Bergeliat Menuju World City

Senin, 20 Juli 2015 - 10:58 WIB
Bergeliat Menuju World City
Bergeliat Menuju World City
A A A
SURABAYA merupakan salah satu kota penting di Indonesia. Kota Pahlawan ini merupakan pintu masuk perdagangan ke Indonesia bagian timur. Ini karena lokasinya sangat strategis sehingga tak heran guyuran investasi di kota berpenduduk tiga juta jiwa ini semakin terasa.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi di ibu kota provinsi Jawa Timur (Jatim) ini mencapai 7%. Sayangnya, untuk se-mester pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.

Selama Januari hingga Maret, pertumbuhan perekonomian merosot ke angka 6% dibanding akhir 2014 mencapai 7,54%. Meski turun, Badan Koordinasi Pelayanan dan Penanaman Modal (BKPPM) Kota Surabaya enggan merevisi target investasi. Buktinya selama 2015, BKPPM menargetkan investasi mencapai Rp44 triliun. Kepala BKPPM Kota Surabaya Eko Agus Supiadi Sapoetra mengakui ada perlambatan ekonomi. Tidak hanya secara nasional yang tumbuh di bawah 5%, tapi juga di Surabaya. Perlambatan ekonomi ini juga berpengaruh terhadap arus investasi.

Selama Januari hingga Maret, investasi di Surabaya turun sekitar 20% dengan realisasi investasi sebesar Rp6 triliun. ”Saya menargetkan investasi tahun ini tumbuh 10% dibanding tahun lalu. Kalau sekarang ada perlambatan itu tidak masalah. Saya yakin pada kuartal mendatang investasi akan tumbuh dengan baik. Jadi, saya tidak merevisi target investasi tahun ini,” ujarnya.

Eko mengungkapkan, komposisi investasi di Surabaya saat ini adalah 20% dari penanaman modal asing (PMA) dan 80% merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Saat ini yang paling dibutuhkan untuk menarik investasi adalah akses jalan dan jasa transportasi seperti kereta api barang yang langsung menuju pelabuhan. ”Untuk sekarang bisnis yang menjanjikan adalah hotel dan apartemen. Wajar jika di manamana berdiri apartemen baru dan juga hotel baru,” katanya.

Guna terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi, pemkot berambisi merampungkan dan menuntaskan sejumlah proyek infrastruktur terutama jalan. Saat ini proyek infrastruktur jalan yang hendak digarap adalah jalan lingkar luar timur (JLLT) dan jalan lingkar luar barat (JLLB) sudah memasuki babak pembebasan lahan. Sesuai rencana JLLT akan dibangun bersama pengembang. Ada 75% lahan milik pengembang yang ada di jalan ini.

Biaya pembangunan jalan di lahan ini akan ditanggung sepenuhnya oleh pengembang. Sisanya 25% adalah lahan milik warga dan anggaran pembangunannya dari pemkot. Jalan ini dibangun dari akses ke Jembatan Suramadu sampai dengan Gunung Anyar. Panjang JLLT ini 17 kilometer (KM) dengan lebar 60 meter. JLLT membentang melewati wilayah Kenjeran-Bulak- Mulyorejo-Sukolilo-Rungkut- Gunung Anyar.

Sementara untuk JLLB akan dibangun sepanjang 26,1 KM dengan lebar 55 meter (termasuk ruang milik jalan). JLLB dibangun untuk mengurangi kemacetan di koridor utara selatan Kota Surabaya membentang melewati Romokalisari, Pakal, Sememi, dan Lakarsantri. JLLT akan mendukung akses menuju Bandara Juanda Baru terminal 2 dan 3. Kemudian JLLB untuk mendukung akses jalan menuju Pelabuhan Teluk Lamong.

Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, pembangunan JLLB maupun JLLT sangat efisien karena kurang lebih 80% menggunakan prasarana maupun sarana milik pengembang. Dengan demikian pemkot tidak terlalu terbebani terkait masalah biaya pembebasan lahan. ”Pembebasan lahan dari pemkot kurang lebih 20%, sisanya dari pengembang. Pemkot mengerjakan lahan masyarakat sedangkan yang lain dikerjakan pengembang,” ungkapnya.

Tak hanya membangun jalan lingkar, guna mengurai kemacetan di tengah kota, Pemkot Surabaya berencana membangun dua jalan layang atau flyover dan dua underpass atau jalan terowongan di sejumlah titik yang menjadi pemicu kemacetan arus lalu lintas. Proyek yang pendanaannya bersumber dari APBN itu dibangun persimpangan Jalan Margorejo, Bundaran Dolog, dan menambah lagi di Jembatan Mayangkara.

Ketiganya berada di Jalan Ahmad Yani, sedangkan satu lagi di Jalan Kenjeran. Kepala Bidang Fisik Sarana dan Prasaran Badan Perencanaan serta Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Dwija Wardhana mengatakan, dari keempat proyek itu yang paling memungkinkan digarap terlebih dulu adalah Jalan Ahmad Yani. Sebab dari tiga titik Bundaran Dolog, persimpangan jalan dan jembatan layang Mayangkara tingkat kemacetannya sangat parah.

”Untuk Jalan Kenjeran dan Jembatan Mayangkara akan dibangun flyover . Jadi nanti di Jembatan Mayangkara ini akan ada double flyover ,” kata alumnus Universitas Udayana ini. Di Bundaran Dolog akan diutamakan pembangunan fisik jalan underpass dari arah utaraselatan. Pembangunan tersebut dilakukan menghindari persimpangan yang kerap membuat kemacetan lantaran ada crossing jalan dari arah Jalan Jemursari ke arah Ahmad Yani. Selama ini rekayasa yang dilakukan di titik itu hanya menggunakan traffic light . Pembangunan underpass ini akan direalisasikan pada 2016 dan ditargetkan rampung 2017.

Dengan ada underpass itu, kendaraan dari utara ke selatan bisa langsung melaju melalui underpass tanpa harus menggunakan traffic light . ”Di Jalan Margorejo juga akan dibangun jalan terowongan. Sama dengan underpass di Bundaran Dolog, jalan tersebut akan dibangun untuk menghubungkan jalan utara-selatan,” kata Dwija.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, menginginkan Surabaya menjadi kota yang efisien bagi siapa pun. Tahun ini, pemkot berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN untuk menyiapkan jalur kereta api di koridor barat yang bisa menghubungkan langsung ke pelabuhan serta ada pelayaran langsung dari Eropa ke Pelabuhan Tanjung Perak tanpa harus transit ke Singapura.

”Prosesnya memang berat, tapi kalau kota itu efisien dan semua rencana kelar, Surabaya bisa jadi world city ,” katanya.

Lukman Hakim
Surabaya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8104 seconds (0.1#10.140)