Perjuangan Rakyat Tanjungbatu Melawan Penjajah
A
A
A
Tanjungbatu Kota (Kecamatan Kundur), karimun, Kepulauan Riau pada zaman kolonial Belanda yang pada masa itu merupakan desa yang tertua adalah desa Alai yang merupakan suatu perkampungan.
Pada zaman penjajahan Belanda sistem pemerintahan kecamatan Kundur dipimpin oleh seorang Amir, setelah menjadi Kecamatan di Tanjungbatu Kota dipimpin oleh seorang Camat dengan penyelenggaraan pemerintahan secara berperiode.
Konon, berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, asal mula nama Tanjungbatu adalah karena tumbuhnya sebuah bunga yaitu Bunga Tanjung di atas sebuah batu.
Pada abad ke-16, kekuasaan asing mulai masuk ke Indonesia dimulai dari Portugis, Spanyol lalu Belanda. Di sebagian wilayah Indonesia, semua areal perkebunan dikuasai oleh Belanda. Ttapi hal itu tidak terjadi di Tanjungbatu.
Pada awal abad ke-19, berdirilah sebuah pabrik yang dipegang oleh seorang yang berkebangsaan Jepang. Bernama Yamamoto, dengan diberi nama Nan Koko Gungu Kaisa.
Kebun Yamamoto ini sangat luas, kebun karetnya hingga 6 hektar, kebun pinangnya sebesar Kebun Pinang dan Tanjung Sari (sekarang).
Dalam satu bulan karet dan pinang yang di dapat mencapai 80 ton. Oleh karena itu untuk mempermudah angkutan maka di bangunlah sebuah parit yang sekarang bernama Parit Jepon.
Pada waktu itu penduduk pribumi diperbolehkan sekolah, sekolahnya hanya 3 kelas dan berada di sebuah Masjid.
Kemudian di pindahkan kekawasan pabrik tepatnya di belakangnya. Gurunya waktu itu bernama Bakar, Simon dan Sinaga.
Mata uang yang digunakan adalah Dollar Singapura, oleh karena Yamamoto hanya sendiri yang bukan penduduk pri bumi maka keadaan pada waktu itu sangat aman.
Tapi ketentraman tidak berlangsung lama, pada tahun 1941 pangkalan AL Amerika di bom oleh Jepang. Akibatnya Yamamoto kembali ke Jepang dengan alasan ketentaraan dan Nan Koko Gungu Kaisa ditutup.
Pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Hal ini menjadi awal dari penjajahan Jepang di Indonesia.
Kemenangan Jepang ini membuat Yamamoto kembali ke Tanjungbatu dan ia mendirikan pabrik lagi dengan nama baru, Nan Yo Kabu Kusi Kisa. pada waktu itu tentara Jepang banyak yang datang ke Tanjungbatu, mereka datang dengan menggunakan kapal yang bernama Mayang Betawi.
Sewaktu tentara Jepang berada di Tanjungbatu, mereka mendirikan markas. Para tentara Jepang sangat kejam, mereka memancung dan mencambuk penduduk yang tidak mau tunduk kepada mereka.
Mereka juga menutup sekolah, tapi para guru tatap berusaha untuk terus mengajar, akhirnya berdirilah sekolah baru yang diberi nama sekolah rakyat.
Keturunan tionghoa diperbolehkan oleh tentara Jepang untuk mendirikan sekolah, yang di beri nama Sekolah Vaiven.
Kebengisan tentara Jepang tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Hingga pada tanggal 17 agustus 1945 kemerdekaan Indonesia di proklamirkan. Kekalahan Jepang membuat Yamamoto kembali ke Jepang, dan pabriknya di teruskan oleh seorang keturunan Tionghoa.
Pada tanggal 29 September 1945, terjadi pendaratan tentara Sekutu di Indonesia. tak lama dari itu tentara Belanda sudah sampai di Tanjungbatu.
Mereka juga mendirikan markas seperti Jepang dengan lokasi yang berbeda dari markas Jepang, yaitu di sebuah bukit.
Dengan dibangunnya markas Belanda di bukit itu, maka sekolah rakyat yang berada di bawah bukit itu di pindahkan ketempat lain.
Belajar dari pengalaman pahit kekejaman tentara Jepang, kali ini perlawanan rakyat mulai terjadi dengan dikomandai oleh Andul Manaf dan Abdul Latif.
Mereka berjuang mengusir penjajah Belanda dari Tanjungbatu. Tetapi Abdul Manaf gugur ditembak Belanda di Sungai Buluh ( Kelurahan Alai ). Ia lalu dimandikan dan di Salatkan di Masjid dan dimakamkan di antara kebun karet.
Pertempuran antara Belanda dan rakyat terus terjadi, hingga akhirnya pada tanggal 23 Agustus 1949 di Deenhaag, diselenggarakan Konfrensi Meja Bundar (KMB), dan pada tahun 1950 Belanda keluar dari Tanjungbatu.
Keluarnya Belanda ini disambut gembira oleh penduduk dan diadakan Upacara Kedaulatan di lapangan (sekarang Balai Pemuda dan Budaya) menyambut kebebasan Tanjungbatu dari penjajah.
