Surabaya Pelopor Antinarkoba

Rabu, 10 Juni 2015 - 08:44 WIB
Surabaya Pelopor Antinarkoba
Surabaya Pelopor Antinarkoba
A A A
SURABAYA - Perang narkoba melalui dunia pendidikan dimulai. Untuk pertama kalinya di Indonesia, Surabaya menjadi pilot project penerapan Kurikulum Antinarkoba.

Meski baru akan diberlakukan tahun depan, keberadaan kurikulum bagi siswa SMP/MTs dan SMA/SMK/MA ini diresmikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Anang Iskandar di JX International Surabaya, JalanAhmadYani, kemarin.

Ada sekitar 10.000 pelajar, berikut kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, hadir dalam peresmian kurikulum yang dibarengi peluncuran program Surabaya Resik Narkoba itu. ”Kurikulum Antinarkoba pertama di Surabaya. Pemberlakuan di daerah tergantung kabupaten/kota lain,” kata Anang Iskandar.

Anang mengapresiasi atas peluncuran kurikulum tersebut. Ini bisa diselaraskan dengan program BNN terkait rehabilitasi 100.000 pengguna narkoba pada tahun ini dan akan ditingkatkan menjadi 200.000 pada 2016 ”Kurikulum ini bukan anehaneh, tapi amanat undang-undang. Saya bangga kurikulum ini diluncurkan bersamaan jelang peringatan Hari Internasional Anti-Narkoba (HANI), 26 Juni mendatang.

Peringatan ini bukan perayaan, tapi keprihatinan soal penyalahgunaan narkoba,” ungkapnya jenderal bintang tiga itu. Indonesia, kata Anang, menempati angka tertinggi penyalahgunaan penggunaan narkoba dan keinginan sembuh penggunanya paling kecil. Peluncuran kurikulum ini diharapkan menjadi benteng para generasi muda dari bahaya narkoba.

Lewat kurikulum, BNN ingin Kota Surabaya memanfaatkannya sebagai infrastruktur perang terhadap narkoba. ”Ada dua musuh. Satu perangi narkoba. Kalau tidak dibentengi bisa kecanduan dan rawan tertular banyak penyakit. Yang telanjur menggunakan narkoba harus direhabilitasi. Kedua, bandar harus dituntut seberatberatnya,” paparnya.

Anang menyebut di Indonesia saat ini ada 4 juta pencandu narkoba. Pencandu ini bisa memunculkan kejahatan yang tidak dipikirkan warga sekitar yang bukan pencandu. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang sempat menyerahkan modul kurikulum ke perwakilan sekolah dengan didampingi Anang Iskandar menyebut, kurikulum ini bagian pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar yang merupakan generasi bangsa.

”Ini supaya anak-anak mengerti penyalahgunaan narkoba. Kita punya tempat rehabilitasi untuk anak laki-laki dan perempuan,” kata Risma. Mantan Kepala Bappeko ini mengaku prihatin atas keberadaan pelajar yang sudah kecanduan narkoba hingga harus direhabilitasi.

”Orang tua menyuapi anaknya, ajari jalan, menyekolahkan, tapi karena takut dibilang tidak modern, anak itu menggunakan narkoba. Lebih baik berprestasi di banyak bidang,” ujarnya. Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Ikhsan menyatakan, kurikulum ini merupakan usulan wali kota.

”Awalnya program Konselor Sebaya, yakni pendampingan anak dengan modul. Kemudian, dikembangkan dengan program Kampunge Arek Suroboyo, sekarang dikembangkan ke Kurikulum Antinarkoba dengan didampingi BNN, BNN provinsi, dan BNN kota,” kata Ikhsan. Pasca-launching , guru-guru di sekolah akan diberi pelatihan.

Kurikulum ini masuk ke semua mata pelajaran (mapel) yang ada. ”Misalnya matematika, siswa akan disuruh membuat grafik dengan lebih dulu menggali data pengguna narkoba. Data didapat lantas dituangkan dalam grafik,” kata Ikhsan. Dalam setahun akan ada 12 modul yang diterapkan di sekolah.

Sementara itu, launching kurikulum kemarin juga diisi sosialisasi seputar narkoba, termasuk tahapan-tahapan penyalahgunaan hingga jenis narkoba. Kesempatan ada tanya jawab yang diberikan kepada siswa. Selain tampilan band pelajar, ikrar pelajar Surabaya juga dibacakan 100 siswa.

Soeprayitno
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4496 seconds (0.1#10.140)