Serapan Panen Tembakau Minim

Selasa, 08 September 2015 - 08:45 WIB
Serapan Panen Tembakau Minim
Serapan Panen Tembakau Minim
A A A
JEMBER - Penyerapan hasil panen tembakau di Kabupaten Jember tahun ini diperkirakan turun. Ini terjadi lantaran eksportir mengurangi pembelian dengan alasan lesunya pasar, khususnya di Eropa.

Dalam dengar pendapat antara Komisi B DPRD Jember dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut), Dinas Perindustrian Perdagangan, Dinas ESDM Jember, serta sejumlah eksportir tembakau terungkap, saat ini pasar tembakau di dunia sedang tidak bergairah.

Hal ini tak lain akibat perlambatan ekonomi yang juga berdampak pada perdagangan hampir semua di komoditas. Kahar, salah satu eksportir tembakau dalam dengar pendapat itu mengungkapkan, salah satu penyebab turunnya ekspor tembakau adalah banyak perusahaan cerutu di Eropa mengurangi impor.

Mereka memilih menghabiskan stok tembakau ketimbang membeli tambahan stok. Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga 2017. Menurut Kahar, eksportir pun tak berani menyetok ka- 0rena risikonya tinggi. Dia baru akan membeli tembakau dari petani bila ada permintaan dari luar negeri. “Jadi, bukan karena abu Gunung Raung. Kalau kondisinya seperti sekarang, kami tentu tidak berani berspekulasi dengan membeli tembakau petani karena ujung-ujungnya kami rugi,” ujarnya.

Sayangnya, hearing masih belum menghasilkan solusi untuk menyelamatkan panen tembakau petani. Disbunhut dan Disperindag ESDM hanya diam dan menjawab normatif atas persoalan yang membelit petani tembakau tanpa memberikan tawaran solusi lebih konkret.

Sebelumnya, Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Timur menilai, keengganan pabrik atau eksportir membeli tembakau petani merupakan preseden terburuk sepanjang sejarah yang terjadi pada tata niaga tembakau di Jember. “Tembakau Jember untuk masa panen tahun ini lebih baik dibandingkan dengan kualitas tahun lalu. Tapi tidak disambut baik,” kata Wakil Ketua APTI Jawa Timur, Hendro Handoko.

Hendro yang merupakan mantan Ketua APTI Kabupaten Jember itu mengatakan, petani tembakau jenis kasturi merupakan pihak paling terdampak. Sebab sekitar 90% tembakau yang ditanam di Jember adalah jenis kasturi atau voor oogst .

Sisanya menanam naa oogst dan jenis tembakau lain. “Ini jelas bencana bagi kami,” ujarnya. Hingga saat ini tembakau yang dipanen mencapai 90%, sedangkan tembakau ditanam bulan Juni sudah rampung sekitar 50%.

“Kami sementara ini masih terus melobi kepada pabrik untuk mau membeli tembakau petani. Tetapi jika tak ditanggapi, terpaksa kami harus turun jalan,” kata Hendro.

P juliatmoko
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 5.2034 seconds (0.1#10.140)