Jadikan Linux Sefamilier Windows
A
A
A
Tak dipungkiri, selama ini operating system(OS) komputer berbasis Linux kalah familier dibanding OS Windows. Ini lantaran pengoperasian Windows lebih mudah, kendati si pengguna harus membayar software original.
Tinggal klik, Windows sudah bisa digunakan. Beda dengan OS Linux yang mengharuskan pengguna memahami kode-kode perintah khusus untuk membuka sebuah program aplikasi. Tidak bisa sembarangan klik. ”Ini yang membuat Linux belum disukai banyak orang. Harus paham kode-kodenya. Keliru sedikit, aplikasi yang dibuka bisa tidak berjalan,” Hendri Winata mengawali obrolannya dengan KORAN SINDO JATIM saat ditemui di kampusnya, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, kemarin.
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, ini sebelumnya konsen membuat sebuah program aplikasi agar pengguna Linux serasa menggunakan Windows. Upayanya berbuah manis, dia dapat beasiswa dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Lebih dari itu, dia juga senang melihat pengguna Linux serasa menggunakan Windows. Menurutnya, aplikasi mudah menggunakan Linux dia beri nama Linux Assistant. Di dalamnya terdapat aplikasi yang tidak ada di Linux standar. Kalaupun ada, harus menggunakan perintah common promp.
”Penelitian tentang Linux ini didasari atas pengalaman pribadi saya. Mulai SMA saat awal mengenal Linux, saya kesulitan mengoperasikan. Berbagai kendala ini saya kumpulkan, menjadi sebuah latar belakang penelitian,” paparnya. Pengalaman pribadinya belajar Linux via internet ini yang mendorong lulusan SMAN 1 Kedungadem, Bojonegoro ini. ”Penggunaan OS Linux lebih banyak keuntungannya dibanding Windows.
Di antaranya, Linux sulit diserang dan ditembus oleh virus-virus komputer. Selain itu, karena berupa open source (sumber terbuka), pemakaian Linux tidak berbayar. Bahkan bisa mengembangkan sendiri pemrogramannya,” ungkapnya. Terkait penggunaan Windows, kata Hendri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus membayar Rp4 triliun ke Microsoft karena penggunaan aplikasi Windows, baik asli ataupun bajakan. Lain halnya jika menggunakan Linux, biaya ini bisa ditekan karena Linux open source.
Meski demikian, aplikasi Linux Assistant yang dibuat ini baru bisa digunakan untuk Linux berbasis debianseperti ubuntu, linux mint, knnopix, dan blank on(Linux dalam negeri). Di luar debian, misalnya Linux berbasis red hatdan slagckware, programnya belum dapat digunakan. ”Pemakaian Linux harus dimasyarakatkan. Banyak negara maju telah migrasi dari penggunaan Windows ke Linux. China misalnya, baik masyarakatnya maupun pemerintahan memakai Linux semua. Militer di Amerika Serikat (AS) melakukan hal yang sama,” urainya.
Hendri merinci aplikasi yang dibuatnya berisikan 1.900 baris kode. Semua kodenya ditampilkan terbuka sehingga bisa dikembangkan oleh siapa pun.
Soeprayitno
Surabaya
Tinggal klik, Windows sudah bisa digunakan. Beda dengan OS Linux yang mengharuskan pengguna memahami kode-kode perintah khusus untuk membuka sebuah program aplikasi. Tidak bisa sembarangan klik. ”Ini yang membuat Linux belum disukai banyak orang. Harus paham kode-kodenya. Keliru sedikit, aplikasi yang dibuka bisa tidak berjalan,” Hendri Winata mengawali obrolannya dengan KORAN SINDO JATIM saat ditemui di kampusnya, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, kemarin.
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, ini sebelumnya konsen membuat sebuah program aplikasi agar pengguna Linux serasa menggunakan Windows. Upayanya berbuah manis, dia dapat beasiswa dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Lebih dari itu, dia juga senang melihat pengguna Linux serasa menggunakan Windows. Menurutnya, aplikasi mudah menggunakan Linux dia beri nama Linux Assistant. Di dalamnya terdapat aplikasi yang tidak ada di Linux standar. Kalaupun ada, harus menggunakan perintah common promp.
”Penelitian tentang Linux ini didasari atas pengalaman pribadi saya. Mulai SMA saat awal mengenal Linux, saya kesulitan mengoperasikan. Berbagai kendala ini saya kumpulkan, menjadi sebuah latar belakang penelitian,” paparnya. Pengalaman pribadinya belajar Linux via internet ini yang mendorong lulusan SMAN 1 Kedungadem, Bojonegoro ini. ”Penggunaan OS Linux lebih banyak keuntungannya dibanding Windows.
Di antaranya, Linux sulit diserang dan ditembus oleh virus-virus komputer. Selain itu, karena berupa open source (sumber terbuka), pemakaian Linux tidak berbayar. Bahkan bisa mengembangkan sendiri pemrogramannya,” ungkapnya. Terkait penggunaan Windows, kata Hendri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus membayar Rp4 triliun ke Microsoft karena penggunaan aplikasi Windows, baik asli ataupun bajakan. Lain halnya jika menggunakan Linux, biaya ini bisa ditekan karena Linux open source.
Meski demikian, aplikasi Linux Assistant yang dibuat ini baru bisa digunakan untuk Linux berbasis debianseperti ubuntu, linux mint, knnopix, dan blank on(Linux dalam negeri). Di luar debian, misalnya Linux berbasis red hatdan slagckware, programnya belum dapat digunakan. ”Pemakaian Linux harus dimasyarakatkan. Banyak negara maju telah migrasi dari penggunaan Windows ke Linux. China misalnya, baik masyarakatnya maupun pemerintahan memakai Linux semua. Militer di Amerika Serikat (AS) melakukan hal yang sama,” urainya.
Hendri merinci aplikasi yang dibuatnya berisikan 1.900 baris kode. Semua kodenya ditampilkan terbuka sehingga bisa dikembangkan oleh siapa pun.
Soeprayitno
Surabaya
(ars)