Ketika Tuhan Dijadikan Nama Tukang Kayu

Minggu, 30 Agustus 2015 - 09:47 WIB
Ketika Tuhan Dijadikan...
Ketika Tuhan Dijadikan Nama Tukang Kayu
A A A
Siapakah Tuhan itu? Pertanyaan di atas sebenarnya sudah dijawab Alquran, “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masingmasing) tunduk kepada perintah- Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam,” QS 7:54.

Namun bagi selain umat Islam, jawaban pertanyaan di atas bisa membingungkan ketika bertemu dengan seorang tukang kayu asal Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Banyuwangi. ”Namaku Tuhan,” ujar pria yang berprofesi sebagai tukang kayu ini. Tak pelak, jawaban ini menggemparkan dunia maya. Sebuah nama yang mengusik daya pikir kita tentang konsep Tuhan Yang Maha Esa (YME). Nama yang sebenarnya sangat sakral digunakan di Indonesia, bahkan dunia.

Virus kehebohan menyebar cepat dunia maya. Tuhan menjadi perbincangan hangat di kampus, warung kopi, maupun pengajian. Rizki Andika mengaku kaget adanya nama Tuhan asal Kecamatan Licin tersebut. “Lha ya, itu. Kok bisa ya ada nama Tuhan,” kata Rizki yang juga alumni mahasiswa Universitas Jember. Nama Tuhan tertera di KTP dengan bernomor induk (NIK) 3510243006730004. Tempat tanggal lahir: Banyuwangi, 30 Juni 1973. KTP itu dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Tuhan merupakan warga Dusun Krajan, Desa Kluncing, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi RT 001/RW 002. KTP tersebut terbit pada 7 oktober 2012 dengan masa kedaluwarsanya pada 30 Juni 2017. Tuhan menuliskan pekerjaannya yakni sebagai wiraswasta. Tuhan menjelaskan, kedua orang tuanya, Jumhar dan Dawijah memberikan nama Tuhan setelah mendapatkan masukkan dari seorang pemuka agama di daerahnya. “Ya nama saya, Tuhan, ini berasal dari saran pak haji,” ujarnya.

Ayah dua anak itu merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara. Saudara-saudaranya bernama Juni, Aisyah, Halifah, Ainan, Nasiah, dan Isroli. Dia mengaku tidak mengetahui alasan bapak dan ibunya memberikan nama Tuhan kepada dirinya. Meski menyandang nama Tuhan, tidak ada yang aneh dengan kehidupannya.

“Tidak tahu saya kemudian menjadi ramai begini. Banyak yang tidak percaya nama saya Tuhan. Akhirnya saya menunjukkan KTP saya,” kata Tuhan. Sebagian besar tetangganya, memanggil Tuhan tidak jelas sesuai lafalnya. Mereka memanggil dengan bahasa Osing yakni memanggil “Toha”. Meski dia memiliki nama Tuhan, tidak kemudian memberikan nama anaknya juga sama atau mirip. Kedua anak perempuannya diberi nama umum seperti Novita Sari dan Dwi Lestari.

Sementara itu, Husnul Hotimah, istri Tuhan, mengaku tidak masalah dengan nama unik yang disandang oleh suaminya. Kendati tidak ada yang aneh dalam, ada beberapa saran dari ulama. KH Moch Yamin, ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi menilai aneh memang kalau ada orang yang memiliki nama Tuhan. “Demi kepentingan bersama, alangkah baiknya dia segera mengubah nama atau ditambah di depannya,” kata Yamin.

Menurutnya, dengan diubah atau ditambahkan kata pada nama Tuhan agar nama tersebut tidak menjadi perbincangan masyarakat. “Ini bentuk perhatian kita, inikan mulai dari MUI pusat, MUI wilayah membicarakannya, sebaiknya pakai nama yang menjadi nama yang baik,” katanya. Sedangkan soal perubahan nama pada KTP, diharapkan Pemkab Banyuwangi dan Kecamatan Licin bisa memberikan kemudahan administrasi saat mengubah nama Tuhan.

“Nama Tuhan tidak pantas disandang seseorang jika dipandang dari sisi agama lantaran bisa diartikan menduakan Allah. Meski dulu orang tuanya dalam memberi nama tidak bermaksud seperti itu,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, KH Abdusshomad Buchori. Dia menyarankan nama Tuhan sebaiknya ditambahi bagian depannya dengan Abdu.

