Lukisan dengan Teknik Zebra Art

Jum'at, 12 Juni 2015 - 10:09 WIB
Lukisan dengan Teknik Zebra Art
Lukisan dengan Teknik Zebra Art
A A A
SURABAYA - Setiap pelukis memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya teknik zebra art yang ditekuni Elano Gastiano Aristo Liberte, pelukis asal Yogyakarta.

Bersama enam kawannya, dia memamerkan lukisan dengan tema Drawing-Drawing in the Sky di Galeri House of Sampoerna Surabaya kemarin. Ada 25 lukisan yang dipamerkan dengan teknik berbeda-beda, bahkan media yang digunakan juga berbeda. Elano menggunakan media kanvas namun mengutamakan teknik disebut zebra art, yakni lebih banyak bermain dengan garis warna-warni.

Perpaduan garis tersebut bisa membentuk sebuah objek misal wajah manusia atau tumbuhan seperti yang tampak dalam lukisan berjudul populi cultur colour yang dalam terjemahan bahasa Indonesia dimaknai dengan sebutan warna-warni menungso (manusia). Lukisan berukuran 200 x 50 sentimeter itu menggambarkan keadaan manusia yang memiliki perbedaan sifat, budaya, maupun karakter.

“Lukisan ini secara umum menjelaskan manusia yang penuh keanekaragaman, baik dari seni budaya maupun sifat mereka,” kata Elano. Pria yang juga menjadi koordinator pameran ini menjelaskan saat melukis tidak menggunakan sketsa seperti kebanyakan pelukis. Ia memilih langsung menggoreskan cat akrilik atau cat minyak di atas kanvas. Untuk pameran kali ini, Elano membawa empat lukisannya yang menggunakan teknik zebra art.

Lukisan lain yang tidak kalah menarik adalah karya Kusmei Santo yang merupakan goresan di atas board saat mengerjakan lembaran baja. Goresan berlubang itu ternyata menjadi karya seni lukisan yang nyeleneh, apalagi ada warna terbakar secara alami timbul di sekeliling goresan- goresan itu. Kusmei menjelaskan, awalnya tidak sengaja ketika membuat karya seni itu karena hanya menggunakan papan tipis sebagai alas untuk mencetak motif.

Ternyata setelah di lihat bekas tatakan tersebut menimbulkan lubang bergaris yang unik, hingga akhirnya setiap tatakan yang ia gunakan kemudian dipercantik dengan bingkai. Dari total delapan pelukis yang turut serta memamerkan lukisan, empat di antaranya merupakan pelukis muda dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Berbagai karya ditampilkan, seperti cobek yang bagian atasannya dilukis, ada pula lukisan di atas kertas yang digambar oleh Yanwar Nugroho, karena dia menggunakan cat minyak untuk menggambarkan suasana desa dan kota. Lukisan tersebut sekilas mirip karikatur hanya bedanya tidak ada urutan cerita dalam satu bingkai. Satu bingkai hanya bercerita tentang satu kondisi tertentu.

“Saya kan berasal desa karena itu kebanyakan lukisan saya bercerita tentang keadaan yang berbeda antara desa dan kota,” ungkap alumni 2014 Jurusan Desain Grafis ISI Yogyakarta.

Mamik wijayanti
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0354 seconds (0.1#10.140)
pixels