Produksi Blok Cepu Capai 125 Ribu BPH
A
A
A
BOJONEGORO - Produksi harian minyak mentah lapangan Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro akan meningkat menjadi 125.000 barel per hari (BPH) dari produksi saat ini 80.000 BPH mulai Juli 2015.
Itu artinya ada penambahan produksi minyak mentah sekitar 40.000 barel per hari. Menurut Kabag Hubungan Masyarakat (Humas) Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Ellan Biantoro, penambahan jumlah produksi itu tidak terlepas dari proses pemindahan pengaliran minyak dari tapak sumur (well pad ) B ke pusat fasilitas produksi (central processing fasility /CPF).
“Iya per Juli tahun ini produksi harian Banyu Urip Blok Cepu jadi 125.000 BPH,” ujar Ellan Biantoro. Ellan menyebutkan, jumlah produksi 125.000 BPH itu merupakan awal menuju produksi sebesar 165.000 BPH. Sementara untuk puncak produksi, menurut dia, juga akan jatuh pada Oktober 2015. Besarannya, kata dia, sebesar 165.000 BPH. Kini, produksi lapangan Banyu Urip Blok Cepu mencapai lebih dari 80.000 BPH dengan rincian 30.000 BPH dari tapak sumur (well pad ) A, 10.000 BPH dari tapak sumur C, dan 35.000 BPH dari tapak sumur B.
Menurut Field Public and Goverment Affairs and Manager ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Rexy Mawardijaya, bertambahnya produksi melebihi 80.000 BPH, bisa diperoleh dari berbagai tapak sumur baik tapak sumur A, B, maupun tapak sumur C. Selain itu, bisa diperoleh dari produksi awal minyak mentah (early oil expansion ) yang kini berproduksi 10.000 BPH. “Sifat tapak sumur itu naik turun atau fluktuatif, terkadang dari produksi 10.000 BPH bisa naik menjadi 11.000 BPH,” ujarnya.
Sementara itu, sejumlah pembakaran gas suar (flaring ) di lapangan Banyu Urip Blok Cepu akan mengecil pada bulan ini. Termasuk pembakaran gas suar dengan volume gas sebesar 23 milion metric standard cubic feed per day (mmscfd) di tapak sumur (well pad ) B. Menurut Ellan Biantoro, pengurangan daya pembakaran gas suar bakar itu hanya bersifat sementara. “Hal itu seiring adanya pemindahan pengaliran minyak dari tapak sumur B ke pusat fasilitas produksi (central processing fasility /CPF),” ujarnya.
Dia menjelaskan, proses pemindahan pengaliran minyak melalui jalur pipa membutuhkan waktu lebih kurang sekitar dua pekan. Jadi, kata dia, tekanan flaring mau tidak mau harus dikurangi sementara. Nanti, lanjut Ellan, setelah semua pengerjaan di lapangan rampung, flaring akan menyala kembali dengan proses pembakaran lebih tinggi. “Jadi, flaring di tapak sumur B akan berhenti (mengecil) sementara,” ucapnya.
Kini, di Lapangan Banyu Urip ada tiga flaring, yakni flaring di fasilitas produksi awal (early production facility /EPC) dengan ketinggian pipa 90 meter, flaring di tapak sumur C, dan flaring di tapak sumur B dengan ketinggian pipa 64 meter.
Muhammad roqib
Itu artinya ada penambahan produksi minyak mentah sekitar 40.000 barel per hari. Menurut Kabag Hubungan Masyarakat (Humas) Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Ellan Biantoro, penambahan jumlah produksi itu tidak terlepas dari proses pemindahan pengaliran minyak dari tapak sumur (well pad ) B ke pusat fasilitas produksi (central processing fasility /CPF).
“Iya per Juli tahun ini produksi harian Banyu Urip Blok Cepu jadi 125.000 BPH,” ujar Ellan Biantoro. Ellan menyebutkan, jumlah produksi 125.000 BPH itu merupakan awal menuju produksi sebesar 165.000 BPH. Sementara untuk puncak produksi, menurut dia, juga akan jatuh pada Oktober 2015. Besarannya, kata dia, sebesar 165.000 BPH. Kini, produksi lapangan Banyu Urip Blok Cepu mencapai lebih dari 80.000 BPH dengan rincian 30.000 BPH dari tapak sumur (well pad ) A, 10.000 BPH dari tapak sumur C, dan 35.000 BPH dari tapak sumur B.
Menurut Field Public and Goverment Affairs and Manager ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Rexy Mawardijaya, bertambahnya produksi melebihi 80.000 BPH, bisa diperoleh dari berbagai tapak sumur baik tapak sumur A, B, maupun tapak sumur C. Selain itu, bisa diperoleh dari produksi awal minyak mentah (early oil expansion ) yang kini berproduksi 10.000 BPH. “Sifat tapak sumur itu naik turun atau fluktuatif, terkadang dari produksi 10.000 BPH bisa naik menjadi 11.000 BPH,” ujarnya.
Sementara itu, sejumlah pembakaran gas suar (flaring ) di lapangan Banyu Urip Blok Cepu akan mengecil pada bulan ini. Termasuk pembakaran gas suar dengan volume gas sebesar 23 milion metric standard cubic feed per day (mmscfd) di tapak sumur (well pad ) B. Menurut Ellan Biantoro, pengurangan daya pembakaran gas suar bakar itu hanya bersifat sementara. “Hal itu seiring adanya pemindahan pengaliran minyak dari tapak sumur B ke pusat fasilitas produksi (central processing fasility /CPF),” ujarnya.
Dia menjelaskan, proses pemindahan pengaliran minyak melalui jalur pipa membutuhkan waktu lebih kurang sekitar dua pekan. Jadi, kata dia, tekanan flaring mau tidak mau harus dikurangi sementara. Nanti, lanjut Ellan, setelah semua pengerjaan di lapangan rampung, flaring akan menyala kembali dengan proses pembakaran lebih tinggi. “Jadi, flaring di tapak sumur B akan berhenti (mengecil) sementara,” ucapnya.
Kini, di Lapangan Banyu Urip ada tiga flaring, yakni flaring di fasilitas produksi awal (early production facility /EPC) dengan ketinggian pipa 90 meter, flaring di tapak sumur C, dan flaring di tapak sumur B dengan ketinggian pipa 64 meter.
Muhammad roqib
(ars)