Komik Indonesia Masih Ada

Senin, 25 Mei 2015 - 10:41 WIB
Komik Indonesia Masih...
Komik Indonesia Masih Ada
A A A
MALANG - Kartunis kebanggaan Indonesia asal Malang, Teguh Santosa, telah wafat 15 tahun silam. Tetapi, karyakaryanya yang fenomenal selalu dikenang masyarakat. Karya-karya itu yang selalu menjadi kebanggaan anakanak bangsa.

Berbagai karya komik sang legenda tersebut, kemarin, disajikan kembali dalam Preview Pameran Seni Komik Teguh Santosa Restropeksi 1965-2000 di Warung Juminten, Kota Malang. Pameran ini diisi dengan kenduri budaya dan selamatan penerbitan kembali komik Trilogi Sandhora hasil karya sang komikus sejak tahun 1969.

Putra kedua sang legenda, Dhany Valiandra mengungkapkan, preview pameran ini merupakan langkah awal menggelar pameran komik karya Teguh Santosa di Malang. “Rencananya pameran besar akan kami gelar pada bulan Oktober 2015 mendatang. Tujuannya mengembalikan semangat karyakarya komik sastra tersebut di tanah kelahirannya,” ujarnya.

Selama ini komik hasil karya Teguh Sentosa telah banyak dipamerkan di luar negeri. Salah satunya digelar di Singapura. Padahal karya seni tersebut lahir di tanah Malang. Karena itu, menurutnya, ada semangat baru untuk mempertemukan karya-karya almarhum bapaknya tersebut dengan para murid, sahabat, dan pembaca komik Teguh Santosa di Malang.

Sejarah mencatat rumah Teguh Santosa di Jalan Anjasmara No 11, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, pernah menjadi sentra pasar komik Indonesia, tepatnya pada era tahun 1980-an. Sebelum akhirnya kini Indonesia dibombardir oleh komik-komik impor yang nilainya jauh dari keagungan budaya asli nusantara. Dalam preview pameran seni komik ini juga dihadirkan meja kerja Teguh Santosa. Meja kerja yang menjadi saksi bisu lahirnya karya-karya dahsyat yang legendaris tersebut.

Berbagai komik hasil goresan tangan sang maestro juga dihadirkan untuk mewarnai seluruh isi ruang pamer. Meski begitu singkat, tetapi berbagai karya itu dapat dengan mudah dinikmati para pecinta komik Indonesia. Dhany menuturkan, saat sebelum menggoreskan tinta untuk memulai berkarya almarhum bapaknya tersebut, selalu melakukan ritual doa dan minum kopi.

“Secangkir kopi yang diseruput bapak selalu buatan ibu (istri Teguh Santosa, Sutjiati). Bapak dan ibu saling mengenal sejak duduk di bangku SMA dan akhirnya menikah dengan dikaruniai empat orang anak,” ungkapnya. Trilogi komik roman sejarah Sandhora merupakan karya Teguh Santosa yang paling populer. Episode pertama dengan judul Sandhora terbit pertama kali pada tahun 1969.

Komik ini terinspirasi dari film Angelique. Episode kedua berjudul Mat Roman terbit tahun 1971 dan episode penutup dengan judul Mencari Mayat Mat Pelor terbit tahun 1974. Teguh Sentosa lahir pada 1 Februari 1942 dari pasangan Soemarmo Adji dan Lasiyem. Orang tuanya merupakan pemilik kesenian ketoprak Tobong Krido Sworo. Ayahnya juga merupakan pelukis panggung ketoprak.

Bakat seni ini mengalir juga di darah Teguh Santosa hingga mampu berkarya secara otodidak. Pada tahun 1966, Teguh Santosa hijrah ke Yogyakarta bergabung dengan Sanggar Bambu. Berguru pada sejumlah seniman besar, seperti Kentardjo, Soenarto PR, dan sastrawan Kridjomulyo. Terbukti lebih dari 100 judul komik telah dilahirkannya. Salah satu seniman dan budayawan asal Malang, Abdul Malik, mengaku karya-karya Teguh Santosa sangat menginspirasi dan memiliki nilai tinggi. Saat ini masih banyak karyanya seolah terkubur sebagai harta karun.

“Melalui pameran-pameran semacam ini tentu kita bisa membuka kembali lembaran harta karun tersebut, untuk kita pelajari bersama,” tuturnya di sela-sela acara preivew pameran tersebut.

Yuswantoro
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0792 seconds (0.1#10.140)