Ubaya Poles Wisata Penanggungan
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo serius melindungi kawasan Gunung Penanggungan yang kaya akan situs bersejarah.
Hal ini dikuatkan dengan terbit SK Nomor 188/18/Kpts/013/- 2015 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Kawasan Penanggungan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Provinsi. Keberadaan payung hukum itu dikawal Universitas Surabaya (Ubaya) yang sejak puluhan tahun konsentrasi menjaga sekaligus melestarikan. Terlebih seiring keberadaan Ubaya Training Center (UTC) yang merupakan kampus III Ubaya.
Konsep pengembangan terus diperbarui dengan melibatkan masyarakat sekitar. Semuanya terangkum dalam ”Penanggungan Adventure. Wisata Alam Pendidikan”. Fun, Challenging & Educating menjadi moto konsep tersebut.
Koordinator Pengembangan Program Penanggungan Adventure sebagai wisata pendidikan, Veny Megawati mengatakan, wisata edukasi Gunung Penanggungan mengedepankan konsep pemberdayaan. ”Eco tourism dengan mengedepankan konservasi, komunitas, pemberdayaan masyarakat lokal. Ini tidak bisa dipisahkan,” kata Veny di sela join conference: on community development di Surabaya, kemarin.
Menurut Veny, sejak puluhan tahun lalu, Ubaya memiliki UTC berikut lahannya seluas lebih dari 40 hektare. Seiring keberadaan areal menaungi Gunung Penanggungan, Ubaya membentuk tim ekspedisi yang menggali situs di Desa Penanggungan. Ada 115 situs diketahui tahap awal dan 60 di antaranya telah terdata.
”Banyak potensi bisa dikembangkan. Masyarakat diajak mengembangkan pendidikan di UTC. Terlebih ekowisata sekarang menjadi tren global. Orang dalam berwisata kembali ke alam,” kata Veny yang juga pengusaha. Banyak konsep pengembangan yang disiapkan dengan merangkul masyarakat.
Termasuk pembuatan 20 modul pelatihan pemandu wisata (tour guide). Kegiatan masyarakat sekitar bisa ”dijual” untuk mendukung ekowisata. Bercocok tanam padi, panen padi, perah susu sapi, panen durian, dan aktivitas penduduk lainnya, akan menjadi bagian paket wisata. Termasuk keberadaan saung tengah sawah penduduk untuk transit wisatawan.
Hal ini untuk menguatkan keberadaan museum situs Penanggungan yang kini memasuki tahap penyelesaian oleh UTC. Penanggungan Information Center (PIC) di areal UTC merupakan embrio museum itu yang sudah ada. ”Peresmian museum Penanggungan rencananya pada November. Karena itu, Oktober ditargetkan selesai seluruh tahapan pembangunannya. Kenapa peresmian November? Ini untuk memperingati 700 tahun Kerajaan Majapahit,” kata Veny.
Foto-foto komparasi antara situs yang diketahui era tahun 1930-an dan sekarang akan menjadi salah satu koleksi museum. Foto tahun 30an itu didapat UTC dari Leiden University Belanda. Harapannya pengunjung bisa membandingkan, tahu keadaan situs dulu. Bahkan replika berdasar foto dulu akan dibuat.
Hadi Sidomulyo, pemerhati arkeolog sekaligus budayawan asal Inggris; Kusworo Rahadyan, konsultan pelatihan dan pengembangan luar ruang Ubaya; serta Ismail Luthfi, arkeolog sekaligus ahli aksara Jawa Kuno, memaparkan hasil ekspedisi timnya.
”Terakhir penelitian di Gunung Penanggungan tahun 1990-1991 dilakukan Bakorsurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Setelah itu, tidak ada lagi. Baru Tim Ekspedisi Ubaya melanjutkan penelitian,” kata Hadi yang saat itu meluncurkan buku karyanya berjudul Mengenal Situs Purbakala di Gunung Penanggungan .
Hadi yang mengklaim sebagai pemerhati budaya Indonesia, khususnya Jatim ini menegaskan, Gunung Penanggungan adalah kawasan situs purbakala terkaya di Indonesia. Penanggungan bisa menjadi lapangan dunia untuk penelitian.
”Zaman sekarang pelestarian tidak cukup. Manfaat yang paling menonjol melalui pariwisata. Karena Trawas, Pacet, maupun pusat kerajinan Majapahit serta Trowulan, memiliki potensi pariwisata, bisa dipadu dengan Penanggungan,” kata Hadi yang sudah 30 tahun tinggal di Indonesia.
