Pilkada Sragen, Suara PDIP Terpuruk
A
A
A
SRAGEN - Tumbangnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sragen pada Pilkada 2015, membuat beberapa fungsionaris DPC PDIP Sragen resah.
Pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2011, PDIP kehilangan potensi suara Pileg 2014 sampai 51.837 suara (13,13%). Potensi suara itu belum termasuk potensi suara pileg dari Partai Demokrat dan Partai Nasdem.
Menurut Fungsionaris DPC PDIP Sragen Laksana, sejak rekomendasi DPP PDIP turun untuk pasangan Sugiyamto-Joko Saptono (Suko) pada 26 Agustus 2015, mesin PDIP bekerja secara maksimal.
Dia menyatakan, tidak ada elemen kader partai yang membangkang. Dia memastikan kader partai di DPC dan Fraksi PDIP sudah all out untuk memenangkan Suko. Namun faktanya, suara Suko yang diusung dari PDIP dan Partai Demokrat hanya 13% sekian.
"Kalau saya lihat pada perolehan suara Pilkada 2011, kendati PDIP kalah tetapi masih mendapatkan angka 41%. Pada Pilgub 2013, suara PDIP meningkat dari 38% menjadi 76% dan di pilpres juga 76%," terangnya, Jumat (11/12/2015).
Pilkada 2015, PDIP yang memiliki modal suara Pileg 26,37% dengan 11 kursi di DPRD. Namun hasilnya tinggal separuh.
Dia prihatin dengan kondisi PDIP Sragen yang terpuruk dalam sejarah PDIP. Dia menduga, pasti ada yang salah di PDIP. Laksana tidak menyalahkan siapa pun atas kekalahan Suko. Fraksi dan DPC PDIP, menurutnya tidak bisa disalahkan.
Laksana hanya mencurigai rentetan peristiwa selama proses Pilkada Sragen yang berdampak pada perolehan suara. Ketika fungsionaris PDIP bilang suara Suko aman di 31%, saya merasa ayem.
Tetapi buktinya justru terbalik. Pemberhentian Bambang Samekto sebagai Ketua DPC PDIP berdampak pada munculnya reaksi negatif. Sementara apel siaga Banteng Balik Kandang tidak berdampak signifikan pada perolehan suara Suko.
"Guraklih (Regu penggerak pemilih) yang ada di tingkat RT dengan kader 26.000 orang justru tidak disentuh," pungkasnya.
Pada pemilihan kepala daerah (pilkada) 2011, PDIP kehilangan potensi suara Pileg 2014 sampai 51.837 suara (13,13%). Potensi suara itu belum termasuk potensi suara pileg dari Partai Demokrat dan Partai Nasdem.
Menurut Fungsionaris DPC PDIP Sragen Laksana, sejak rekomendasi DPP PDIP turun untuk pasangan Sugiyamto-Joko Saptono (Suko) pada 26 Agustus 2015, mesin PDIP bekerja secara maksimal.
Dia menyatakan, tidak ada elemen kader partai yang membangkang. Dia memastikan kader partai di DPC dan Fraksi PDIP sudah all out untuk memenangkan Suko. Namun faktanya, suara Suko yang diusung dari PDIP dan Partai Demokrat hanya 13% sekian.
"Kalau saya lihat pada perolehan suara Pilkada 2011, kendati PDIP kalah tetapi masih mendapatkan angka 41%. Pada Pilgub 2013, suara PDIP meningkat dari 38% menjadi 76% dan di pilpres juga 76%," terangnya, Jumat (11/12/2015).
Pilkada 2015, PDIP yang memiliki modal suara Pileg 26,37% dengan 11 kursi di DPRD. Namun hasilnya tinggal separuh.
Dia prihatin dengan kondisi PDIP Sragen yang terpuruk dalam sejarah PDIP. Dia menduga, pasti ada yang salah di PDIP. Laksana tidak menyalahkan siapa pun atas kekalahan Suko. Fraksi dan DPC PDIP, menurutnya tidak bisa disalahkan.
Laksana hanya mencurigai rentetan peristiwa selama proses Pilkada Sragen yang berdampak pada perolehan suara. Ketika fungsionaris PDIP bilang suara Suko aman di 31%, saya merasa ayem.
Tetapi buktinya justru terbalik. Pemberhentian Bambang Samekto sebagai Ketua DPC PDIP berdampak pada munculnya reaksi negatif. Sementara apel siaga Banteng Balik Kandang tidak berdampak signifikan pada perolehan suara Suko.
"Guraklih (Regu penggerak pemilih) yang ada di tingkat RT dengan kader 26.000 orang justru tidak disentuh," pungkasnya.
(san)