Sabet Penghargaan The Best Innovative Elementary of The Year
A
A
A
SURABAYA - Kantin kejujuran banyak yang gulung tikar. Singkatnya, program yang dirintis kejaksaan itu berujung kehancuran. Teknik yang menggiring pembeli membayar dan mengambil uang kembalian sendiri membuat jual beli tak efektif lagi hingga akhirnya mati. Namun, berbeda dengan SD Muhammadiyah 26 Surabaya.
Sekolah di kawasan Keputih, Kecamatan Sukolilo, ini tetap menghidupkan kantin sekolah yang ada. Bahkan, secara bergiliran siswa diminta mengelola kantin. Hasilnya sangat menggembirakan. Pada September ini berhasil menyabet penghargaan skala nasional, Indonesia Entrepreneur & Education Award (IEEA) 2015 kategori The Best Innovative Elementary of the Year.
Penghargaan ini diberikan kepada Kepala SD Muhammadiyah 26 Hervit Ananta Vidada di Sari Pan Pacifik Hotel, 4 September lalu. ”Akad jual beli itu ada penjual, pembeli, dan barang yang dijual,” Wakasek SD Muhammadiyah 26 Surabaya Bambang Pramusinto menyampaikan alasan tetap eksisnya kantin sekolahnya.
Kantin yang mengedepankan sisi entrepreneur ini mampu mengenalkan wirausaha sejak dini kepada anak-anak. Selain belajar berdagang, anak-anak juga belajar matematika terkait penambahan dan pengurangan saat bertransaksi. ”Kantin sebelumnya ada di dalam gedung, tetapi sempit. Akhirnya pindah ke belakang dan menjadi lebih luas,” tambahnya. Ada banyak item yang dijual di kantin itu.
Ada nasi bungkus, biskuit, es krim, kerupuk, dan produk lain. Menariknya, khusus Jumat, keseluruhan siswi membuat menu masakan dan dijual. Masak dilakukan saat siswa melaksanakan salat Jumat. ”Selama mengelola kantin sekolah, anak-anak mengedepankan nilai kesantunan dan layanan yang baik.” ulasnya. Pengalaman berjualan di kantin sekolah terlihat pada diri Kania Rizky Aulia.
Siswi kelas VB itu terlihat lihat melayani pembeli dari kalangan teman, kakak, maupun adik di sekolahnya. Dengan cekatan, dia menghitung dan memberikan uang kembalian. ”Saat jam istirahat sekolah, saya sering bantu di kantin sekolah. Senang latihan jualan. Papa juga jualan,” aku siswi berjilbab ini. Kania Rizky mengaku papanya, Whisnu Umar, berjualan salad yang biasa dikirim ke sejumlah bank di Surabaya.
”Papa bikin salad, dijual ke bank,” aku Kania yang tinggal di Gunung Anyar ini. Dengan kantin sekolah yang dikelola murid-murid sendiri, siswa lain yang beli lebih merasa nyaman. ”Kalau tempatnya tinggi, saya diambilkan,” aku Yusuf Elfat Tahilla, murid kelas 1 sekolahan tersebut.
Soeprayitno
Sekolah di kawasan Keputih, Kecamatan Sukolilo, ini tetap menghidupkan kantin sekolah yang ada. Bahkan, secara bergiliran siswa diminta mengelola kantin. Hasilnya sangat menggembirakan. Pada September ini berhasil menyabet penghargaan skala nasional, Indonesia Entrepreneur & Education Award (IEEA) 2015 kategori The Best Innovative Elementary of the Year.
Penghargaan ini diberikan kepada Kepala SD Muhammadiyah 26 Hervit Ananta Vidada di Sari Pan Pacifik Hotel, 4 September lalu. ”Akad jual beli itu ada penjual, pembeli, dan barang yang dijual,” Wakasek SD Muhammadiyah 26 Surabaya Bambang Pramusinto menyampaikan alasan tetap eksisnya kantin sekolahnya.
Kantin yang mengedepankan sisi entrepreneur ini mampu mengenalkan wirausaha sejak dini kepada anak-anak. Selain belajar berdagang, anak-anak juga belajar matematika terkait penambahan dan pengurangan saat bertransaksi. ”Kantin sebelumnya ada di dalam gedung, tetapi sempit. Akhirnya pindah ke belakang dan menjadi lebih luas,” tambahnya. Ada banyak item yang dijual di kantin itu.
Ada nasi bungkus, biskuit, es krim, kerupuk, dan produk lain. Menariknya, khusus Jumat, keseluruhan siswi membuat menu masakan dan dijual. Masak dilakukan saat siswa melaksanakan salat Jumat. ”Selama mengelola kantin sekolah, anak-anak mengedepankan nilai kesantunan dan layanan yang baik.” ulasnya. Pengalaman berjualan di kantin sekolah terlihat pada diri Kania Rizky Aulia.
Siswi kelas VB itu terlihat lihat melayani pembeli dari kalangan teman, kakak, maupun adik di sekolahnya. Dengan cekatan, dia menghitung dan memberikan uang kembalian. ”Saat jam istirahat sekolah, saya sering bantu di kantin sekolah. Senang latihan jualan. Papa juga jualan,” aku siswi berjilbab ini. Kania Rizky mengaku papanya, Whisnu Umar, berjualan salad yang biasa dikirim ke sejumlah bank di Surabaya.
”Papa bikin salad, dijual ke bank,” aku Kania yang tinggal di Gunung Anyar ini. Dengan kantin sekolah yang dikelola murid-murid sendiri, siswa lain yang beli lebih merasa nyaman. ”Kalau tempatnya tinggi, saya diambilkan,” aku Yusuf Elfat Tahilla, murid kelas 1 sekolahan tersebut.
Soeprayitno
(ftr)