Soeprayitno
Hal ini dikuatkan dengan terbit SK Nomor 188/18/Kpts/013/- 2015 tentang Penetapan Satuan Ruang Geografis Kawasan Penanggungan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Provinsi. Keberadaan payung hukum itu dikawal Universitas Surabaya (Ubaya) yang sejak puluhan tahun konsentrasi menjaga sekaligus melestarikan. Terlebih seiring keberadaan Ubaya Training Center (UTC) yang merupakan kampus III Ubaya.
Konsep pengembangan terus diperbarui dengan melibatkan masyarakat sekitar. Semuanya terangkum dalam ”Penanggungan Adventure. Wisata Alam Pendidikan”. Fun, Challenging & Educating menjadi moto konsep tersebut.
Koordinator Pengembangan Program Penanggungan Adventure sebagai wisata pendidikan, Veny Megawati mengatakan, wisata edukasi Gunung Penanggungan mengedepankan konsep pemberdayaan. ”Eco tourism dengan mengedepankan konservasi, komunitas, pemberdayaan masyarakat lokal. Ini tidak bisa dipisahkan,” kata Veny di sela join conference: on community development di Surabaya, kemarin.
Menurut Veny, sejak puluhan tahun lalu, Ubaya memiliki UTC berikut lahannya seluas lebih dari 40 hektare. Seiring keberadaan areal menaungi Gunung Penanggungan, Ubaya membentuk tim ekspedisi yang menggali situs di Desa Penanggungan. Ada 115 situs diketahui tahap awal dan 60 di antaranya telah terdata.
”Banyak potensi bisa dikembangkan. Masyarakat diajak mengembangkan pendidikan di UTC. Terlebih ekowisata sekarang menjadi tren global. Orang dalam berwisata kembali ke alam,” kata Veny yang juga pengusaha. Banyak konsep pengembangan yang disiapkan dengan merangkul masyarakat.
Termasuk pembuatan 20 modul pelatihan pemandu wisata (tour guide). Kegiatan masyarakat sekitar bisa ”dijual” untuk mendukung ekowisata. Bercocok tanam padi, panen padi, perah susu sapi, panen durian, dan aktivitas penduduk lainnya, akan menjadi bagian paket wisata. Termasuk keberadaan saung tengah sawah penduduk untuk transit wisatawan.
Hal ini untuk menguatkan keberadaan museum situs Penanggungan yang kini memasuki tahap penyelesaian oleh UTC. Penanggungan Information Center (PIC) di areal UTC merupakan embrio museum itu yang sudah ada. ”Peresmian museum Penanggungan rencananya pada November. Karena itu, Oktober ditargetkan selesai seluruh tahapan pembangunannya. Kenapa peresmian November? Ini untuk memperingati 700 tahun Kerajaan Majapahit,” kata Veny.
Foto-foto komparasi antara situs yang diketahui era tahun 1930-an dan sekarang akan menjadi salah satu koleksi museum. Foto tahun 30an itu didapat UTC dari Leiden University Belanda. Harapannya pengunjung bisa membandingkan, tahu keadaan situs dulu. Bahkan replika berdasar foto dulu akan dibuat.
Hadi Sidomulyo, pemerhati arkeolog sekaligus budayawan asal Inggris; Kusworo Rahadyan, konsultan pelatihan dan pengembangan luar ruang Ubaya; serta Ismail Luthfi, arkeolog sekaligus ahli aksara Jawa Kuno, memaparkan hasil ekspedisi timnya.
”Terakhir penelitian di Gunung Penanggungan tahun 1990-1991 dilakukan Bakorsurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Setelah itu, tidak ada lagi. Baru Tim Ekspedisi Ubaya melanjutkan penelitian,” kata Hadi yang saat itu meluncurkan buku karyanya berjudul Mengenal Situs Purbakala di Gunung Penanggungan .
Hadi yang mengklaim sebagai pemerhati budaya Indonesia, khususnya Jatim ini menegaskan, Gunung Penanggungan adalah kawasan situs purbakala terkaya di Indonesia. Penanggungan bisa menjadi lapangan dunia untuk penelitian.
”Zaman sekarang pelestarian tidak cukup. Manfaat yang paling menonjol melalui pariwisata. Karena Trawas, Pacet, maupun pusat kerajinan Majapahit serta Trowulan, memiliki potensi pariwisata, bisa dipadu dengan Penanggungan,” kata Hadi yang sudah 30 tahun tinggal di Indonesia.
Soeprayitno
(ftr)