“Setelah digabung Abdu Tuhan bisa berarti Hamba Tuhan,” tukasnya. Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (Kawali), Edi Purwanto mengatakan, tak ada yang salah dengan nama Tuhan. Pemuka agama Katolik ini mencontohkan, dulu di Yerusalem (Palestina), banyak orang yang memiliki nama Yesus dan tak ada masalah dengan itu. “Kalau saya kok melihat itu (nama Tuhan) bukan masalah ya. Dulu di Yerusalem banyak juga yang bernama Yesus. Nah, apalagi itu nama pemberian orangtua,” timpal Edi.

Edi menambahkan, tidak masalah jika Tuhan tak ingin mengganti namanya. Ia juga menganggap penggunaan nama tersebut tidak menyalahi etika manapun. “Enggaklah, enggak usah diganti. Tidak masalah itu,” tandasnya dikutip dari Okezone .

Nama Unik Ternyata Banyak

Munculnya nama Tuhan ke muka publik sampai menimbulkan polemik hanyalah satu dari sekian hal yang terdengar unik atau bahkan aneh. Meskipun secara filosofi banyak kalangan menilai sebaiknya orang tua memberi nama yang bermakna baik kepada anaknya, sejumlah nama unik tetap tersematkan kepada mereka.

Konon, nama untuk seseorang memang laksana doa yang menggambarkan karakter atau sifat pemiliknya. Namun pada kenyataannya, karakter atau sifat seseorang tidak selalu bisa diidentikkan dengan nama yang digunakan. Hal itu seperti yang dilakukan artis Mellyana Cessy Goeslaw Hoed atau akrab disapa Melly Goeslaw. Ia memberi nama yang terdengar unik untuk kedua anaknya hasil pernikahan dengan Anto Hoed.

Pasangan musisi itu memberi nama Anakku Lelaki Hoed (Ale) ke anak pertama mereka yang lahir pada 22 Agustus 2000. Kemudian di 9 Mei 2003, Melly kembali melahirkan seorang Putra dan diberi nama Pria Bernama Hoed (Abe). Selain Melly Goeslaw, namanama unik juga digunakan sejumlah orang di berbagai daerah di Indonesia. Seperti yang diungkapkan Wasekjen Partai Amanat Nasional (PAN), Saleh, yang menyebut dirinya kenal dengan seorang warga Palembang bernama Syaitan .

“Ada namanya Syaitan di Palembang, saya kenal betul,” ungkap Saleh. Saleh mengatakan, orangtua Syaitan baru menyadari nama tersebut mengandung makna negatif setelah anaknya beranjak dewasa.Selain nama-nama tersebut, ternyata penggunaan nama yang unik juga tersebar di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal tersebut sebagaimana pernah di-publish oleh brilio.net.

Mereka menuliskan sejumlah nama unik, salah satunya bahkan ada yang menggunakan kata maaf yang sering diucapkan saat Idul Fitri. Dalam laman itu ditampilkan kartu tanda penduduk (KTP) seorang pria bernama Minal Aidin Wal Faizin. Dalam KTP yang ditampilkan tersebut dijelaskan bahwa ia merupakan warga Karanganyar, Neglasari, Kota Tangerang.

Di Lampung juga ada warga bernama Satria Baja Hitam. Pria kelahiran 3 Oktober 1993 itu merupakan warga Gerem Dusun Kalimati RT 03 / RW 10Kelurahan Bandar Dalam, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Berbeda halnya dengan warga Dusun Darma RT 03 / RW 02 Kecamatan Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Dalam Surat Izin Mengemudi yang difoto di lama tersebut menyebutkan bahwa Pria kelahiran 5 November 1991 itu bernama Selamet Dunia Akhirat. Sejumlah nama tersebut hanyalah sebagian dari banyak nama unik yang ada di Indonesia.

Munculnya nama Tuhan, dan nama-nama lain, barangkali merupakan cermin bagi bangsa ini. Mungkin kita sudah mempertuhankan uang, pangkat dan jabatan. Barangkali pula kita sudah terlalu jauh dari sifat-sifat ketuhanan yang mengajarkan saling menyayangi, saling mengasihi, dan saling melindungi.

Terlepas dari kontroversi itu, yang terpenting adalah pengakuan bahwa Allah jelas berbeda dengan makhluk-Nya (Mukhalafatuhu lilhawadits) sehingga keimanan tetap terjaga.

P Juliatmoko Soeprayitno
Banyuwangi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0850 seconds (0.1#10.140)