Sumber:
wikipedia
hardjasapoetra
diolah dari berbagai sumber
Pada zaman penjajahan Belanda sistem pemerintahan kecamatan Kundur dipimpin oleh seorang Amir, setelah menjadi Kecamatan di Tanjungbatu Kota dipimpin oleh seorang Camat dengan penyelenggaraan pemerintahan secara berperiode.
Konon, berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, asal mula nama Tanjungbatu adalah karena tumbuhnya sebuah bunga yaitu Bunga Tanjung di atas sebuah batu.
Pada abad ke-16, kekuasaan asing mulai masuk ke Indonesia dimulai dari Portugis, Spanyol lalu Belanda. Di sebagian wilayah Indonesia, semua areal perkebunan dikuasai oleh Belanda. Ttapi hal itu tidak terjadi di Tanjungbatu.
Pada awal abad ke-19, berdirilah sebuah pabrik yang dipegang oleh seorang yang berkebangsaan Jepang. Bernama Yamamoto, dengan diberi nama Nan Koko Gungu Kaisa.
Kebun Yamamoto ini sangat luas, kebun karetnya hingga 6 hektar, kebun pinangnya sebesar Kebun Pinang dan Tanjung Sari (sekarang).
Dalam satu bulan karet dan pinang yang di dapat mencapai 80 ton. Oleh karena itu untuk mempermudah angkutan maka di bangunlah sebuah parit yang sekarang bernama Parit Jepon.
Pada waktu itu penduduk pribumi diperbolehkan sekolah, sekolahnya hanya 3 kelas dan berada di sebuah Masjid.
Kemudian di pindahkan kekawasan pabrik tepatnya di belakangnya. Gurunya waktu itu bernama Bakar, Simon dan Sinaga.
Mata uang yang digunakan adalah Dollar Singapura, oleh karena Yamamoto hanya sendiri yang bukan penduduk pri bumi maka keadaan pada waktu itu sangat aman.
Tapi ketentraman tidak berlangsung lama, pada tahun 1941 pangkalan AL Amerika di bom oleh Jepang. Akibatnya Yamamoto kembali ke Jepang dengan alasan ketentaraan dan Nan Koko Gungu Kaisa ditutup.
Pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Hal ini menjadi awal dari penjajahan Jepang di Indonesia.
Kemenangan Jepang ini membuat Yamamoto kembali ke Tanjungbatu dan ia mendirikan pabrik lagi dengan nama baru, Nan Yo Kabu Kusi Kisa. pada waktu itu tentara Jepang banyak yang datang ke Tanjungbatu, mereka datang dengan menggunakan kapal yang bernama Mayang Betawi.
Sewaktu tentara Jepang berada di Tanjungbatu, mereka mendirikan markas. Para tentara Jepang sangat kejam, mereka memancung dan mencambuk penduduk yang tidak mau tunduk kepada mereka.
Mereka juga menutup sekolah, tapi para guru tatap berusaha untuk terus mengajar, akhirnya berdirilah sekolah baru yang diberi nama sekolah rakyat.
Keturunan tionghoa diperbolehkan oleh tentara Jepang untuk mendirikan sekolah, yang di beri nama Sekolah Vaiven.
Kebengisan tentara Jepang tidak berlangsung lama, karena pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Hingga pada tanggal 17 agustus 1945 kemerdekaan Indonesia di proklamirkan. Kekalahan Jepang membuat Yamamoto kembali ke Jepang, dan pabriknya di teruskan oleh seorang keturunan Tionghoa.
Pada tanggal 29 September 1945, terjadi pendaratan tentara Sekutu di Indonesia. tak lama dari itu tentara Belanda sudah sampai di Tanjungbatu.
Mereka juga mendirikan markas seperti Jepang dengan lokasi yang berbeda dari markas Jepang, yaitu di sebuah bukit.
Dengan dibangunnya markas Belanda di bukit itu, maka sekolah rakyat yang berada di bawah bukit itu di pindahkan ketempat lain.
Belajar dari pengalaman pahit kekejaman tentara Jepang, kali ini perlawanan rakyat mulai terjadi dengan dikomandai oleh Andul Manaf dan Abdul Latif.
Mereka berjuang mengusir penjajah Belanda dari Tanjungbatu. Tetapi Abdul Manaf gugur ditembak Belanda di Sungai Buluh ( Kelurahan Alai ). Ia lalu dimandikan dan di Salatkan di Masjid dan dimakamkan di antara kebun karet.
Pertempuran antara Belanda dan rakyat terus terjadi, hingga akhirnya pada tanggal 23 Agustus 1949 di Deenhaag, diselenggarakan Konfrensi Meja Bundar (KMB), dan pada tahun 1950 Belanda keluar dari Tanjungbatu.
Keluarnya Belanda ini disambut gembira oleh penduduk dan diadakan Upacara Kedaulatan di lapangan (sekarang Balai Pemuda dan Budaya) menyambut kebebasan Tanjungbatu dari penjajah.
Sumber:
wikipedia
hardjasapoetra
diolah dari berbagai sumber
(nag)