Nala, Pantai Tapak Paderi, dan Pantai Zakat. Pantai Tapak Paderi adalah pusat Kota Bengkulu waktu diduduki Inggris. Sampai sekarang, pantai ini tetap ramai karena letaknya yang strategis dan berdekatan dengan objek-objek wisata sejarah seperti Benteng Marlborough dan Kampung Cina.
(wib)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1730 seconds (0.1#10.24)